Masa sekolah menengah pertama di kotaku itu, yang menempa aku menjadi remaja yang bertanggung jawab, kalem tetapi pintar. Semua guruku sayang kepadaku, tidak ada kenangan dimarahi guru. Baik Bpk ataupun ibu guru semua mengenalku. Riri seorang remaja cantik berambut panjang yang pintar.
Setiap kegiatan upacara, aku pasti diminta menjadi dirigen. Saat itu jika bertugas upacara melakukan kesalahan harus diulang minggu berikutnya sampai benar. Siswa yang terlambat upacara dilarang masuk, dan ada guru penjaga di pintu masuk gerbang. Sungguh sangat ketat disiplin di sekolahku. Siswa yang tidak lengkap atribut seragam tidak boleh masuk sekolah dan pulang, itu sudah menjadi peraturan di sekolahku.
Sekolahku indah tamannya, dan gedungnya baru dibangun, dan tentu saja terlihat megah. Banyak kenangan indah yang aku alami sekolah di SMP 8.
Ada satu guru Seni musik, orangnya lembut, cantik dan masih gadis. Beliau sangat sayang padaku, setiap upacara beliaulah yang selalu minta aku jadi dirigen. Nilai seni musik aku selalu tertinggi.
Guru Bahasa Inggris namanya pak Samsul, beliau selalu minta aku memberi contoh kalimat dalam bahasa Inggris. Jika ada siswa diberikan pertanyaan tidak tahu, pastilah dilempar ke aku. Pernah saya membuat kalimat, " I want to catch butterfly ".Lalu pak guru bertanya ke temanku apa artinya, temanku menjawab,
" Saya ingin menangkap mesin jahit " ,
hal ini membuat satu kelas tertawa terbahak - bahak. Mungkin temanku sering melihat mesin jahit bermerk, " Butterfly ".
Aku pernah sakit typus 1 minggu, dan pada saat masuk aku ditanyakan rumus segitiga oleh guru matematika namanya pak Gunadi. Kita semua tahu jika tidak bisa menjawab pertanyaan , guru akan memukul pantat dengan penggaris. Syukurlah saat aku ditanya bisa menjawab, jika tidak aku dipukul pantatnya. Bpk Gunadi mendidik kami dengan keras, hasilnya saat itu Nilai Ebtanas Murni tertinggi diantara pelajaran lain.
Guru sejarah kami, jika ulangan harian tidak pernah diberi tahu, maka kami selalu siap - siap belajar. Kalau masuk kelas, tiba- tiba mengatakan,
" Keluarkan kertas kita akan ulangan".
Ulangannya selalu didikte maka harus konsentrasi benar dan belajar berpikir cepat. Guru kami bernama pak Gimin, orangnya tinggi dan ramah.
Satu guru cantik yang juga harus kuceritakan, namanya ibu Christine. Orangnya cantik tapi sangat tegas, keras dan menurut kami galak. Jika kami tidak bisa menjelaskan nilai - nilai P4 singkatan pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila yaitu panduan pengamalan Pancasila dalam kehidupan bernegara semasa orde baru, kami akan dipukul tangannya dengan penghapus. Kami juga takut, saat pelajaran PPKn kami pasti belajar baik ulangan ataupun tidak ulangan.
Kenangan indah bukan hanya sampai disini saja, saat perayaan hari Kartini, kita siswi perempuan pasti selalu memakai baju kebaya. Saat itu diadakan lomba berpidato dengan tema " Hari Kartini". Saat itu aku mengikuti lomba, dan aku ingat sekali aku masih kelas 1 dan melawan kelas 2 dan 3. Dari lomba itu ternyata aku Juara 1, sungguh tidak menyangka, modalku lomba hanya hafal tanpa teks, tenang dan menguasai audiens.
Aku juga tidak tahu saat SMP kenapa aku jadi gadis pendiam, kutu buku dan boleh dibilang kuper alias kurang pergaulan. Sangat berbeda sekali dengan saat aku masih SD, nakal, cerewet, main terus jarang belajar tapi selalu juara.
Saking cerewetnya di kelas, pernah tempat dudukku dipindah dengan murid yang bernama Bambang dan maaf, mulutnya dower banget. Aku berdiri terus tidak mau duduk, hingga bu guru berkata,
" Riri, kamu tidak duduk pantatmu bisulan ya".
Karena malu aku buru- buru duduk dan aku sebel sekali dengan samping dudukku. Ternyata trik bu guru ini sangat jitu, aku jadi tidak rame di kelas.
Setiap perayaan kemerdekaan, dari beberapa siswa akan dikirim upacara di kantor walikota. Saat itu kami mengikuti upacara penurunan bendera, dan tentu saja selesainya sudah sore. Saat kami pulang, aku naik angkot. Saat itu bu guru kami namanya bu Widi, menitipkan aku pada seorang siswi perempuan dan itu ternyata kakakku,
" Mbak titip adik ini ya".
Sebegitu perhatiannya bu guru sama aku. Dan sering aku naik satu angkot dengan bu Widi. Saat menyeberangi jalan selalu digandeng.
Jika ingat kebaikan guru-guruku sering aku merasa kangen dengan mereka semua. Tapi sampai saat ini tidak pernah aku mencoba main ke sekolahku.
Suatu kali aku harusnya mendapat bea siswa dari sekolah tetapi guruku mengatakan,
" Riri, bea siswanya untuk Lilik saja ya, kamu tidur masih di kasur dan sekolah diantar motor ".
Aku sebagai anak remaja mengiyakan saja kemauan guruku. Dan mungkin orang tuaku dianggap lebih mampu di banding kan orang tua Lilik.
Namanya anak remaja baru gede, sering kali di kelas pada kata- kataan. Aku kan sangat pendiam tidak pernah kata - kataan apalagi ribut di kelas. Tapi ada satu teman yang selalu mengangguku. Saat itu mungkin di bilang cowok itu naksir denganku. Cowok itu bernama Troy, anehnya aku menjadi sangat benci dengan Troy atas kelakuannya.
Pernah aku juga mengidolakan guruku matematika, yang tinggi, ganteng, dan pintar. Tapi kekaguman aku hanya sebatas dalam pikiranku saja. Sering aku salah tingkah, dan aku merasa guruku juga suka curi pandang denganku, mungkin aku yang terlalu gede rasa, padahal guruku mungkin memandang ke siswa dan siswinya biasa saja untuk mengawasi. Aku malu sendiri jika ingat masa - masa itu he.. he... he.
Saat ujian nasional, Nem yaitu nilai ebtanas murni aku paling tinggi. Pada saat upacara bendera aku dipanggil namanya dan diberikan hadiah. Hadiah itu cuma buku - buku tapi rasanya aku senang dan sangat bangga. Aku cukup terkenal saat di SMP, bahkan saat di jalan pun teman yang bukan satu kelas akan menyapa aku, " Riri " , dan bahkan aku pun tidak kenal.
Aku saat itu sungguh sangat kecewa, nilai nem tinggi tapi saat mendaftar di SMA negeri aku tidak di terima. Saat itu untuk masuk SMA negeri melalui test tertulis bukan dengan hasil NEM. Sekolah negeri hanya satu di kotaku tapi yang test dari beberapa sekolah swasta dan tentu ribuan jumlahnya.
Sebenarnya aku malu dengan teman- temanku, juara kelas dengan NEM tertinggi ternyata tidak lulus masuk SMAN. Aku mendaftar di sekolah Katholik satu - satunya di kotaku. Jarak sekolah ini lebih jauh dari saat belajar SMP, jaraknya dua kali lipat.
Sekolah itu terkenal mahal, dan hanya anak - anak orang kaya yang sekolah di Sekolah Katolik tersebut. Saat aku masuk SMA itu, kakakku yang nomer 4 juga sekolah dan sudah kelas 2. Luar biasa orang tuaku saat itu, bisa menyekolahkan kami yang 6 bersaudara. Tapi istilah orang Jawa, Kaki untuk kepala dan kepala untuk kaki.
Ibuku hari- hari dengan kerja, saat aku SMP ibuku bukan lagi menjahit di pasar tetapi sudah usaha berdagang di rumah dan juga mengambil beras di kantor kantor, selanjutnya beras jatah mereka di jual di pasar. Pulang dari pasar ibuku sudah membaws beras yang bagus, untuk di drop di warung warung dan juga untuk di jual di rumah.
Saat aku SMP, kakakku yang nomer 1 dan nomer 2 sudah bekerja di Jakarta. Dan Kakak kakakku ini sudah berkeluarga. Kakak yang nomer 3 mengajar di Jakarta dan sambil kuliah. Jadi yang di rumah tinggal anaknya kami bertiga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rio Vicky julian
mantab
2023-09-03
0