Benar orang berkata, masa SMA adalah menyenangkan. Masa ini akan terkenang sepanjang masa. Di masa ini remaja mengenal cinta pertamanya. Susah dan sedihnya terkenang semuanya saat kita saling lirak - lirik dengan lawan jenis. Ini yang di kenal namanya cinta monyet menurut aku.
Bagi orang lain pacaran saat SMP ataupun SMA itu sudah hal biasa, tapi tidak untuk aku dan keluargaku, ada aturan dari ibu,
" Selama sekolah tidak boleh pacaran, kalau mau pacaran tidak usah sekolah ".
Kita anak - anaknya takut melanggar aturan ibu. Bahkan saat ada orang dewasa dan mapan kerjanya naksir denganku, betapa takutnya aku. Hampir setiap hari ketemu di angkot. Apa lagi yang akan di cari, tampan, berpendidikan dan kepala bagian di pegadaian, mungkin itu pandangan orang .
Bagiku saat itu di senangi orang secara serius itu menakutkan, dan itu ancaman bagiku tidak bisa kuliah. Saking takutnya, aku berdoa kepada Tuhan, agar di jauhkan dari lelaki itu yang bernama Marjoko.
Doa aku di kabulkan Tuhan, saat ketemu diangkot, Marjoko bercerita bahwa akan dipindahkan ke Menado, terjawab sudah doa - doaku kepada Tuhan.
Hari - Hari aku jalani dengan tenang belajar di SMA dengan penuh ketekunan, dan sejak kelas 2 aku tidak pernah juara kelas lagi, paling hanya 10 besar saja. Ibu aku mengatakan,
" Riri, kamu ikut les saja ".
Aku menjawab,
" Tidak bu, aku pingin pintar dan mengetahui semua, aku tidak mau nilai tinggi tapi tidak bisa apa- apa."
Saat belajar di SMA kelas 2 bio satu, wali kelasku memberi les murid muridnya. Murid yang ikut les kimia nilainya tinggi dan yang tidak ikut les nilai rendah atau sedang saja untuk mata pelajaran kimia yang di ajarkan ibu Gun.
Ulangan harian yang akan diberikan sudah diberikan murid - murid yang mengikuti les. Bagaimana mereka nilainya tidak bagus. Istilahnya sudah dibocorkan dahulu di tempat les.
Wali kelasku bernama ibu Gun itu, orangnya kurang perhatian kepada siswa- siswi. Saat itu untunglah yayasan membaca gelagat ini, mungkin ada yang melaporkan dari orang tua siswa.
Yayasan membuat peraturan, seorang guru tidak boleh memberi tambahan belajar siswa - siswinya supaya objektif dalam penilaian.
Hari terus berlalu, guru yang melanggar peraturan tetap memberi les murid akhirnya dikeluarkan oleh Yayasan.
Terpenting aku tetap belajar dengan tekun, karena tujuan belajar aku tidak mengejar nilai tetapi menjadi pandai.
Ada yang berkesan di sekolah, guru matematika kami namanya pak Harjito, sangat baik denganku. Kalau beliau memberi soal matematika, diminta aku yang mengatur waktunya, setiap soal 5 menit. Siswa yang bisa mengerjakan disuruh maju ke depan. Sering aku agak nakal, waktunya saya lebihkan dari 5 menit, karena soalnya susah. Dan beliau tidak tahu kalau waktunya dilebihkan. he.. he
Pagi hari sebelum belajar sahabatku Nia mengatakan,
" Riri, duduknya kita tukeran yuk, aku belum mengerjakan PR, kalau aku duduk di tempatmu, saat pak Harjito keliling dari belakang dikira kamu jadi tidak dimarahi ".
Skenario itu kita lakukan, Nia duduk ditempatku dan aku duduk di tempat Nia. Tibalah waktunya pak Harjito keliling dan benar memeriksa dari belakang, tapi ternyata Nia ketahuan dan dimarahi juga oleh pak Harjito. Memang pak Harjito bukan orang pikun, dan lagi secara fisik ada perbedaan antara aku dan Nia.
Kenangan satu lagi guru Fisika, namanya pak Ramdan, beliau selalu memanggilku dengan,
"Nduk".
Nduk adalah panggilan akrab untuk anak - kecil di Jawa. Aku sebenarnya tidak suka di panggil Nduk karena aku bukan anak kecil lagi. Guru ini masih bujangan dan kalau tertawa matanya tinggal segaris.
Setiap hari kami sepulang sekolah ada pelajaran tambahan dari guru guru yang mata pelajaran di ujiankan di EBTANAS. Saat itu adalah pertama kali adanya Ebtanas, kita sering katakan bahwa kita adalah kelinci percobaan.
Saat tambahan belajar sore, aku pulang dulu ke rumah walaupun hanya untuk mandi dan makan. Sering juga aku main ke rumah teman yang dekat sekolah, tapi saat masuk sering terlambat karena keasyikan bermain.
Saat terlambat kita tidak dimarahi karena tidak diabsen juga. Tapi karena kesadaran tidak ada yang membolos, kami tekun mengikuti pelajaran tambahan. Saat pelajaran tambahan ini, kesempatan aku fashion show karena boleh memakai baju bebas tetapi sopan.
Aku orangnya perfeksionis, ingin semua serba baik, sering aku ganti baju kalau merasa tidak pantas. Baju aku memang banyak dan modis, maklum kakak - kakakku perempuan sering dikirim baju baru ataupun baju kakak di kirim ke aku karena sudah sesak.
Saat Ebtanas tiba, dan puji Tuhan bisa menjalani dengan baik dan hasil semua pelajaran baik kecuali untuk matematika
Aku berpikir soal sudah selesai untuk isian, ternyata di balik soal masih ada 2 soal ujian. Sementara waktu sudah akan habis sehingga aku grogi, dan tidak terselesaikan soal matematika.
Hasil Ebtanas murni matematika hanya mendapat angka 56.Sangat menyesal aku, dan tidak ada guru yang mengingatkan bahwa di balik soal masih ada soal isian matematika, padahal sebenarnya soal tidak terlalu sulit.
Perpisahan sekolah tiba, dan acara perpisahan dari sekolah kita hanya rekreasi bersama dan tidak ada acara perpisahan yang lain. Untuk itu kami membuat acara perpisahan kelas tersendiri yaitu di rumah teman.
Saat malam hari, aku sudah berdandan rapi, dengan celana jeans dan kemeja warna kurning yang modis. Tapi tidak ada yang mengantarkan ke acara perpisahan tersebut.
Aku duduk di teras rumah, kebetulan rumah paklik adiknya ibu tinggal didepan rumah. Beliau keluar dari rumah dan melihat aku sudah rapi. Beliau berkata,
" Riri, kamu sudah dandan rapi mau kemana ".
Aku menjawab,
" Ada acara perpisahan tapi tidak ada yang mengantar paklik ".
Paklik Slamet mengatakan,
" Ayo paklik antar ".
Aku mengikuti acara perpisahan itu tidak sampai selesai karena paklik mengatakan, jam 21.00 paklik jemput, sementara acaranya baru dimulai pkl. 19.00 . Tapi di waktu yang singkat itu sungguh sangat berkesan.
Saat acara di mulai, semua teman perempuan di undi untuk duduk berdampingan dengan teman cowok, tapi aku tidak diundi sendiri, Galih duduk disamping aku begitu saja, dan tidak ada protes dari teman - teman.
Saat itu ada acara permainan yang seru, tapi aku duduk melihat saja dan tidak mengikuti permainan itu. Tibalah saat acara makan , saat aku mau mengambil buah jeruk. Galih sudah mengambilkan aku dan mengatakan,
"Riri, ini sudah aku ambilkan buahnya , manis".
So sweet sekali ya.... Hari itu aku diperlakukan istimewa oleh Galih dan Galih adalah siswa terpintar di kelas. Sering dia membantu aku mengerjakan soal yang susah yang diberikan guru dan aku yang di suruh maju.
Saat istirahat, sering aku tidak keluar dan di temani Nia sahabatku. Galih juga sama sering tidak keluar istirahat dan tetap dalam kelas dan kita hanya berpandangan tanpa banyak kata- kata.
Saat perpisahan sekolah itu, dan juga saat tebak tepat Alkitab, aku duduk berdampingan dengan Galih dan menjadi kenangan terindah. Saat perpisahan Galih juga menunjukkan perhatian yang besar, padahal dia pintar, ganteng, pastilah banyak cewek yang tertarik padanya.
Siapa aku, cewek kuper alias kurang pergaulan. Walaupun kuper dan kalem ada cowok dewasa, mapan, ganteng dan terlihat kalem juga naksir berat denganku sampai mencari -cari rumahku. Saat kuberikan alamat palsu, tidak pernah ketemu alamat rumahku, kehujanan dan sampai sakit , itu cerita Marjoko saat bertemu aku.
Aku terlihat gadis manis, ayu, kalem dan berambut panjang. Itu mungkin yang membuat cowok tertarik, dan cowok yang suka padaku juga bukan abal - abal.Karena sangat kalem sahabatku Nia sering mengatakan,
" Riri, aku belum pernah melihat gadis sekalem kamu, tahi saja di injak tidak penyet."
Aku juga tidak tahu, kenapa aku tumbuh menjadi gadis kalem, padahal saat SD sangat nakal, banyak bicara. Mungkin karena sekolah di kota dan tidak banyak teman dari desaku membuat aku jadi pendiam, tidak ada kawan bicara yang cocok.
Keadaan keluarga, saat pulang sekolah kami di haruskan mengerjakan pekerjaan rumah kami masing- masing. Ibu sibuk mencari uang untuk biaya kami, sehingga kami yang mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan kami jarang bermain.
Saat itu acara perpisahan masih berlangsung, paklik menjemput tepat pkl. 21.00, aku pulang tanpa mengikuti acara foto untuk kenangan kami. Saat aku tergesa pulang, Galih berkata,
" Riri, nanti saat ke Jakarta jangan lupa memberi tahu aku, dan dia menyelipkan alamat rumah dia ".
Galih adalah anak Jakarta yang di kirim keluarga untuk menemani opa dan omanya. Galih bukan orang Jawa, dia berdarah Chinesse.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Suraning
Ya benar, saat itu kita patuh dengan orang tua😍
2023-08-31
0
Mawar_Jingga
senasip kita RI, saat temen temen semangat sekolah karena ada pacar.kita naksir aja mesti sembunyi2 dulu🤭🤭
2023-08-31
0