This Is My History

This Is My History

Pra Sekolah

Pada hari sabtu malam atau malam minggu, Raya dan Jia sedang asik mengobrol di handphone mereka. Mereka sangat asik berbincang sampai suatu waktu Jia membahas tentang masalah sekolah. Entah kenapa tiba-tiba mereka sama-sama berpikir tentang persiapan yang belum mereka lakukan untuk sekolah yang tinggal 2 hari lagi. 

“Aku belum siapin apa-apa buat sekolah,” sontak yang mereka ucapkan secara bersamaan. 

Akhirnya Raya dan Jia memutuskan untuk membeli keperluan sekolah besok dihari minggu. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga mempersiapkan keperluan sekolah sehari sebelumnya. 

Pagi itu di hari minggu, Raya pergi kerumah jia untuk melakukan rencana yang mereka buat kemarin malam. Saat dirumah jia, Raya bertemua dengan mamah jia. 

“Tante Dahlia, jianya mana?” tanya Raya. 

“Ada dikamarnya. Masuk aja Raya” jawab tante Dahlia yang sedang masak untuk makan siang. 

Raya bergegas menuju kamar jia yang berada dilantai dua. 

“Jiaaaa.....,” teriak Raya usil. Dan tiba-tiba muncul dibelakang jia dan membuatnya sangat terkejut. 

“Raya, Ih bikin kaget aja” ucap Jia sambil menampakan wajah cemberut dan jengkel karena kesal. 

Selesai Jia bersiap-siap mereka berduapun turun dari kamar jia. Saat berpamitan dengan mamahnya Jia, Jia dan Raya diajak untuk makan siang bersama oleh mamah Jia. Tetapi mereka menolak dan memutuskan untuk makan di Cafe didekat mall yang akan mereka tuju. 

Mereka akhirnya berangkat dengan menggunakan mobil milik Raya. Di perjalanan mereka sangat asik mengobrol, sekitar 5 menit lagi mereka akan sampai ke tempat tujuan. Tetapi sebelum sampai di Mall tiba-tiba Jia dikejutkan dengan Raya yang seketika teriak dan berhenti mendadak. 

“Raya, kamu kenapa?” tanya Jia dengan keras yang sontak membuat Raya tersadar. 

“Jia, Aku nabrak orang,” teriak Raya. 

Mendengar ucapan Raya membuat Jia panik. Merekapun tanpa sadar keluar dari mobil secara bersamaan dan melihat orang yang mereka tabrak. 

“Aduh Kamu nggak apa-apa. Sini aku bantu. Sorry banget yah. kita ta...di-,“ ucap Jia dengan terbata-bata, sambil membantu membereskan buku yang berserakan dijalan. 

Ternyata yang mereka tabrak adalah seorang laki-laki. Karena tabrakan tersebut kacamata anak itu terjatuh dan pecah. 

“Kacamata kamu rusak, biar aku yang ganti,” ucap Raya sedih. 

“Gak apa-apa. Lain kali lebih hati-hati yah. Makasih udah bantu beresih bukunya. Aku permisi,” ujar laki-laki itu dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Raya dan Jia kemudian melanjutkan perjalanan mereka. 

“Aduh Raya, aku masih kepikiran sama cowok tadi. Kasihan banget tau. Aku nggak tega ngeliatnya,” ucap Jia dengan tampang sedih. 

“Udahlah Jia jangat dipikirin, dia tadikan juga udah bilang nggak apa-apa. Lagian yang nabrakan aku, jadi kalau ada apa-apa biar aku yang tanggung jawab. Jadi kamu nggak usah khawatir,” ucap Raya yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. 

“Raya, kok kamu bilang kayak gitu sih,” ujar Jia kembali. 

“Ji, aku kasi tau ya. Kamu tau gk kenapa cowok tadi itu bilang nggak apa-apa dan langsung pergi gitu aja tanpa minta pertanggung jawaban dari kita? Itu karena dia yang salah, udah jelas dia yang tiba-tiba muncul depan mobil,” jengkel Raya membuat Jia terdiam membisu. 

Merek kemudian melanjutkan perbelanjaan. Tanpa sadar ternyata jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Karena mereka sadar bahwa mereka belum makan siang, Raya dan Jia pergi ke cafe disamping mall seperti rencana mereka sebelumnya.

Saat sampe di cafe mereka memesam makanan favorit mereka masing-masing. Raya memesan seafood dan jus lemon, sedangkan jia memesan spageti dan jus melon. Selama makan mereka berbincang-bincang dan berdiskusi masalah sekolah. 

Setesai makan merekapun pulang tepat jam 17:48 sore. Raya mengantar jia pulang kerumahnya. 

“Thanks, Raya buat hari ini,” ucapan perpisahan dari Jia. 

“Ok, besok pagi aku jemput yah. kita ke sekolah bareng.”

“Oke aku tunggu. Bye Raya.”

Jia masuk kedalam rumahnya, sementara Raya mengendarai mobilnya pulang kembali kerumah. 

Saat diperjalanan pulang Raya mendapat pesan dari Bi Ita kalau Papah Raya baru saja tiba di rumah setelah dijemput oleh Pak Asep di Bandara. Karena mendapat pesan tersebut Raya berencana membelikan puding dan kue kesukaan ayahnya untuk menyamput kepulangannya dari Singapura. Raya membeli kue dan puding di cafe langganannya. Setelah sampe dirumah, Raya masuk dengan memegang gue ditangan kanannya dan memegang tas yang berisi puding ditangan kirinya. 

“Selamat datang Papah,” teriak Raya yang membuat ayahnya terkejud”. 

“Wah.... Makasih sayang,” ucap papah Raya sembari memeluk Raya. 

“Raya kangen banget sama papah. Welcome to Home,” ucap Raya. 

Raya dan papahnya makan kue dan puding yang dibeli oleh Raya bersama-sama di meja makan. Mereka makan dengan penuh tawa untuk melepas rasa rindu setelah satu bulan tidak bertemu. 

Pada malam harinya Jia tiba-tiba menelpon Raya sewaktu Raya baru saja selesai mandi. 

“Iya Jia, ada apa?” tanya Raya yang mengawali pembicaraan mereka. 

“Ra....., tolongin aku,” ucap Jia dengan suara yang sangat sedih. 

“Eh, Jia kamu kenapa? Kok panik gitu?” tanya Raya yang tidak tau menau apa yang terjadi kepada Jia. 

“Raya, kamu masih ingat nggak sama cowok yang kita tabrak waktu pergi ke Mall tadi?” tanya Jia. 

“Iya, aku masih ingat. Emangnya kenapa?” jawab Raya. 

“Ternyata cowok itu anak teman papah. Dan sekarang dia dateng ke rumah aku sama papahnya. Raya, gimananih aku takut banget. Gimana kalau dia ceritain  kalau dia ditambrak tadi siang dan yang nabrak itu aku. Pasti papah marah banget,” ujar Jia dengan suara yang penuh rasa cemas. 

“Jia, kamu tenang aja lagian yang nyetir mobilnya aku. Entar kalau Om Arman tau dan sampe marah, kamu tinggal bilang aja ke aku. Entar aku yang jelasin ke Om Arman. Lagian beneran cowok cupu gitu anak dari teman Om Arman?” celoteh Raya dengan Santai. 

“Iya Raya, aku yakin banget itu dia. Eh, Raya udah dulu yah papah tiba-tiba manggil,” ucap Jia. 

“Yaudah. Entar kalau ada apa-apa cerita ya ke aku,” sahut Raya. 

Beberapa saat kemudian Raya memikirkan Jia, karena kejadian yang diceritakan oleh Jia tadi. Raya memikirkan apa yang akan terjadi dengan Jia jika Om Arman sampai tau anak temannya telah ditabrak oleh anaknya sendiri. walaupun gak terlalu parah dan cowok itu juga gak apa-apa sih. Tapikan tetep aja. 

***

“Jia manasih. Kok gak telpon-telpon, inikan udah lewat satu jam,” gumam Raya.

Setelah mondar mandir dikamarnya, akhirnya Raya mendapat telpon dari Jia. Jia kemudian menceritakan kepada Raya apa yang telah terjadi. 

“Oh jadi cowok itu gak bilang apa-apa ke papahnya. Om Arman sama papanya cowok itu Cuma ngobrol soal kerjaan. Sukur deh kalau gitu,” ucap Raya.

“Iya, aku juga tadi takut banget tau. Aku pikir mereka datang buat minta pertanggung jawaban. Raya, kayaknya kita harus bilang makasih deh ke cowok itu,” ucap Jia. 

“Udahlah lupain aja. Lagian kecelakaan itu bukan salah kita sepenuhnya,” jawab Raya. 

“Tapi aku beneran nggak enak sama cowok itu,” ucap Jia dengan rasa bersalah. 

“Kamu kenapa sih, yang nabrak itu aku. Kenapa kamu yang jadi khawatir dan malah prihatin ke cowok itu. Lain kali kalau kita ketemu lagi sama cowok itu, kamu tinggal minta maaf aja,” ujar Raya dengan nada ceria untuk membujuk Jia yang terdengar sedih itu. 

Setelah selesai menelpon Jia, Raya kemudian bergegas tidur. Dia tidak ingin terlambat di hari pertama masuk sekolah. Dia juga harus menjemput Jia sebelum pergi ke sekolah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!