Pagi hari, Raya bangun begitu pagi. Dia sarapan, kemudian mandi, dan menyiapkan segala kebutuhan untuk sekolah. Dan tidak lupa dia mengikat rambutnya yang lumayan panjang itu. Saat turun ke bawah dia berpamitan kepada ayahnya yang sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi.
“Papah nggak pergi kerja?” tanya Raya.
“Papah masih capek, jadi mau istirahat dulu,” jawab ayah Raya.
“Raya berangkat dulu ya Pah,” ucap Raya sambil mengambil sebuah roti dan minum segelas susu yang telah disediakan oleh Bi ita. Raya kemudian pergi ke Garasi untuk mengambil mobil yang akan ia gunakan untuk berangkat sekolah.
Setibanya Raya didepan rumah Jia, ternyata Jia sedang menggunakan sepatu di teras rumahnya.
“Jia cepetan, entar kita telat,” teriak Raya dari dalam mobil sambil memencet klakson mobilnya.
“Inikan masih Pagi,” gumam Jia yang tak terdengar oleh Raya.
“Raya, kamu kok iket rambut sih. Kan lebih cantik kalau rambutnya dilepas,” ucap Jia.
“Aku risih diliatin. Biar gak terlalu mencolok disekolah. Ini kan hari pertama masuk sekolah, aku nggak mau hari pertama masuk sekolah langsung hancur begitu aja. udah ah, cepetan masuk,” ujar Raya. Mereka kemudian berangkat kesekolah.
Saat sampai di dalam sekolah, Jia tiba-tiba melihat cowok yang waktu itu pernah mereka tabrak dengan mobil yang sama yang mereka gunakan saat ini.
“Raya, itu bukannya cowok yang kita tabrak waktu di Mall,” ucap Jia dengan sedikit teriakan.
“Mana?” tanya Raya.
“Itu yang berdiri di lapangan,” jawab Jia.
Seketika Raya dan Jia saling menatap tajam. Mereka berdua kemudian ikut berkumpul ke lapangan dengan siswa baru lainnya. Kepala sekolah dan guru-guru juga sudah berkumpul dilapangan.
Kepala sekolah menyampaikan beberapa kalimat sebagai sambutan kepada siswa dan siswi baru di SMA Jayapura. Dia berharap bahwa seluruh siswa dan siswi dapat berperan aktif dalam segala kegiatan sekolah untuk memajukan sekolah. Dan setiap anak di wajibkan memilih satu ekskul pilihan mereka.
Selesai memberikan pengumuman wajib kepada seluruh siswa dan siswi baru, Kepala sekolah memberikan kehormatan kepada seorang siswa untuk menyampaikan beberapa kalimat kepada teman-temannya. Tentu saja yang terpilih bukan siswa sembarangan yang asal pilih saja. Yang akan diberikehormatan adalah siswa yang lulus dengan nilai tertinggi. Tentunya dia adalah Rayana Putri Cakradarma.
Kepala sekolah mempersilakan Raya untuk maju kedepan memberikan beberapa kata kepada para siswa baru lainnya. Yang pasti Raya tidak tau jika dia akan dipanggil oleh kepala sekolah untuk berbicara pada hari ini. Itu membuat Raya bingung dan berpikir akan menyampaikan apa yang ada dipikirannya.
“Semangat Raya,” ucap Jia sebelum Raya maju ke tengah-tengah lapangan.
“Selamat pagi semuanya. Saya Rayana Putri Aditya. Tidak banyak yang ingin saya sampaikan kepada kalian semua. Saya hanya bisa bilang, semangat. Disekolah ini kita sama-sama berjuang untuk mendapatkan yang terbaik untuk sekolah dan untuk diri kita sendiri tentunya. Saya berada disini bukan karena saya ingin tapi karena saya mampu. Itu membuktikan bahwa kemampuan yang membawa kita kepada kemajuan bukan hanya dengan kemauan saja. Jadi mari kita bersama-sama membuat kemampuan itu pada diri kita sendiri. Terimakasih,” kata-kata Raya yang dia ucapkan saat berpidato sangat tenang.
Bukan berarti dia tidak gugup atau merasa grogi, tetapi karena dia terbiasa berbicara didepan banyak orang. Jia merasa sangat bangga mempunyai sahabat seperti Raya. Bukan hanya pintar dan cantik, Raya juga sangat berbakat dan berprestasi.
“Raya, kita masuk kelas drama yuk. Kayaknya seru deh,” ajak Jia.
“Aku masuk kelas musik. Tapi kalau kamu mau masuk kelas drama, masuk aja,” ucap Raya.
Karena berbeda pilihan, Raya dan Jia tidak masuk dalam ekskul yang sama. Raya masuk di kelas Musik dan Jia masuk di kelas Drama. Tetapi walaupun berbeda ekskul mereka ternyata masuk ke dalam kelas yang sama yaitu X-1.
Setelah mendaftar di ekskul masing-masing, Raya dan Jia kemudian pergi ke kelas mereka. Tanpa mereka sadari ternyata cowok yang mereka tabrak di Mall itu satu kelas dengan mereka. Hal itu membuat mereka kaget dan canggung kepada cowok itu. Apalagi Jia yang telah ia ketahui dia adalah anak dari teman papahnya. Raya dan Jia kemudian duduk bersama dibangku nomor dua dari depan.
“Hi Jia,” sapa cowok itu kepada Jia yang sontak membuat dua sahabat ini terkejud.
“Iya,” jawab Jia dengan nada suara yang cukup kaget.
“Kenapa kaget gitu. Kamu masih ingat aku kan. Aku yang waktu itu datang kerumah kamu sama papah aku. Oh iya, waktu itu kan aku belum sempat perkenalkan diri. Karena sekarang kita satu kelas, jadi aku mau kenalin diri aku ke kamu. kenalin aku Raka Ravindra, panggil aja Raka,” ucap cowok itu sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya kepada Jia.
“Iya. Salam kenal,” jawab Jia dan membalas menjabat tangan Raka.
“Kenalin ini Raya, Sahabat aku,” lanjut Jia.
“Hi, Raya,” sapa Raka yang tak digubris oleh Raya.
Bel akhirnya berbunyi, Raka kemudian pergi ketempat duduknya.
“Raya. Kok diam aja sih. Lagiankan kita juga belum minta maaf tau sama Raka,” ucap Jia dengan suara pelan. Raya sama sekali tidak peduli apa yang dikatakan oleh Jia.
Setelah bel keluar main berbunyi seluruh siswa dan guru keluar dari kelas mereka masing-masing bergitu juga dengan Raya dan Jia. Merek berdua pergi kekantin bersama dan selalu begitu. Dalam perjalanan menuju kantin, sorot mata Raya kemudian menuju ke arah kanannya.
“Perpustakaannya bagus,” ucap Raya.
Jia hanya menanggapi perkataan Raya dengan terdiam. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju kantin.
“Makanannya enak juga,” ucap Jia sambil tersenyum.
“Hmm. Enakan masakan Bi Ita,” ucap Raya.
Setelah makan, Raya dan Jia kembali ke kelas. Saat bel berbunyi guru mereka masuk ke kelas. Saat ini sedang berlangsung jam pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bu Rani. Saat Ingin mengambil buku dari dalam tas, Raya menemukan sebuah amplop berwarna biru di dalam tasnya.
“Apaan nih?” tanya Raya.
“Coba liat,” ucap Jia dan mengambil Amplop itu dari Raya dan membukanya.
“Isinya surat cinta,” lanjut Jia sambil memasang wajah dengan senyum sinisnya.
“Bu, ada surat nyasar di dalam tas saya,” Raya berdiri dan meletakaan Amplob itu di meja guru.
“Aduh, siapa sih tu cowok. Cari masalah aja,” gumam Jia.
Kemudian Bu Rani mencari orang yang menulis surat itu. Dia ingin mencocokan semua tulisan murid yang ada dikelas itu dengan surat yang diterima Raya. Saat sedang pemeriksaan tiba-tiba Rama berdiri dan mengaku dia yang menulis surat itu. Rama adalah siswa yang baru saja terpilih menjadi ketua kelas saat jam pertama tadi.
“Maksud kamu apa tulis surat itu?” ucap Raya sambil berdiri dengan melihat ke arah Rama.
“Gak ada, Cuma menunjukan kekanguman aku ke kamu aja. Emang gak boleh,” jawab Rama.
“Hari gini masih surat-suratan. Udah gak jaman,” ujar Raya dengan tatapan sinis.
“Sudah-sudah. Raya, Rama, kalian boleh duduk,” ucap Bu Rani.
Mereka kemudian melanjutkan proses *** dengan baik dan lancar. Tentunya tidak dengan Raya yang masih merasa jengkel dengan si ketua kelas itu. Tetapi dia tetap menahan rasa tidak sukanya seperti biasa.
Jangan Lupa Cek Instagram BlueBerry : @blueberry_writer
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments