Sudah seminggu lebih Raya dan Jia bersekolah di SMA Jayapura. Mereka begitu menikmati hari-hari mereka disekolah. Mereka sering berkeliling sekolah untuk melihat keadaan sekolah. Mereka berdua juga sering berkunjung ke perpustakaan untuk membaca buku. Saat diluar ataupun didalam sekolah Raya dan Jia selalu terlihat bersama kemanapun mereka pergi. Hubungan yang begitu lama membuat persahabatan mereka semakin erat.
Selama seminggu sekolah Raya sudah menerima empat surat dari empat orang berbeda. Dia juga sempat ditembak oleh anak dari kelas sebelah. Untungnya saat itu Jia cepat kembali dari toilet dan membawa Raya pergi dari Cowok itu sebelum Raya menucapkan kata-kata pedas dan menusuk hatinya. Dan sekarang cowok itu sering melihat Raya dari jarak jauh, hal itu membuat raya sangat risih. Raya juga pernah ingin pergi melabrak cowok itu tetapi terus dihalangi oleh Jia.
Siang itu Raya duduk sendirian di taman sekolah sambil membaca sebuah buku ditangannya. Bisa dibilang Raya adalah salah satu dari banyak orang yang sangat menyukai Novel. Dirumahnya dia mempunya sebuah rak yang berisi semua koleksi Novelnya. Mulai dari Novel Romantis sampai novel-novel motivasi. Di rumah saat sedang senggang Raya selalu membaca novel dan itu dilakukan hampir setiap hari.
“Raya” teriak Jia dari belakang.
Raya menaggapi Jia dengan memasang muka datar. Hal itu membuat Jia tertawa terbahak-bahak.
“Nih baca” ucap Jia sambil memberikan selembaran brosur kepada Raya.
“Seleksi masuk kelas Musik. Ada seleksi lagi ya” ucap Raya.
“Iya. Jadi kalau mau masuk kelas itu harus ikut seleksi lagi. kalau nggak lulus, harus cari kelas ekskul lain. Pokoknya sampe ada ekskul yang terima kita. Tapi yang aku dengar kelas musik itu seleksi anggotanya paling akhir. Tapi aku yakin kamu pasti lulus, Rayakan jago banget main piano” jelas Jia.
Raya mengangguk mendengar perkataan Jia dan berkata “Tumben muji”.
“Hehe. Raya, temenin aku nonton seleksi basket. Masalahnya itu Raka juga ikut seleksi. Ayo dong plisss” lanjut Jia.
“Tukan ada maunya. Jia, kan tau sendiri aku nggak suka liat cowok tebar pesona” ucap Raya.
“Ini kan seleksi basket. Ya kalau ada yang tebar pesona itu Cuma beberapa orang aja. Aku itu pingin banget liat Raka. Pokoknya kamu harus temenin aku” ucap Jia merengek.
Jia kemudian bangun dari duduknya dan menarik tangan Raya. Sebelum Raya melakukan apapun Jia menarik tangan Raya sambil memegangnya dengan erat. Raya hanya bisa mengikuti keinginan sahabatnya itu dengan terpaksa.
Saat itu semua siswa dan siswi menikmati acara seleksi tersebut. Jia juga terlihat sangat antusias sampai-sampai teriakan Jia bisa terdengar oleh orang satu lapangan. Raya hanya melihat pertandingan itu dengan muka datar dan tampak bosan. Saat pemilihan anggota basket berlangsung bisa dibilang pandangan Raya hanya mengarah pada Raka saja dan tentunya Jia juga demikian.
“Ayo Raka, semangat” teriak Jia.
“Raka kalau kamu gak kepilih Jia nggak bakal terima kamu jadi pacarnya” canda Raya dengan senyum tipis.
Ucapan Raya itu membuat semua orang yang berada disitu terdiam begitu juga dengan para peserta seleksi basket lain.
“Raya jangan bikin malu” ujar Jia dengan membisikannya ke telinga Raya agar tidak terdengar oleh orang lain.
Karena semua peserta berhenti bermain karena ucapan Raya, Wasit juga menghentikan permainan. Bukan semata-mata karena ucapan Raya yang spontanitas tersebut tetapi waktu bermain juga sudah berakhir.
Jia menarik tangan Raya pergi menjauhi lapangan. “Raya kok bilang gitusi depan orang banyak. Kalau Raka nggak suka terus malu sama teman-temannya gimana” ucap Jia dengan tampang sedih.
“Aku bisa jamin seratus persen kalau Raka nggak bakal malu. Lagian Raka memang suka sama kamu” balas Raya dengan santai.
Mendengar ucapan Raya yang tiba-tiba seperti itu membuat Jia tak percaya. Raya menarik tangan Jia seperti yang Jia lakukan tadi kepadanya. Mereka pergi menemui Raka yang sedang duduk bersama seseorang dipinggir lapangan. Jia terlihat gugup sementara Raya terlihat biasa saja. Raya seketika mendadak tertawa kecil melihat wajah Jia yang tampak begitu pucat. Saat raya tertawa mereka semua melihat ke arah Raya.
Raya tersenyum tipis dan kecantikannya terlihat begitu nyata. Orang-orang terpaku melihat kecantikan Raya yang lebih terpancar saat dia tersenyum
“Ada yang salah” ucap Raya.
Jia kemudian menarik Raya untuk duduk bersamanya di tempat Raka dan temannya itu duduk. Jia meminta maaf kepada Raka atas ucapan Raya tadi, mungkin itu membuat Raka merasa tidak nyaman.
“Kenapa Jia harus minta maaf. Apa salahnya ngomong kayak gitu” ujar Raya.
“Ya udah lah lupain aja. lagian aku juga nggak merasa gimana-gimana. Ini kenalin teman aku, aku selama seminggu ini latihan terus sama dia” ucap Raka.
“Hallo. Aku Devan” ucap Devan dan menjulurkan tangannya untuk berkenalan dengan dua gadis itu.
“Aku Jia, dan ini Raya” ucap Jia dan membalas menjabat tangan Devan.
“Raya, itu Devan mau kenalan” ucap Jia.
“Kan udah kamu kasi tau. Emang perlu kenalan dua kali” jawab Raya.
“Kalian satu kelas sama Raka?” tanya Devan.
“Sok asik banget” ucap Raya dan pergi meninggalkan mereka.
Mendengar perkataan Raya membuat Jia merasa geram dengan sikap Raya yang terlalu dingin kepada para pria.
“Maaf yah, Raya orangnya memang gitu kalau sama orang baru. jangan diambil hati. Sebenarnya Raya anaknya baik kok” jelas Jia.
Mereka bertiga kemudian berbincang-bincang sambil menunggu jam pulang sekolah. Memang saat itu tidak ada guru mata pelajaran yang masuk dikelas Raya, Jia dan Raka. Sementara Devan sudah diberi ijin oleh gurunya karena sedang bertanding.
Saat bel pulang sudah berbunyi Jia pergi ke kelas untuk mengambil tasnya. Di kelas dia tidak menemukan keberadaan Raya. Jia kemudian pergi menuju parkiran. Ternyata Raya sedang berdiri disamping mobil untuk menunggu Jia. Mereka kemudian pulang bersama.
Diperjalanan Jia memulai berbicara tentang Devan, jia membahas Raya yang bersikap terlalu dingin kepada Devan. Jia menasehati Raya bagaimana caranya bersikap kepada orang lain. Karena tidak semua cowok itu sama seperti yang Raya pikirkan selama ini, tetapi tanggapan Raya terhadap para pria tidak berlaku untuk ayahnya. Raya menyayangi ayahnya lebih dari apapun yang ia miliki.
Saat sampai didepan rumah Jia ada sebuah mobil yang mengklakson mereka. Mereka berdua tidak tau itu mobil siapa. Setibanya Raya dirumah dia seperti biasa mengganti pakaiannya dan turun untuk makan siang.
“Non Raya disuruh makan duluan sama Bapak” ujar Bi Ita yang sedang menghidangkan makan siang.
“Emang papah udah pulang. Kok cepat banget” ucap Raya.
“Iya. Sekarang lagi dirumah temannya. Katanya, temannya itu barusan pulang dari Amerika 2 minggu lalu. Rumahnya dekat banget sama rumah ini. Cuma loncat dua rumah aja Non” balas Bi Ita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments