Pada hari sabtu malam atau malam minggu, Raya dan Jia sedang asik mengobrol di handphone mereka. Mereka sangat asik berbincang sampai suatu waktu Jia membahas tentang masalah sekolah. Entah kenapa tiba-tiba mereka sama-sama berpikir tentang persiapan yang belum mereka lakukan untuk sekolah yang tinggal 2 hari lagi.
“Aku belum siapin apa-apa buat sekolah,” sontak yang mereka ucapkan secara bersamaan.
Akhirnya Raya dan Jia memutuskan untuk membeli keperluan sekolah besok dihari minggu. Entah apa yang mereka pikirkan sehingga mempersiapkan keperluan sekolah sehari sebelumnya.
Pagi itu di hari minggu, Raya pergi kerumah jia untuk melakukan rencana yang mereka buat kemarin malam. Saat dirumah jia, Raya bertemua dengan mamah jia.
“Tante Dahlia, jianya mana?” tanya Raya.
“Ada dikamarnya. Masuk aja Raya” jawab tante Dahlia yang sedang masak untuk makan siang.
Raya bergegas menuju kamar jia yang berada dilantai dua.
“Jiaaaa.....,” teriak Raya usil. Dan tiba-tiba muncul dibelakang jia dan membuatnya sangat terkejut.
“Raya, Ih bikin kaget aja” ucap Jia sambil menampakan wajah cemberut dan jengkel karena kesal.
Selesai Jia bersiap-siap mereka berduapun turun dari kamar jia. Saat berpamitan dengan mamahnya Jia, Jia dan Raya diajak untuk makan siang bersama oleh mamah Jia. Tetapi mereka menolak dan memutuskan untuk makan di Cafe didekat mall yang akan mereka tuju.
Mereka akhirnya berangkat dengan menggunakan mobil milik Raya. Di perjalanan mereka sangat asik mengobrol, sekitar 5 menit lagi mereka akan sampai ke tempat tujuan. Tetapi sebelum sampai di Mall tiba-tiba Jia dikejutkan dengan Raya yang seketika teriak dan berhenti mendadak.
“Raya, kamu kenapa?” tanya Jia dengan keras yang sontak membuat Raya tersadar.
“Jia, Aku nabrak orang,” teriak Raya.
Mendengar ucapan Raya membuat Jia panik. Merekapun tanpa sadar keluar dari mobil secara bersamaan dan melihat orang yang mereka tabrak.
“Aduh Kamu nggak apa-apa. Sini aku bantu. Sorry banget yah. kita ta...di-,“ ucap Jia dengan terbata-bata, sambil membantu membereskan buku yang berserakan dijalan.
Ternyata yang mereka tabrak adalah seorang laki-laki. Karena tabrakan tersebut kacamata anak itu terjatuh dan pecah.
“Kacamata kamu rusak, biar aku yang ganti,” ucap Raya sedih.
“Gak apa-apa. Lain kali lebih hati-hati yah. Makasih udah bantu beresih bukunya. Aku permisi,” ujar laki-laki itu dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Raya dan Jia kemudian melanjutkan perjalanan mereka.
“Aduh Raya, aku masih kepikiran sama cowok tadi. Kasihan banget tau. Aku nggak tega ngeliatnya,” ucap Jia dengan tampang sedih.
“Udahlah Jia jangat dipikirin, dia tadikan juga udah bilang nggak apa-apa. Lagian yang nabrakan aku, jadi kalau ada apa-apa biar aku yang tanggung jawab. Jadi kamu nggak usah khawatir,” ucap Raya yang seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Raya, kok kamu bilang kayak gitu sih,” ujar Jia kembali.
“Ji, aku kasi tau ya. Kamu tau gk kenapa cowok tadi itu bilang nggak apa-apa dan langsung pergi gitu aja tanpa minta pertanggung jawaban dari kita? Itu karena dia yang salah, udah jelas dia yang tiba-tiba muncul depan mobil,” jengkel Raya membuat Jia terdiam membisu.
Merek kemudian melanjutkan perbelanjaan. Tanpa sadar ternyata jam sudah menunjukan pukul 4 sore. Karena mereka sadar bahwa mereka belum makan siang, Raya dan Jia pergi ke cafe disamping mall seperti rencana mereka sebelumnya.
Saat sampe di cafe mereka memesam makanan favorit mereka masing-masing. Raya memesan seafood dan jus lemon, sedangkan jia memesan spageti dan jus melon. Selama makan mereka berbincang-bincang dan berdiskusi masalah sekolah.
Setesai makan merekapun pulang tepat jam 17:48 sore. Raya mengantar jia pulang kerumahnya.
“Thanks, Raya buat hari ini,” ucapan perpisahan dari Jia.
“Ok, besok pagi aku jemput yah. kita ke sekolah bareng.”
“Oke aku tunggu. Bye Raya.”
Jia masuk kedalam rumahnya, sementara Raya mengendarai mobilnya pulang kembali kerumah.
Saat diperjalanan pulang Raya mendapat pesan dari Bi Ita kalau Papah Raya baru saja tiba di rumah setelah dijemput oleh Pak Asep di Bandara. Karena mendapat pesan tersebut Raya berencana membelikan puding dan kue kesukaan ayahnya untuk menyamput kepulangannya dari Singapura. Raya membeli kue dan puding di cafe langganannya. Setelah sampe dirumah, Raya masuk dengan memegang gue ditangan kanannya dan memegang tas yang berisi puding ditangan kirinya.
“Selamat datang Papah,” teriak Raya yang membuat ayahnya terkejud”.
“Wah.... Makasih sayang,” ucap papah Raya sembari memeluk Raya.
“Raya kangen banget sama papah. Welcome to Home,” ucap Raya.
Raya dan papahnya makan kue dan puding yang dibeli oleh Raya bersama-sama di meja makan. Mereka makan dengan penuh tawa untuk melepas rasa rindu setelah satu bulan tidak bertemu.
Pada malam harinya Jia tiba-tiba menelpon Raya sewaktu Raya baru saja selesai mandi.
“Iya Jia, ada apa?” tanya Raya yang mengawali pembicaraan mereka.
“Ra....., tolongin aku,” ucap Jia dengan suara yang sangat sedih.
“Eh, Jia kamu kenapa? Kok panik gitu?” tanya Raya yang tidak tau menau apa yang terjadi kepada Jia.
“Raya, kamu masih ingat nggak sama cowok yang kita tabrak waktu pergi ke Mall tadi?” tanya Jia.
“Iya, aku masih ingat. Emangnya kenapa?” jawab Raya.
“Ternyata cowok itu anak teman papah. Dan sekarang dia dateng ke rumah aku sama papahnya. Raya, gimananih aku takut banget. Gimana kalau dia ceritain kalau dia ditambrak tadi siang dan yang nabrak itu aku. Pasti papah marah banget,” ujar Jia dengan suara yang penuh rasa cemas.
“Jia, kamu tenang aja lagian yang nyetir mobilnya aku. Entar kalau Om Arman tau dan sampe marah, kamu tinggal bilang aja ke aku. Entar aku yang jelasin ke Om Arman. Lagian beneran cowok cupu gitu anak dari teman Om Arman?” celoteh Raya dengan Santai.
“Iya Raya, aku yakin banget itu dia. Eh, Raya udah dulu yah papah tiba-tiba manggil,” ucap Jia.
“Yaudah. Entar kalau ada apa-apa cerita ya ke aku,” sahut Raya.
Beberapa saat kemudian Raya memikirkan Jia, karena kejadian yang diceritakan oleh Jia tadi. Raya memikirkan apa yang akan terjadi dengan Jia jika Om Arman sampai tau anak temannya telah ditabrak oleh anaknya sendiri. walaupun gak terlalu parah dan cowok itu juga gak apa-apa sih. Tapikan tetep aja.
***
“Jia manasih. Kok gak telpon-telpon, inikan udah lewat satu jam,” gumam Raya.
Setelah mondar mandir dikamarnya, akhirnya Raya mendapat telpon dari Jia. Jia kemudian menceritakan kepada Raya apa yang telah terjadi.
“Oh jadi cowok itu gak bilang apa-apa ke papahnya. Om Arman sama papanya cowok itu Cuma ngobrol soal kerjaan. Sukur deh kalau gitu,” ucap Raya.
“Iya, aku juga tadi takut banget tau. Aku pikir mereka datang buat minta pertanggung jawaban. Raya, kayaknya kita harus bilang makasih deh ke cowok itu,” ucap Jia.
“Udahlah lupain aja. Lagian kecelakaan itu bukan salah kita sepenuhnya,” jawab Raya.
“Tapi aku beneran nggak enak sama cowok itu,” ucap Jia dengan rasa bersalah.
“Kamu kenapa sih, yang nabrak itu aku. Kenapa kamu yang jadi khawatir dan malah prihatin ke cowok itu. Lain kali kalau kita ketemu lagi sama cowok itu, kamu tinggal minta maaf aja,” ujar Raya dengan nada ceria untuk membujuk Jia yang terdengar sedih itu.
Setelah selesai menelpon Jia, Raya kemudian bergegas tidur. Dia tidak ingin terlambat di hari pertama masuk sekolah. Dia juga harus menjemput Jia sebelum pergi ke sekolah.
Pagi hari, Raya bangun begitu pagi. Dia sarapan, kemudian mandi, dan menyiapkan segala kebutuhan untuk sekolah. Dan tidak lupa dia mengikat rambutnya yang lumayan panjang itu. Saat turun ke bawah dia berpamitan kepada ayahnya yang sedang duduk santai sambil menikmati secangkir kopi.
“Papah nggak pergi kerja?” tanya Raya.
“Papah masih capek, jadi mau istirahat dulu,” jawab ayah Raya.
“Raya berangkat dulu ya Pah,” ucap Raya sambil mengambil sebuah roti dan minum segelas susu yang telah disediakan oleh Bi ita. Raya kemudian pergi ke Garasi untuk mengambil mobil yang akan ia gunakan untuk berangkat sekolah.
Setibanya Raya didepan rumah Jia, ternyata Jia sedang menggunakan sepatu di teras rumahnya.
“Jia cepetan, entar kita telat,” teriak Raya dari dalam mobil sambil memencet klakson mobilnya.
“Inikan masih Pagi,” gumam Jia yang tak terdengar oleh Raya.
“Raya, kamu kok iket rambut sih. Kan lebih cantik kalau rambutnya dilepas,” ucap Jia.
“Aku risih diliatin. Biar gak terlalu mencolok disekolah. Ini kan hari pertama masuk sekolah, aku nggak mau hari pertama masuk sekolah langsung hancur begitu aja. udah ah, cepetan masuk,” ujar Raya. Mereka kemudian berangkat kesekolah.
Saat sampai di dalam sekolah, Jia tiba-tiba melihat cowok yang waktu itu pernah mereka tabrak dengan mobil yang sama yang mereka gunakan saat ini.
“Raya, itu bukannya cowok yang kita tabrak waktu di Mall,” ucap Jia dengan sedikit teriakan.
“Mana?” tanya Raya.
“Itu yang berdiri di lapangan,” jawab Jia.
Seketika Raya dan Jia saling menatap tajam. Mereka berdua kemudian ikut berkumpul ke lapangan dengan siswa baru lainnya. Kepala sekolah dan guru-guru juga sudah berkumpul dilapangan.
Kepala sekolah menyampaikan beberapa kalimat sebagai sambutan kepada siswa dan siswi baru di SMA Jayapura. Dia berharap bahwa seluruh siswa dan siswi dapat berperan aktif dalam segala kegiatan sekolah untuk memajukan sekolah. Dan setiap anak di wajibkan memilih satu ekskul pilihan mereka.
Selesai memberikan pengumuman wajib kepada seluruh siswa dan siswi baru, Kepala sekolah memberikan kehormatan kepada seorang siswa untuk menyampaikan beberapa kalimat kepada teman-temannya. Tentu saja yang terpilih bukan siswa sembarangan yang asal pilih saja. Yang akan diberikehormatan adalah siswa yang lulus dengan nilai tertinggi. Tentunya dia adalah Rayana Putri Cakradarma.
Kepala sekolah mempersilakan Raya untuk maju kedepan memberikan beberapa kata kepada para siswa baru lainnya. Yang pasti Raya tidak tau jika dia akan dipanggil oleh kepala sekolah untuk berbicara pada hari ini. Itu membuat Raya bingung dan berpikir akan menyampaikan apa yang ada dipikirannya.
“Semangat Raya,” ucap Jia sebelum Raya maju ke tengah-tengah lapangan.
“Selamat pagi semuanya. Saya Rayana Putri Aditya. Tidak banyak yang ingin saya sampaikan kepada kalian semua. Saya hanya bisa bilang, semangat. Disekolah ini kita sama-sama berjuang untuk mendapatkan yang terbaik untuk sekolah dan untuk diri kita sendiri tentunya. Saya berada disini bukan karena saya ingin tapi karena saya mampu. Itu membuktikan bahwa kemampuan yang membawa kita kepada kemajuan bukan hanya dengan kemauan saja. Jadi mari kita bersama-sama membuat kemampuan itu pada diri kita sendiri. Terimakasih,” kata-kata Raya yang dia ucapkan saat berpidato sangat tenang.
Bukan berarti dia tidak gugup atau merasa grogi, tetapi karena dia terbiasa berbicara didepan banyak orang. Jia merasa sangat bangga mempunyai sahabat seperti Raya. Bukan hanya pintar dan cantik, Raya juga sangat berbakat dan berprestasi.
“Raya, kita masuk kelas drama yuk. Kayaknya seru deh,” ajak Jia.
“Aku masuk kelas musik. Tapi kalau kamu mau masuk kelas drama, masuk aja,” ucap Raya.
Karena berbeda pilihan, Raya dan Jia tidak masuk dalam ekskul yang sama. Raya masuk di kelas Musik dan Jia masuk di kelas Drama. Tetapi walaupun berbeda ekskul mereka ternyata masuk ke dalam kelas yang sama yaitu X-1.
Setelah mendaftar di ekskul masing-masing, Raya dan Jia kemudian pergi ke kelas mereka. Tanpa mereka sadari ternyata cowok yang mereka tabrak di Mall itu satu kelas dengan mereka. Hal itu membuat mereka kaget dan canggung kepada cowok itu. Apalagi Jia yang telah ia ketahui dia adalah anak dari teman papahnya. Raya dan Jia kemudian duduk bersama dibangku nomor dua dari depan.
“Hi Jia,” sapa cowok itu kepada Jia yang sontak membuat dua sahabat ini terkejud.
“Iya,” jawab Jia dengan nada suara yang cukup kaget.
“Kenapa kaget gitu. Kamu masih ingat aku kan. Aku yang waktu itu datang kerumah kamu sama papah aku. Oh iya, waktu itu kan aku belum sempat perkenalkan diri. Karena sekarang kita satu kelas, jadi aku mau kenalin diri aku ke kamu. kenalin aku Raka Ravindra, panggil aja Raka,” ucap cowok itu sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya kepada Jia.
“Iya. Salam kenal,” jawab Jia dan membalas menjabat tangan Raka.
“Kenalin ini Raya, Sahabat aku,” lanjut Jia.
“Hi, Raya,” sapa Raka yang tak digubris oleh Raya.
Bel akhirnya berbunyi, Raka kemudian pergi ketempat duduknya.
“Raya. Kok diam aja sih. Lagiankan kita juga belum minta maaf tau sama Raka,” ucap Jia dengan suara pelan. Raya sama sekali tidak peduli apa yang dikatakan oleh Jia.
Setelah bel keluar main berbunyi seluruh siswa dan guru keluar dari kelas mereka masing-masing bergitu juga dengan Raya dan Jia. Merek berdua pergi kekantin bersama dan selalu begitu. Dalam perjalanan menuju kantin, sorot mata Raya kemudian menuju ke arah kanannya.
“Perpustakaannya bagus,” ucap Raya.
Jia hanya menanggapi perkataan Raya dengan terdiam. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju kantin.
“Makanannya enak juga,” ucap Jia sambil tersenyum.
“Hmm. Enakan masakan Bi Ita,” ucap Raya.
Setelah makan, Raya dan Jia kembali ke kelas. Saat bel berbunyi guru mereka masuk ke kelas. Saat ini sedang berlangsung jam pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bu Rani. Saat Ingin mengambil buku dari dalam tas, Raya menemukan sebuah amplop berwarna biru di dalam tasnya.
“Apaan nih?” tanya Raya.
“Coba liat,” ucap Jia dan mengambil Amplop itu dari Raya dan membukanya.
“Isinya surat cinta,” lanjut Jia sambil memasang wajah dengan senyum sinisnya.
“Bu, ada surat nyasar di dalam tas saya,” Raya berdiri dan meletakaan Amplob itu di meja guru.
“Aduh, siapa sih tu cowok. Cari masalah aja,” gumam Jia.
Kemudian Bu Rani mencari orang yang menulis surat itu. Dia ingin mencocokan semua tulisan murid yang ada dikelas itu dengan surat yang diterima Raya. Saat sedang pemeriksaan tiba-tiba Rama berdiri dan mengaku dia yang menulis surat itu. Rama adalah siswa yang baru saja terpilih menjadi ketua kelas saat jam pertama tadi.
“Maksud kamu apa tulis surat itu?” ucap Raya sambil berdiri dengan melihat ke arah Rama.
“Gak ada, Cuma menunjukan kekanguman aku ke kamu aja. Emang gak boleh,” jawab Rama.
“Hari gini masih surat-suratan. Udah gak jaman,” ujar Raya dengan tatapan sinis.
“Sudah-sudah. Raya, Rama, kalian boleh duduk,” ucap Bu Rani.
Mereka kemudian melanjutkan proses *** dengan baik dan lancar. Tentunya tidak dengan Raya yang masih merasa jengkel dengan si ketua kelas itu. Tetapi dia tetap menahan rasa tidak sukanya seperti biasa.
Jangan Lupa Cek Instagram BlueBerry : @blueberry_writer
Semua kelas hari ini selesai, Raya dan Jia segera pulang. Raya mengantar Jia pulang kerumahnya. Di sepanjang perjalanan mereka membicarakan soal Rama. Kayaknya keinginan Raya yang ingin masa SMAnya berjalan dengan tentram tidak akan pernah terwujud. Tetapi dia ingin melihat apakah akan terjadi sesuatu seperti kejadian tadi di hari kedua besok. Setibanya di rumah, Raya langsung berbaring di ranjang kamarnya. Menatap langit-langit kamar dengan termenung.
“Apa aku buat ulah aja yah disekolah. Biar anak-anak disekolah itu jadi ilfil sama aku. Aku gak mau kejadian waktu SMP terulang lagi. jadi aku harus cegah sebelum semua ini terlambat. Mah, coba kalau mamah ada disini. Pasti mamah kasi saran ke Raya gimana caranya menghadapi cowok-cowok itu. Hah..... Raya jadi kangen sama mamah” gumam Raya.
Tanpa Raya sadari dia tertidur lelap dengan posisi seperti itu. Dia bahkan belum mengganti seragam sekolahnya.
Saat sore hari Ayah Raya pulang dari kantor. Dia mencari Raya kekamarnya karena tidak melihat Raya dari tadi. Ayah Raya melihat Raya yang tertidur pulas dengan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dia membangunkan Raya dan menyuruhnya mengganti pakaian sekolahnya.
“Sudah makan siang sayang?” tanya Ayah Raya.
“Belum pah. Tadi Raya ketiduran” jawab Raya.
Raya dan ayahnya kemudian turun untuk makan bersama. Karena terlalu sibuk Ayah Raya juga belum sempat makan siang di Kantor. Mereka makan sambil mengobrol. Raya menceritakan hari pertamanya di sekolah saat menyampaikan kata sambutan tadi pagi. Mereka berbincang banyak hal sambil makan, karena Raya dan Ayahnya sudah lumayan lama tidak mengobrol tentang banyak hal.
Pada saat malam hari Raya mendapatkan pesan dari Jia. Di pesan itu tertulis Jia ingin mengajak Raya untuk pergi bersamanya di acara kantor ayah Jia. Sebenarnya Jia juga terpaksa pergi ke acara itu. Tetapi karena acara itu sangat penting untuk dihadiri sehingga Jia tidak bisa menolak. Ayah Jia tidak bisa pergi ke acara kantor karena ibu Jia sedang sakit. Raya menyetujui untuk pergi dengan Jia karena tidak tega melihat sahabatnya itu pergi sendiri ke acara resmi seperti itu. Raya juga sudah terbiasa dengan suasana acara resmi seperti itu. Dia sering di ajak oleh Ayahnya pergi ke acara kantor yang diadakan langsung oleh perusahaan milik ayah Raya. Sebagai tunggal satu-satunya Raya di perintahkan oleh ayahnya untuk sering-sering datang ke perusahaan untuk melihat-lihat suasana dan keadaan kantor.
Saat sudah selesai siap-siap Raya kemudian turun dari kamarnya. Dia melihat Jia yang sedang duduk bersama Ayahnya di ruang tamu.
“Jia” ujar Raya seakan-akan seperti melihat penampakan.
Karena terlalu lama menunggu akhirnya Jia memutuskan untuk pergi ke rumah Raya menggunakan taksi. Jia bukannya tidak memiliki mobil sendiri. Tetapi dia belum bisa menyetir mobil dan juga dilarang oleh ibunya membawa mobil sendirian.
Mereka berdua berpamitan dengan ayah Jia untuk berangkat ke pesta. Saat menyalakan mobil entah kenapa mobil Raya tiba-tiba tidak bisa menyala.
“Kenapa non? Ada masalah sama mobilnya?” tanya pak asep yang datang karena mendengar suara mobil yang nyala mati.
“Gak tau pak. Tiba-tiba aja gak bisa nyala” jawab Raya.
Pak Asep memeriksa mobil Raya, dia bilang bahwa mobil milik Raya harus di cek di bengkel. Pak asep kemudian menawarkan untuk menggunakan mobil milik ayahnya Raya saja. Tetapi Jia menolak dengan alasan tidak enak dengan ayah Raya. Karena sudah telat untuk menghadiri acar mereka akhirnya pergi menggunakan taksi yang baru saja lewat.
Setibanya di kantor tempat ayah Jia bekerja Raya dan Jia kemudian memberikan salam kepada kepala perusahaan bernama Pak Dimas. Jia menjelaskan kepada Pak Dimas bahwa ayahnya berhalangan untuk hadir di acara itu. Pak Dimas sangat senang melihat Jia datang mewakili ayahnya. Karena menganggap acara perusahaan ini penting sehingga walaupun berhalangan hadir dia masih menyuruh anaknya untuk datang.
“Pak Dimas, ini teman saya Raya” ucap Jia.
“Hallo. Senang bisa bertemu dengan bapak” ucap Raya sambil berjabat tangan dengan Pak Dimas.
“Kamu anaknya Pak Aditya?” tanya Pak Dimas.
“Iya” jawab Raya dengan tersenyum lebar.
Raya sebenarnya tau jika Pak Dimas adalah rekan kerja Ayahnya. Dia pernah melihat Pak Dimas bersama ayahnya sedang mengobrol mengenai kontrak kerja di kantor Ayahnya. Itu karena ayah Raya sedang membangun kantor cabang baru. Raya juga sering menghadiri acara kantor jadi tidak heran semua rekan kerja ayahnya mengenalnya. Pak Dimas kemudian menyuruh Raya dan Jia untuk menikmati hidangan yang telah disediakan.
Setelah berbincang dengan Pak Dimas Raya dan Jia tidak pergi memakan makanan yang telah disediakan tetapi malah berdiri didekat pintu masuk.
“Nggak mau pulang aja?” tanya Jia kepada Raya.
“Ya terserah. Inikan bukan acara aku” jawab Raya.
Kemudian terdengar suara dari kejauhan yang memanggil nama Jia. Sontak membuat Jia terkejud dan melihat ke arah samping.
“Raka” panggil Jia sambil tersenyum.
“Kamu kesini wakilin Om Arman?” tanya Raka.
“Iya, karena mama lagi sakit. Terus minta papah buat temenin. Jadinya aku yang datang ke acara ini” jawab Jia.
Jia dan Raka terus mengobrol berdua tanpa memperdulikan Raya yang berasa disampingnya. Raya mengambil segelas jus yang dibawa oleh pelayan. Selesai minum jus Raya pergi untuk meletakan gelas di meja. Saat membalikan badannya Raya terkejud karena dia menabrak seseorang.
“Aduh. Maaf banget yah” Ucap Raya.
“Nggak masalah” jawab Pria itu.
“Raya sini. Ngapain disitu” panggil Jia dari kejauhan.
“Maaf ya sekali lagi. Permisi” ucap Raya kepada Pria itu dan pergi meninggalkannya.
Raya dan Jia kemudian pulang diantar oleh Raka. Kebetulan Raka menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang. Raya menyuruh Jia duduk didepan bersama Raka. Karena tidak enak jika Raka duduk sendiri seperti supir pribadi didepan. Dia juga masih lumayan canggung dengan Raka karena sikapnya yang dingin saat disekolah tadi pagi. Jia turun lebih awal karena rumahnya yang paling dekat.
Raya kemudian diminta oleh Jia duduk didepan sambil mengucapkan apa yang Raya bilang tadi kalau Raka bukan supir pribadi. Raya kemudian pindah kedepan dan duduk bersama dengan Raka.
“Raya, kamu kenapa diam aja” Raka mengawali pembicaraan yang terlihat kaku.
“Nggak kenapa-kenapa” jawab Raya.
“Aku boleh tanya nggak” ucap Raka lagi.
“Tanya aja” jawab Raya.
“Boleh ceritain tentang Jia. Misalnya kalian sahabatan dari kapan dan sebagainya” ujar Raka. Raya menceritakan tentang dia dan Jia. Bagaimana persahabatannya dengan Jia. Tetapi Raya membicarakan bagian besarnya saja. Dia tidak membahas hal yang bersifat privasi. Yang hanya diketahui oleh Raya dan Jia saja.
Karena Rumah Raya lumayan jauh dari tempat Acara, Raka terus menanyakan beberapa pertanyaan agar ada komunikasi antara dirinya dan Raya agar kedepannya mereka tidak merasa canggung. Sesampainya di rumah Raya, Raya berterimakasih kepada Raka karena sudah mengantar dia dan Jia pulang. Dia juga minta maaf atas sikapnya disekolah. Raka kemudian pergi dan Raya masuk kedalam rumah. Karena sudah larut malam Raya cepat-cepat mengganti pakaiannya dan langsung tidur.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!