Semua kelas hari ini selesai, Raya dan Jia segera pulang. Raya mengantar Jia pulang kerumahnya. Di sepanjang perjalanan mereka membicarakan soal Rama. Kayaknya keinginan Raya yang ingin masa SMAnya berjalan dengan tentram tidak akan pernah terwujud. Tetapi dia ingin melihat apakah akan terjadi sesuatu seperti kejadian tadi di hari kedua besok. Setibanya di rumah, Raya langsung berbaring di ranjang kamarnya. Menatap langit-langit kamar dengan termenung.
“Apa aku buat ulah aja yah disekolah. Biar anak-anak disekolah itu jadi ilfil sama aku. Aku gak mau kejadian waktu SMP terulang lagi. jadi aku harus cegah sebelum semua ini terlambat. Mah, coba kalau mamah ada disini. Pasti mamah kasi saran ke Raya gimana caranya menghadapi cowok-cowok itu. Hah..... Raya jadi kangen sama mamah” gumam Raya.
Tanpa Raya sadari dia tertidur lelap dengan posisi seperti itu. Dia bahkan belum mengganti seragam sekolahnya.
Saat sore hari Ayah Raya pulang dari kantor. Dia mencari Raya kekamarnya karena tidak melihat Raya dari tadi. Ayah Raya melihat Raya yang tertidur pulas dengan masih menggunakan seragam sekolahnya. Dia membangunkan Raya dan menyuruhnya mengganti pakaian sekolahnya.
“Sudah makan siang sayang?” tanya Ayah Raya.
“Belum pah. Tadi Raya ketiduran” jawab Raya.
Raya dan ayahnya kemudian turun untuk makan bersama. Karena terlalu sibuk Ayah Raya juga belum sempat makan siang di Kantor. Mereka makan sambil mengobrol. Raya menceritakan hari pertamanya di sekolah saat menyampaikan kata sambutan tadi pagi. Mereka berbincang banyak hal sambil makan, karena Raya dan Ayahnya sudah lumayan lama tidak mengobrol tentang banyak hal.
Pada saat malam hari Raya mendapatkan pesan dari Jia. Di pesan itu tertulis Jia ingin mengajak Raya untuk pergi bersamanya di acara kantor ayah Jia. Sebenarnya Jia juga terpaksa pergi ke acara itu. Tetapi karena acara itu sangat penting untuk dihadiri sehingga Jia tidak bisa menolak. Ayah Jia tidak bisa pergi ke acara kantor karena ibu Jia sedang sakit. Raya menyetujui untuk pergi dengan Jia karena tidak tega melihat sahabatnya itu pergi sendiri ke acara resmi seperti itu. Raya juga sudah terbiasa dengan suasana acara resmi seperti itu. Dia sering di ajak oleh Ayahnya pergi ke acara kantor yang diadakan langsung oleh perusahaan milik ayah Raya. Sebagai tunggal satu-satunya Raya di perintahkan oleh ayahnya untuk sering-sering datang ke perusahaan untuk melihat-lihat suasana dan keadaan kantor.
Saat sudah selesai siap-siap Raya kemudian turun dari kamarnya. Dia melihat Jia yang sedang duduk bersama Ayahnya di ruang tamu.
“Jia” ujar Raya seakan-akan seperti melihat penampakan.
Karena terlalu lama menunggu akhirnya Jia memutuskan untuk pergi ke rumah Raya menggunakan taksi. Jia bukannya tidak memiliki mobil sendiri. Tetapi dia belum bisa menyetir mobil dan juga dilarang oleh ibunya membawa mobil sendirian.
Mereka berdua berpamitan dengan ayah Jia untuk berangkat ke pesta. Saat menyalakan mobil entah kenapa mobil Raya tiba-tiba tidak bisa menyala.
“Kenapa non? Ada masalah sama mobilnya?” tanya pak asep yang datang karena mendengar suara mobil yang nyala mati.
“Gak tau pak. Tiba-tiba aja gak bisa nyala” jawab Raya.
Pak Asep memeriksa mobil Raya, dia bilang bahwa mobil milik Raya harus di cek di bengkel. Pak asep kemudian menawarkan untuk menggunakan mobil milik ayahnya Raya saja. Tetapi Jia menolak dengan alasan tidak enak dengan ayah Raya. Karena sudah telat untuk menghadiri acar mereka akhirnya pergi menggunakan taksi yang baru saja lewat.
Setibanya di kantor tempat ayah Jia bekerja Raya dan Jia kemudian memberikan salam kepada kepala perusahaan bernama Pak Dimas. Jia menjelaskan kepada Pak Dimas bahwa ayahnya berhalangan untuk hadir di acara itu. Pak Dimas sangat senang melihat Jia datang mewakili ayahnya. Karena menganggap acara perusahaan ini penting sehingga walaupun berhalangan hadir dia masih menyuruh anaknya untuk datang.
“Pak Dimas, ini teman saya Raya” ucap Jia.
“Hallo. Senang bisa bertemu dengan bapak” ucap Raya sambil berjabat tangan dengan Pak Dimas.
“Kamu anaknya Pak Aditya?” tanya Pak Dimas.
“Iya” jawab Raya dengan tersenyum lebar.
Raya sebenarnya tau jika Pak Dimas adalah rekan kerja Ayahnya. Dia pernah melihat Pak Dimas bersama ayahnya sedang mengobrol mengenai kontrak kerja di kantor Ayahnya. Itu karena ayah Raya sedang membangun kantor cabang baru. Raya juga sering menghadiri acara kantor jadi tidak heran semua rekan kerja ayahnya mengenalnya. Pak Dimas kemudian menyuruh Raya dan Jia untuk menikmati hidangan yang telah disediakan.
Setelah berbincang dengan Pak Dimas Raya dan Jia tidak pergi memakan makanan yang telah disediakan tetapi malah berdiri didekat pintu masuk.
“Nggak mau pulang aja?” tanya Jia kepada Raya.
“Ya terserah. Inikan bukan acara aku” jawab Raya.
Kemudian terdengar suara dari kejauhan yang memanggil nama Jia. Sontak membuat Jia terkejud dan melihat ke arah samping.
“Raka” panggil Jia sambil tersenyum.
“Kamu kesini wakilin Om Arman?” tanya Raka.
“Iya, karena mama lagi sakit. Terus minta papah buat temenin. Jadinya aku yang datang ke acara ini” jawab Jia.
Jia dan Raka terus mengobrol berdua tanpa memperdulikan Raya yang berasa disampingnya. Raya mengambil segelas jus yang dibawa oleh pelayan. Selesai minum jus Raya pergi untuk meletakan gelas di meja. Saat membalikan badannya Raya terkejud karena dia menabrak seseorang.
“Aduh. Maaf banget yah” Ucap Raya.
“Nggak masalah” jawab Pria itu.
“Raya sini. Ngapain disitu” panggil Jia dari kejauhan.
“Maaf ya sekali lagi. Permisi” ucap Raya kepada Pria itu dan pergi meninggalkannya.
Raya dan Jia kemudian pulang diantar oleh Raka. Kebetulan Raka menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang. Raya menyuruh Jia duduk didepan bersama Raka. Karena tidak enak jika Raka duduk sendiri seperti supir pribadi didepan. Dia juga masih lumayan canggung dengan Raka karena sikapnya yang dingin saat disekolah tadi pagi. Jia turun lebih awal karena rumahnya yang paling dekat.
Raya kemudian diminta oleh Jia duduk didepan sambil mengucapkan apa yang Raya bilang tadi kalau Raka bukan supir pribadi. Raya kemudian pindah kedepan dan duduk bersama dengan Raka.
“Raya, kamu kenapa diam aja” Raka mengawali pembicaraan yang terlihat kaku.
“Nggak kenapa-kenapa” jawab Raya.
“Aku boleh tanya nggak” ucap Raka lagi.
“Tanya aja” jawab Raya.
“Boleh ceritain tentang Jia. Misalnya kalian sahabatan dari kapan dan sebagainya” ujar Raka. Raya menceritakan tentang dia dan Jia. Bagaimana persahabatannya dengan Jia. Tetapi Raya membicarakan bagian besarnya saja. Dia tidak membahas hal yang bersifat privasi. Yang hanya diketahui oleh Raya dan Jia saja.
Karena Rumah Raya lumayan jauh dari tempat Acara, Raka terus menanyakan beberapa pertanyaan agar ada komunikasi antara dirinya dan Raya agar kedepannya mereka tidak merasa canggung. Sesampainya di rumah Raya, Raya berterimakasih kepada Raka karena sudah mengantar dia dan Jia pulang. Dia juga minta maaf atas sikapnya disekolah. Raka kemudian pergi dan Raya masuk kedalam rumah. Karena sudah larut malam Raya cepat-cepat mengganti pakaiannya dan langsung tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments