Beberapa hari kemudian tibalah saatnya Rio pulang ke Tangerang menemui kekasihnya tercinta. Dia sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Sashi. Bahkan Ia rela berangkat jam 2 subuh, demi lekas bertemu. Rio sudah hampir 10 hari tidak bertemu dengan Sashi.
Setelah Ia tiba di gedung apartemen, langsung bergegas menuju ke apartemennya. Tidak lupa Ia menyapa orang-orang yang Ia temui disana.
“Pagi Pak Agus….” Sapa Rio ke salah satpam yang berjaga.
Sambil menguap Pak Agus menyahut, “Hoam…Pagi. Lho Mas Rio. Lama nggak keliatan kayaknya lagi banyak proyek nih.”
“He..he..Amin.” Jawab Rio.
“We Mas Rio, Pagi amat Mas.” Sapa satpam yang satunya.
“Yoi Mas Ridho, biasa udah kangen bu bos.” Canda Rio yang membuat mereka tertawa.
“Bisa aja ni Mas Rio bikin kita melek.” Ujar Pak Agus.
Rio langsung bergegas naik lift menuju apartemennya. Dia benar-benar sudah tidak sabar. Sesampainya langsung Ia buka pintu dan menuju ke kamarnya. Rupanya kekasihnya belum bangun.
Rio memandangi Sashi yang tidur, dia memandang penuh cinta kekasihnya itu. Sashi yang tidur terlihat cantik dengan piyama hitam celana pendek.
Bahkan tidur aja dia cantik!
Sebenarnya Rio agak tidak tega harus membangunkan kekasihnya. Namun bagaimana lagi dia sudah rindu berat.
Ia elus-elus lembut pipi mulus tanpa jerawat, Ia sibakkan rambut Sashi yang menghalangi wajah cantiknya. Sashi bergerak, Rio masih takut membangunkannya.
Lalu Ia berbaring di sampingnya dan Ia kecup kening Sashi, perlahan Sashi membuka matanya. Bulu mata lentiknya menyapanya.
“Morning sayangku…”Ucap Rio.
Senyum manis menyungging di bibir tipisnya, bahkan terlihat ranum siapapun yang melihatnya pasti ingin memakannya.
“Ah sayang, kok nggak bilang-bilang.” Sashi mencoba bangun dan ditarik kembali oleh Rio lalu jatuh ke pelukannya, “Ini jam berapa sayang.”
“Masih subuh.”
Rio sudah tidak tahan melihat wajah kekasihnya yang seksi ketika bangun tidur itu, Ia langsung melahap bibir ranumnya.
“Mmm..” Sashi mencoba melepaskan.
Namun Rio semakin mendekatkan, “Mmm…”
Rio melahap penuh hasrat namun masih sedikit pelan agar mereka bisa menikmatinya. Sashi yang pasrah akhirnya menutup matanya.
Rio berganti posisi menindih Sashi, dengan bibir masih saling beradu. Kali ini tangan Rio mulai meremas pelan bola bulat dan empuk milik Sashi. Sashi mulai terpancing, Ia kalungkan tangannya ke leher Rio.
Dengan cekatan Rio menurunkan tali dan menarik piyama tipis berbahan satin itu, menonjol lah dua gunung nan indah. Tanpa pikir panjang Ia langsung melahap dan menjilati semua area terdekatnya.
Tak lupa dengan tangan kanan sudah mendarat di bagian bawah, Ia goyang pelan jari-jarinya. Sashi hanya bisa memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya.
Rio bangkit untuk melepas kaos dan celana yang Ia kenakan, dia hanya menyisakan box*r hitam yang menonjol karena senjatanya sudah tegang.
Setelah itu Ia kembali ke mainan favoritnya. Sembari mulut dan lidahnya bekerja, dua tangan Rio melepaskan kain-kain yang membalut Sashi hingga tak tersisa sehelai pun.
Sashi mulai menjambaki rambut Rio karena Rio sudah berhasil membuatnya terus terang*ang. Sambil mendehem dan mende*ah pelan Ia menikmati alurnya.
Hingga saat mulut seksi Rio tiba di surga kenikmatan di antara dua paha itu, Sashi meraung.
“Ah… Sayang!”
Rio tidak memberinya ampun, Ia semakin menjadi-jadi. Bahkan tangan nya pun ikut berkelana membuat Sashi semakin panas.
Pipinya mulai memerah, matanya merem melek menikmati sensasi luar biasa yang diciptakan hanya dengan mulut dan lidah Rio.
Rio merubah posisi lagi, di angkatnya Sashi hingga berdiri. Dan Ia dorong ke tembok.
“Sayang, hari ini kamu libur kan? Mari habiskan hari yang indah ini dengan penuh keringat.” Ujar Rio sambil mengangkat tangan Sashi dan ditahannya dengan 1 tangannya.
Dengan perlahan Rio mulai menjilati leher dan semuanya yang ada di depan matanya, bahkan area bawah ketiak yang sensitif pun tak luput olehnya.
Sambil tangan satunya Ia gunakan untuk bermain di lubang kenikmatan Sashi. Ia hanya menggunakan 1 jari saja sudah berhasil membuat Sashi semakin meraung-raung.
“Ah gila…Enak banget sayang ah..ah..”
Rio semakin menaikan tempo tangan dan lidahnya, sementara Sashi sudah dibuat mabuk kepayang oleh Rio.
Mereka bermain seperti biasa, dengan beberapa posisi. Dan bermain beberapa kali tanpa jeda. Semua keringat, teriakan, bahkan punggung Rio yang penuh cakaran itu lah yang mengawali pagi mereka.
Matahari semakin naik, hasrat dan semangat mereka semakin naik. Hingga kamar mereka berantakan, tidak puas bermain di kamar mereka berpindah ke ruang TV. Ruang TV tidak puas lalu berpindah ke dapur. Dapur adalah spot favorit kedua mereka setelah kamar mandi.
Rio memainkan semua gaya dan tenaganya. Di meja, sofa, bahkan kitchen bar pun mereka gunakan untuk melepas hasrat dan gejolak yang membara.
Dan akhirnya setelah bermain cukup lama dan beberapa kali ronde. Mereka lelah dan beristirahat sejenak. Rio terkapar diatas sofa dan Sashi tersungkur lemas di bawahnya.
Mereka tertidur setelah berolahraga sedari subuh. Durasi main mereka memang tiada lawan. Bahkan itu mereka lakukan bertahun-tahun tanpa bosan.
Baru sekitar 1 jam mereka tertidur, Sashi terbangun untuk mengambil kimono dan buang air kecil. Agak capek, tapi Ia selalu suka kegiatan itu.
Dia berniat ingin membuatkan sarapan untuk mereka berdua, lekaslah dia bangkit dan menuju dapur. Rio yang tel*njang bulat itu masih terlelap di sofa. Sashi membuatkan sarapan jus buah dan Oatmeal.
Dia menuju sofa dimana Rio berada. Dia bersandar di dada Rio yang tertidur dengan posisi tidur. Sashi menyalakan TV dan memutar lagu.
Kemudian Ia bangkit lagi menuju jendela di lotengnya, Ia hanya membuka sedikit. Setelah itu Ia berjalan menuju kamarnya untuk mengambil bantal tidurnya.
Hari ini adalah jadwalnya dia bermalas-malasan dengan kekasihnya. Dia tidak peduli itu jam berapa. Dia ikut rebahan di sofa dengan kaki di pangkuan Rio.
Tak beberapa lama Rio terbangun dan melihat kekasihnya yang seksi dengan hanya ditutupi kimono tipis.
Rio beranjak maju hendak menindih Sashi namun Sashi menahannya.
“Stop Bapak Rio yang ganas, kita isi amunisi dulu agar kuat menjalani wajib militer kita hari ini,”
Rio tersenyum, “Siap Ibu Negara.”
Sashi lalu mengajak Rio untuk sarapan, tak lupa Rio mengenakan celana box*ernya dulu agar suasana tetap kondusif.
Sashi berdiri menunggu Rio yang sedang melahap sarapan sehat buatannya.
“Makan yang banyak sayang.” Ujar Sashi sambil mengelus-elus dadanya yang sangat besar karena otot.
“Jangan menggoda sayang, aku lagi menikmati yang ini. Giliranmu nanti lagi.”
Sashi tersenyum menggoda, giliran Ia memainkan dagu mulus milik kekasihnya itu.
“Memang anak nakal.”
Plak!
Bok*ng semok Sashi yang jadi sasarannya. Selepas ditampar, tak lupa Rio meremasnya.
“Ah udah ah kabur…” Goda Sashi dan berlari manja menuju sofa TV.
Rio menghentikan sarapan paginya dan menyusul Sashi yang sedang menggodanya. Rio dan Sashi bercanda bersama, Rio menggelitik Sashi hingga Sashi tertawa.
“Ha..ha..ha..ha..Geli sayang.” Ujar Sashi.
“Biarin.”
Rio semakin menggelitik, dan mereka tertawa disana. Suasana apartemen mereka menjadi penuh canda tawa bahagia. Meskipun diluar sana sangat bising karena hari ini hari sabtu.
Jalanan tampak macet dan padat, apalagi banyak yang akan berkunjung ke Mall untuk sekedar nongkrong atau berbelanja. Membuat mereka berdua jadi semakin malas untuk keluar-keluar dan memilih bermanja-manja saja di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments