“Sayang ayo!” teriak Rio sambil ia menggulung lengannya dengan wajah angkuhnya. “Cewek tu selalu lama kenapa sih?”
“Iya iya ini aku datang,” terlihat Sashi keluar kamar dengan dress hitam casual tapi sexy. Penampilan kesukaan Rio setiap kali mereka akan menghabiskan malam yang panjang di club langganan mereka di Tangerang.
“Ah! Terlalu seksi untuk di pamerin sayang,” ujar Rio. “Apa kita dugem dirumah saja? “
“Hey… udah ayo.”
Mereka pun berlalu pergi, karena Rio sudah ada janji bertemu dengan beberapa mantan client besarnya. Rio ingin menjamu mereka, karena Rio adalah orang yang loyal dalam pekerjaannya. Bagaimana pun awal karier Rio, mereka lah yang membantu. Dan tanda terimakasih Rio, ia selalu menyiapkan ‘santapan manis’ untuk para laki-laki tua hidung belang itu.
Sesampainya di tempat yang ditentukan, terlihat Rio dan Sashi keluar dari mobil hitam gagah bertipe SUV. Rio menggandeng pacar cantiknya yang terlihat menawan dan seksi, membuat semua mata tertuju padanya. Namun aneh, Rio selalu marah ketika ada yang menatap Sashi, tapi dia selalu menyuruh Sashi berpenampilan seperti itu karena itulah seleranya. Rio ingin menampilkan Sashi sedikit dewasa dari umurnya.
Mereka berjalan dan menaiki tangga untuk menuju sebuah ruangan. Lagi-lagi mata orang-orang tetap tertuju pada kemolekan tubuh Sashi. Dengan balutan dress hitam yang serba nanggung, karena hanya menutupi sedikit bagian-bagian tubuhnya. Orang-orang terlihat ingin menyantapnya. Selain itu parfum yang digunakan Sashi pun cukup semerbak, dengan aroma mawar Grasse dan Damascus ia semprotkan di lehernya dan ada juga aroma white Datura. Siapa saja yang menciumnya pasti akan melayang-layang, karena cukup seksi dan sensual. Sampai ia menyusuri koridor-koridor pun, langkah kaki yang tidak tinggi itu tetap menarik perhatian. Dan ketika mereka masuk ke ruangan VIP yang sudah di siapkan untuk mereka. Sudah ada beberapa bos besar dengan masing-masing bersama 2 gadis. Meskipun begitu, Sashi lah tetap yang paling menggoda.
Karena dia terlihat mahal dan elegan. Mata para tamu pun terkesima melihat tubuh kecil namun montok itu. Seakan di telanjangi oleh mata-mata mata keranjang itu, Sashi menggeser dirinya agak ke belakang tubuh Rio. Meskipun begitu, mereka tidak ada yang berani menyentuh Sashi. Karena Rio adalah orang sangat berbahaya bagi mereka, Rio tidak tanggung-tanggung untuk membunuh siapa saja yang mengganggu kekasihnya. Sashi sudah hafal dengan watak mereka, dia mencoba terlihat baik meskipun tidak nyaman sama sekali.
“Lah ini bintang utama kita datang," kata salah seorangnya.
Rio dan Sashi menyalami dan menyambut mereka dengan ramah. Lalu duduklah mereka, dan mulai menikmati acara. Biasa, mereka adalah orang-orang hidung belang yang punya uang dan selalu bersikap seolah-olah para wanita bisa mereka beli. Mereka perlakukan wanita hanya mainan, uang mereka hanya di habiskan untuk bersenang-senang dengan wanita-wanitanya, bahkan ada yang ‘membungkus’ lebih dari satu wanita.
Tapi untungnya, Rio bukan seperti itu, bukan berarti dia laki-laki yang setia. Rio hanya tidak mau menikmati wanita yang bisa dibeli siapa saja. Dia beberapa kali selingkuh dengan beberapa wanita. Bahkan sering kali Rio terpergok selingkuh dengan client wanitanya. Tanpa di dasari rasa cinta, Rio hanya melampiaskan nafsunya pada mereka. Dengan alasan jauh dari Sashi, yang membuat Rio beberapa kali bermain gila dengan rekan bahkan clientnya.
Kalau diingat-ingat dulu Rio pernah beberapa minggu tidak pulang Tangerang karena dia punya simpanan di apartemen di kota nya, Bandung. Sashi yang awalnya tidak tahu, karena Rio beralasan banyak proyek.
Rio adalah orang yang sangat tidak bisa mengelola nafsunya. Di dunia kerjanya memang banyak seperti dia, bahkan bos-bos besar juga tak sedikit yang memiliki simpanan. Uang, Kekuasaan, dan Wanita adalah sepaket. Namun Sashi selalu memaafkan perilaku Rio, bagaimanapun asal dia ingat akan dirinya dan kembali padanya bagi Sashi tidak masalah.
Mereka menghabiskan malam dengan mengobrol sambil meminum beberapa alkohol. Tapi ada juga yang melakukan adegan panas di dalam ruangan bersama itu. Sashi yang sudah muak melihat kelakuan mereka pun memilih keluar cari angin, Sashi minta ijin untuk keluar. Dan Rio mengijinkan karena dia paham Sashi bukan tipikal orang yang betah di dalam ruangan, Rio melepas luaran seperti blazer itu untuk diserahkan ke Sashi. Bagaimanapun tanpa ditemani Rio, penampilan Sashi tidak boleh dinikmati siapapun. Sashi menuju lantai atap untuk merokok, sambil melamun.
Tak berapa lama ia sadar dari lamunannya, Sashi melihat jam di layar Ponselnya, menunjukan jam 1 pagi. Ia pun memutuskan turun dan mengajak Rio pulang saja, tak lupa ia mengeluarkan parfum dan di semprotkan ke bajunya. Walaupun dia perokok, dia tidak suka ada bau rokok menempel di bajunya. Dia ingat ternyata besok ia libur, sudah 2 minggu dia tidak mengambil libur karena pekerjaan menumpuk, dan Rio yang tidak pulang karena banyak proyek juga.
Sesampainya di ruang VIP, tertinggallah Rio sendirian ia sudah mabuk berat. Sashi tidak tahu kemana para laki-laki tua dan pasangan-pasangannya itu. Mungkin mereka sedang menikmati dunia gelapnya, itu sudah biasa bagi Sashi. Sashi memapah pacarnya yang sudah oleng, sampai akhirnya datang juga seorang satpam membantu. Sashi di bantu satpam memapah sampai mobilnya. Kali ini Sashi yang menyetir.
Sashi melajukan mobil Sport milik Rio itu dengan kencang, ia hanya ingin cepat pulang saja. Setelah sampai di gedung apartemen, Sashi memanggil satpam yang memang sudah hafal dan kenal dengan Sashi dan Rio.
“Pak, tolong …” terlihat Sashi yang kerepotan.
“Tumben cepet mbak Sashi, biasanya subuh baru pulang.” Celetuk Pak Agus salah satu satpam yang membantu, sambil mengangkat Rio dan hendak di papah. Sashi hanya tersenyum ramah dan membereskan barang-barangnya.
Mereka menaiki lift dan Sashi menekan tombol lift bertujukan lantai 8. Setibanya di depan pintu apartemen miliknya, tak lupa Sashi memberikan uang tip untuk kedua satpam yang membantu.
“Makasih ya pak Agus, Mas Ridho …”
“Sama-sama mbak Sashi, kalau ada apa-apa panggil kita aja ya.”
“Oke.”
Mereka pun pergi, dan Sashi kembali ke kamar untuk membersihkan diri dan pacarnya. Saat ia melepaskan baju Rio, tangan Rio meraih tubuh Sashi dan menjatuhkan ke tubuhnya.
Rio memberi isyarat untuk mengajak Sashi ronde kedua pestanya. Dengan setengah kesadarannya, ia menguasai tubuh pacarnya. Rio menarik turun dress Sashi yang sedari tadi menutupi setengah buah dada besar milik Sashi.
“Ahh sayang, mau mandi dulu ah …” pekik Sashi yang sudah tidak bisa bergerak karena Rio mendekap erat.
“Udah gausah, aku lapar! Aku mau makan kamu sayang …”
Tangan Rio sudah tidak terkendali dan ia lahap benda bulat segar milik Sashi. Mereka pun beradu keringat. Sashi terus mendesah dan teriak, sambil ia mencakar punggung Rio yang sedang asyik dengan mainan favoritnya. Dengan posisi duduk, Sashi diatas Rio ia tak henti-henti berteriak.
“Ah…Sayang.. Enak.”
“Enak ya… mau aku kencengin?” Sontak mata Sashi terbelalak karena Rio menaikkan ritme gerakannya. Ruangan mereka menjadi panas, penuh dengan ******* dan keringat sepasang kekasih yang sedang di puncak kenikmatan.
Rio pun merubah posisi, dengan kemeja yang belum sepenuhnya tertanggal. Ia melaju dengan posisi membelakangi Sashi dan tidak lepas tangan nya di gunung kembar Sashi. Semakin keras Sashi berteriak semakin kencang juga goyangan Rio.
“Ah … ah … ahk! Sayang terus, yang kenceng!”
Pergulatan pun berlanjut, hingga subuh. Dengan berbagai posisi dan cucuran keringat mereka berdua. Sampai di ujung pesta, mereka pun tertidur kelelahan dengan tak ada satupun baju yg membalut mereka. Entah berapa kali mereka bermain, namun terlihat Rio terlelap dengan wajah penuh kepuasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments