Pagi ini cukup cerah, sinar matahari pun mulai masuk di sela-sela jendela. Namun dua sejoli yang baru saja bercinta ini tidak terusik sedikit pun. Mereka masih lelap dengan tidurnya. Jam menunjukan jam setengah 9 namun disana. Suasana hari minggu cukup ramai di area gedung apartemen Sashi, apalagi gedung mereka dekat pusat perbelanjaan.
Terdengar suara getaran salah satu ponsel mereka. Sashi beranjak dan mengambil kimono piyamanya. Ia merogoh tas kecilnya, namun ternyata bukan ponselnya. Dengan mata sayu-sayu ia mencari ponsel Rio namun tidak ditemukannya. Lalu ia memilih pergi ke kamar mandi saja untuk bersih-bersih.
“Ah biar Kak Rio sendiri aja yang nyari, udah nggak enak ni badan. Mau mandi aja ah," seraya berjalan menuju kamar mandi dan meraih handuknya.
Sementara Sashi mandi sambil bernyanyi, ternyata suara merdu-merdu melengking itu membangunkan kekasihnya. Rio bangun, dan sadar bahwa kekasihnya mandi tanpa dia, dia pun beranjak menyusul kamar mandi.
“Sayang kok nggak bangunin aku," rengek Rio sambil masuk kamar mandi, dan melihat perempuannya begitu cantik saat basah. “Aku join ya … ”
“Oh sayangku sudah bangun?” sambutnya sambil menghampiri kekasihnya untuk melayangkan kecupan di bibir ranumnya. “Selamat Pagi sayangku.”
“Pagi juga sayangku yang cantik ini … ” dan mereka pun melanjutkan kegiatan mandi bersama.
Setelah beberapa saat mereka selesai mandi, dan sudah rapi dengan pakaian rumahnya. Namun tidak lupa dengan parfum meski berpakaian sederhana.
“Hari ini kita mau kemana ya sayang?” ucap Sashi sambil mengoleskan moisturizer di wajah mulusnya. Rio yang sedang rebahan sambil memainkan ponselnya pun menyahut.
“Nggak Tau. Kayaknya mau dirumah aja. Tapi gimana kalo kita belanja mingguan sayang. Kayaknya aku lihat kulkas sepi nih.”
“Oke sayang, tapi anterin aku beli bunga ya. Di ruang tamu udah layu nih.”
“Oke sayang, Lavender kan?”
“Bener! Pacarku memang paling tahu favoritku," goda Sashi sambil menghampiri Rio, dan Rio menaruh ponselnya dan memeluk kekasih kecilnya.
“Kiss dulu baby!” jawab Rio sambil memasang pipinya di depan wajah Sisa berharap untuk dicium olehnya. Sashi kegirangan dan melayangkan ciuman manja di seluruh muka Rio.
“Aduh … aduh … habis dong muka gantengku ini," ujar Rio menggoda Sashi, tapi Sashi malah terus menyerang bertubi tubi dengan ciuman. Hanya Rio sumber bahagia Sashi, walaupun hanya sekedar bersenda gurau sederhana. Sashi sangat bersyukur memiliki Rio walaupun banyak tabiat buruknya.
Selang beberapa waktu mereka beranjak dan mulai bersiap untuk pergi belanja di Mall tempat Sashi bekerja. Kali ini mereka berjalan saja, sambil menikmati suasana Tangerang yang agak panas. Dengan setelan rumahan mereka terlihat seperti pengantin baru, meskipun pemandangan itu sudah terlihat biasa dalam 2 tahun belakangan ini. Tetangga mereka sepi, ya begitulah kehidupan di lingkungan apartemen. Saat sampai di lobby, bertemulah mereka dengan Pak Agus dan Ridho yang terlihat mengantuk karena shift malam dan menyambutnya.
“Pagi Mas Rio, Mbak Sashi … Waduh udah seger aja ni Mas Rio. Keren hihi," ledek Pak Agus sambil mengacungkan jempolnya.
“Bisa aja nih Pak Agus, makasih ya semalem. Yuk duluan Pak, Mas Ridho," jawab Rio sambil melambai dan melenggang keluar gedung. Diikuti Sashi yang terlihat lebih manis dari biasanya.
“Mbak Sashi manis banget, pengen deh punya istri modelan begitu. Auto betah dirumah saya,” celetuk Ridho.
“Heh sembarang kamu, dho! Mas Rio tu ganteng, kaya, pinter, jadi arsitek pula. Kalau Mbak Sashi sama kamu, kurus nanti dia haha.” Kata Pak Agus sambil tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya.
Dan partnernya hanya senyum kecut. Karena dari awal dia kerja disitu Sashi adalah penghuni idolanya. Selain cantik dan wangi. Sashi terkenal ramah, suka membawakan makanan untuk satpam dan staf gedung apartemen.Walau kadang terlihat badas, suka merokok di taman dekat kolam renang gedung. Namun dia di pandang manis dan menggemaskan.
Tibalah Sashi dan Rio di dalam Mall, mereka terus bergandengan satu sama lain. Mereka tidak langsung menuju ke tempat tujuan, tapi mampir ke store Sashi untuk sekedar mengecek asistennya yang ternyata tadi pagi mengirim pesan singkat. Masuklah mereka dan disambut teman-temannya.
“Eh ... Pagi Mbak Sashi, ada Mas Rio juga," sambut salah seorang karyawan.
“Aku ijin masuk ya Mbak Dit,” ucapnya sambil menuju ruangannya. Rio hanya menunggu sambil melihat dan mencoba-coba beberapa karya pacarnya. Datang seorang karyawan yang cukup cantik menghampiri Rio, sepertinya ia karyawan baru.
“Halo bapak, bisa saya bantu?” belum dijawab oleh Rio datanglah seorang karyawan yang tadi menyambutnya, Dita.
“Itu Pacar Mbak Sashi, Dev. Tadi kesini sama Mbak Sashi,” bisik Dita. Devi hanya manggut-manggut. Walaupun aslinya dia terkesima melihat si tampan dan gagah itu, terlihat garang meski hanya pakai kaos. Apalagi Rio memiliki beberapa tato-tato kecil di lengannya, dia tetap kelihatan elegan. Sambil senyum-senyum kecil Devi menatap Rio, dan Rio balik membalas senyumnya.
Tak berselang beberapa lama, Sashi keluar dari ruangannya.
“Ayo sayang,” ujarnya
“Oh, udah.” Sambil beranjak dari duduknya dan meraih tangan Sashi untuk di genggam. Sambil memberi salam ke karyawan-karyawan lain, mereka pun pergi.
Mereka berdua melanjutkan kegiatannya sesuai rencana. Benar-benar seperti pengantin baru, terlihat manis dan kompak. Sashi tidak mengambil banyak belanjaan. Dia hanya mengambil beberapa karena stok minggu lalu masih ada.
Setelah selesai belanja, mereka langsung keluar Mall untuk menuju tujuan selanjutnya. Lagi-lagi sambil bergandengan mereka berjalan di trotoar yang cukup luas, di tengah cuaca yang agak terik mereka menuju florist langganannya. Setiap 2-3 hari sekali Sashi rutin mengganti bunga-bunga yang dipajang di apartemennya. Awal mula ia menjadi peracik parfum dikarenakan sudah punya hobby merawat bunga dari dulu.
Dulu ketika kecil, ia memiliki taman sederhana di rumahnya. Sashi selalu menanam apapun yang dia suka dan tahu disana. Karena dari dulu ia sudah sering ditinggal-tinggal, ayahnya yang suka selingkuh dan KDRT apalagi ibunya yang juga suka jajan berondong, membuat Sashi tidak begitu suka orangtuanya. Makanya ia menanam dan merawat bunga-bunganya, untuk menemani hari-harinya yang sepi itu. Sampai saat Sashi SMP orangtua mereka pisah, meninggalkan Sashi seorang diri dirumahnya. Sashi hanya menghabiskan waktu bersama dengan bunga-bunganya. Dia mulai menyatukan aroma, bahkan beberapa kali ia membaca buku-buku tentang bagaimana cara meracik aroma menjadi sebuah pengharum ruangan.
Dan sampai di masa SMA, ibunya yang menang akan hak asuhnya dan rumah yang ia tinggalkan kembali pulang setelah 2 tahun menghilang. Dengan membawa keluarga barunya yaitu Suami yang hanya terpaut 5 tahun lebih tua dengan Sashi dan adik tirinya yang baru beberapa bulan. Mereka kembali ke rumah yang Sashi tempati, dan menguasai seisinya. Karena suami dan ibunya sudah tidak memiliki tempat tinggal lain dan suaminya sudah tidak bekerja tetap. Ibunya Sashi lah yang bekerja, dia adalah pemilik 3 butik di Tangerang.
Sampai suatu ketika, ada sebuah kejadian yang tidak mengenakan. Saat Sashi tertidur, ayah tirinya menghampirinya dan meremas serta meraba-raba area sensitif Sashi. Sontak Sashi bangun dan berteriak. Ia berlari dan menghampiri ibunya.
“ Mah! Sashi mau di perkosa sama dia … ” ujar Sashi ketguatan. Ibunya pun berjalan ke kamar Sashi menghampiri suaminya. Selang beberapa waktu ibunya kembali,
“ Udah nggak papa. Ayahmu Cuma mabuk,” jawab ibunya santai dan kembali berbaring. “ Lo tidur sini aja biar nggak ganggu ayahmu.”
Dalam hati Sashi, brengsek!
Di malam itu dia tidak berani memejamkan matanya, ia hanya berbaring di samping adik kecilnya sambil ketakutan. Namun ibunya tetap tenang dan tidur lelap. Memang setelah itu tidak kejadian apapun sampai pagi.
Keesokan harinya Sashi bertekad untuk pergi jauh, dia memilih untuk ngekos di dekat sekolahnya. Dia membawa semua baju-baju dan barang-barang yang bisa ia bawa. Sashi pergi tepat ketika ibunya dan ayah tirinya sedang di butik. Sashi pergi membawa semua tabungan yang dia miliki, dan hidup sendiri. Dia bekerja sebagai SPG sambil sekolah karena setelah kepergiannya ternyata ibunya memilih menghilang ke kota yang Sashi tidak tahu, setelah beberapa bulan sebelumnya Papa Sashi pergi tanpa kabar. Itulah masa lalu yang merubah hidup Sashi. Yang membuat Sashi berjuang hidup sampai sekarang ini.
Dan sesampainya di Florist langganannya, Sashi langsung menuju part bunga lavender. Dia sudah hafal daerah situ. Namun sayangnya lavender favoritnya masih kosong. Ia celingukan mencari Gaby, owner florist itu. Ternyata sedang ngobrol dengan Rio di luar, Sashi pun menghampiri.
“Lavenderku kosong Gab?” tanya Sashi sambil melihat-lihat.
“Duh sorry Sas, besok ya. Gua belum dapet kabar dari sananya," jawab Gaby. Sashi hanya manggut-manggut dan memutuskan pergi saja.
“Yaudah deh Gab.” Sashi sambil mengkode Rio untuk pergi, “Besok aja balik kerja aku kesini ya, bye Gab..”
“Bye Sas, Yo.” Balas Gaby Sambil melambaikan tangan.
Rio dan Sashi pun akhirnya pulang ke apartemennya. Setibanya di gedung apartemen terlihat lobby agak rame. Ternyata banyak tamu yang berkunjung dan menunggu dijemput penghuni disana, karena untuk naik ke atas harus menggunakan kartu akses. Sashi dan Rio menuju lift untuk naik ke apartemennya lantai 8. Setelah sampai dan keluar, mereka terus bercanda.
“Duh enaknya ngapain ya sayang … ” ledek Rio sambil mencolek Sashi.
“Apa ya … ” jawab Sashi sambil berlari kecil menggoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments