Al & El
" Terkadang senyum hanyalah sebuah
topeng untuk menutupi luka "
Seorang gadis cantik dan ceria dengan rambut panjangnya yang tergerai indah, tampak memasuki sebuah Kafe mewah dengan terburu-buru. Gadis itu sudah tidak sabar bertemu lelaki yang menjadi pacarnya selama 3 tahun, meski hanya dari virtual. Hari ini di Kafe ini merupakan pertemuan pertama dia dengan pacarnya.
Sudah sekitar setengah jam ia bergeming melakukan suatu hal berulang kali menghela nafas dan membuang nafas sembari memeriksa layar ponselnya. "Rey kau dimana?" Elfesta menatap seisi kafe namun, tidak menemukan orang yang dicarinya. "Sabar El, sabar. Kamu harus menunggunya, Mungkin saja Rey ada keperluan mendadak atau merencanakan sebuah kejutan untukku," ucapnya sambil meyakini dirinya sendiri sembari mengirimkan beberapa pesan di layar ponselnya.
Elfesta Masih menunggu di Kafe itu. Ia yang semula menggerakkan jari-jarinya kini menghentikan gerakan tangannya sekilas, memandangi layar ponsel yang masih belum ada balasan satupun.
"Hai," sebuah suara menyapa dari arah belakang dan kemudian wanita itu langsung menarik kursi di depannya dan duduk tepat dihadapan Elfesta.
"Hai," balas Elfesta yang heran siapa wanita itu.
"Kamu Elfesta kan? Kenalin saya Sintya," ucapnya sambil mengulurkan tangan.Elfesta lantas membalas uluran tangan wanita yang kelihatannya sedang mengandung.
"By the way, kamu cantik ya. Pantas saja suami saya naksir sama kamu. Oh iya, saya lupa bilang kalau saya itu istrinya Rey lihat kan saya sedang mengandung anaknya," sambil menunjuk perutnya. "Dan itu artinya kamu selingkuhan suami saya." Jelasnya pada Elfesta.
Kata-kata itu menghantam Elfesta seperti petir di siang bolong. Elfesta membeku, berusaha mencerna informasi yang baru saja didengarnya. Istrinya? Rey sudah menikah?
“Saya… tidak tahu… Maksud saya, Rey tidak pernah bilang apa-apa…maaf, maafkan saya." suara Elfesta melemah. Ia merasa seperti seluruh dunianya runtuh dalam hitungan detik.
Sintya mendengus kecil, wajahnya menampakkan ejekan. “Tentu saja dia tidak bilang. Bagaimana pun juga, kamu hanyalah mainan buat dia.” Tatapan Sintya berubah tajam, matanya penuh kebencian. “Kamu pikir bisa merebut suami orang dan hidup bahagia?”
Elfesta merasa dadanya sesak. “Aku benar-benar tidak tahu…” bisiknya, berusaha mempertahankan harga dirinya.
Namun, Sintya tidak berhenti di situ. Dia membungkukkan tubuhnya, wajahnya semakin dekat dengan Elfesta. “Kalau aku jadi kamu, aku sudah berhenti sekarang sebelum semuanya bertambah buruk. Tapi kamu, ya, dasar perempuan tidak tahu malu, masih saja terus berharap.”
Ketegangan mulai membangun di antara mereka. Elfesta bisa merasakan tatapan pengunjung kafe lain yang kini mengarah padanya, bisikan-bisikan mulai terdengar dari meja-meja sekelilingnya. Keheningan yang memekakkan itu tiba-tiba dipecahkan oleh Sintya yang tanpa peringatan menyambar rambut Elfesta dengan kasar.
“Aduh! Lepaskan!” Elfesta berteriak kesakitan, mencoba melepaskan diri dari Sintya yang semakin brutal.
“Kamu harus belajar berhenti menggoda suami orang!” teriak Sintya, menarik rambut Elfesta dengan lebih kuat. Mereka berdua terlibat dalam pertengkaran fisik yang memancing perhatian lebih banyak orang. Beberapa pelayan mencoba mendekat untuk melerai, tetapi situasinya semakin kacau.
Di tengah keributan itu, seorang pria yang sedang duduk tak jauh dari meja mereka akhirnya berdiri dan bergerak cepat ke arah mereka. Tanpa berpikir panjang, dia segera menarik Sintya dari Elfesta, berusaha memisahkan mereka.
"Cukup!" seru pria itu, yang ternyata adalah Alvares, seorang dosen yang sedang kebetulan ada di kafe itu. “Apa-apaan ini?”
Sintya menatapnya dengan marah, tetapi Alvares tidak memberi ruang untuk argumen lebih lanjut. “Kamu sedang membuat masalah besar di sini.”
"Dia yang salah!" teriak Sintya masih berusaha melawan. "Dia selingkuhan suamiku!"
Elfesta, yang rambutnya acak-acakan dan matanya mulai berair, hanya bisa diam terpaku. Dia menatap Alvares dengan wajah bingung, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Alvares kemudian beralih kepada Elfesta, matanya melunak sejenak melihat keadaannya yang kacau.
“Kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil membantu Elfesta berdiri.
Elfesta hanya mengangguk lemah, masih terkejut dengan apa yang barusan terjadi. Saat Alvares membantu menenangkan situasi, Rey tiba-tiba muncul, bergegas masuk ke dalam kafe. Namun, semua sudah terlambat. Sintya telah membuat keributan besar, dan Elfesta sudah kehilangan kepercayaan pada Rey.
Rey mencoba menarik Sintya menjauh, meminta maaf dengan terburu-buru kepada Elfesta, tetapi Elfesta hanya menggelengkan kepala, air matanya mulai mengalir. “Aku tidak tahu, Rey. Aku tidak tahu kamu sudah menikah…”
Sintya terus meronta, berteriak-teriak penuh kemarahan, sementara Rey hanya bisa memohon agar dia tenang. Alvares tetap berdiri di samping Elfesta, memastikan situasi terkendali.
Tanpa berkata lebih lanjut, Elfesta akhirnya memutuskan untuk pergi, meninggalkan kafe dengan langkah cepat, perasaannya hancur berkeping-keping. Alvares hanya bisa menatapnya dari kejauhan, sedikit merasa iba dan penasaran dengan sosok wanita yang baru saja terlibat dalam kejadian yang penuh drama itu.
Saat Elfesta kembali ke kos-kosannya, hatinya terasa begitu hampa. Langkah kakinya lemah, seolah tenaga hidupnya telah terkuras. Dalam ruangan kecil yang gelap tanpa cahaya, dia menjatuhkan dirinya di atas kasur, tenggelam dalam perasaan kecewa dan kesedihan yang mendalam. Segala kenangan tentang Rey berputar di kepalanya, seperti film yang terus diputar ulang.
Elfesta teringat kata-kata Sintya, teringat tatapan penuh simpati dari pria asing di kafe. Tangannya gemetar saat ia mengambil pisau di samping tempat tidurnya. Di tengah kesedihannya, ia berpikir untuk mengakhiri semuanya, tapi tiba-tiba terdengar suara dobrakan keras dari pintu.
"Apa lo gila, El?" suara Aca yang familiar membangunkannya dari kesedihan mendalam. Gadis berambut pendek yang manis itu langsung masuk dan memeluk Elfesta erat-erat, menggagalkan niat buruknya.
" Apa ini, El? lo jangan gila deh mau bunuh diri gini,cukup El cukup sayangi diri lo sendiri, apa lagi yang mau lo lakuin? Ada apa? anxiety lo kambuh kan, ya pasti gara-gara Rey ya lo sampai gak tahan. Sini cerita sama gue, please jangan sakiti diri lo ya El, apa gunanya gue jadi sahabat lo kalau gue gak bisa buat lo bahagia dan malah kayak gini?" Ucap gadis itu yang ternyata adalah sahabat dekat Elfesta bernama Aca
Mendengar perkataan Jesica tangis Elfesta pecah, dia sesenggukan dan menangis sejadi-jadinya . Jesica segera memeluk Elfesta dan menenangkan sahabatnya itu.
"Don't cry El, lo masih ada gue, gak apa-apa kok kalau lo mau nangis karna gue yakin El ku gak selemah ini.Mau cerita?"
Elfesta menarik napas, melepaskan pelukan sahabatnya dan mencoba bercerita dengan air mata yang masih mengalir. " R..rey Aca, dia bohong, gue bukan yang pertama, lagi dan lagi semuanya hancur caa."
Aca memfokuskan matanya pada Elfesta dengan serius "maksudnya dia selingkuh?" tanyanya pada El.
" Bukan, dia sudah punya istri, siapa lagi yang bisa gue jadikan penyemangat Ca, mereka semua jahat, keluarga gue, ayah gue, teman bahkan di lingkungan gue. Dari dulu, gak ada satupun dari mereka yang sayang sama gue caa, gak ada,,apa gue gak pantas hidup ya ca?" jawab Elfesta yang masih terus menerus menangis.
" Jangan berkata seperti itu ya El, lo itu masih punya gue, dan lo tuh udah gue anggap seperti kakak kandung guee, dunia gue dan lo yang. terbaik. Jadi kakak nya aca jangan tinggalin aca ya, dan ehmm soal si Rey b*jingan itu, pengen banget nih aca jadiin lonte." Ucap Aca menenangkan El
" Lonte?"
" Iya lonte alias lontong sate, abis dia jahat banget sama lo, dia gak tau apa, kalau gak ada yang boleh sakiti lo didunia ini" kata Aca dengan membuat wajah marah yang memancing sedikit tawa dari Elfesta karna kelucuan sahabatnya itu.
" Terkadang gue heran sama lo, ca. Saat lo juga memiliki masalah tapi lo masih bisa menghibur orang lain, lo itu sangatlah hebat, makasih ya." senyum Elfesta.
"Ah sudahlah berhenti memuji dan tersenyum lah selalu, kalau lo terus menangis lo jadi jelek tauu kayak baju ah bukan lebih tepatnya cucian yang belum di setrika maka kakak El akan cepat tua" aca berbicara untuk kesekian kalinya agar El tidak sedih. "Sudahlagh ayo makan, gue laper nih." Ucap Aca yang tiba-tiba perutnya berbunyi.
"Lo mau makan apa ca ca biar chef Elfesta buatkan?apakah mie goreng seperti biasa." Ucap Elfesta yang langsung bergerak mendekati meja menuju dapur.
" Yayaya itu juga boleh, apapun itu asal chef Elfesta yang buat pasti enak ya meskipun bisa membuat ususku kriting haha."
" Aca,,lo ini ya, padahal tadinya gue senang atas pujianmu,by the way, akhir-akhir ini lo tampak puitis seperti ahli sejarah nusantara."
" El tolol! ahli sastrawan bukan sejarah, mana ada gue jelasin sejarah, tapi iya deh gue kan memang pandai sejarah."
" Oh ya? ok mulai sekarang Aca adalah ahli sejarah nusantara!" cibirnya
" Jelas dong."
" Kalau begitu boleh gak tanya banyak hal sama lo?"
" Oh tentu, lo yang hanya tau sianida dan yang berbau sains mana mengerti soal sejarah." Aca mengeluarkan kata-kata mengejek.
" Siapa bilang gue gak tau? gue tau ya, memangnya lo tau dimana letak kerajaan majapahit?"
"Ehmm di Jawa Timur," sambar Elfesta dengan cepat
"Oh, tau rupanya. Kalau begitu siapa raja pertama sampai akhir dan apa gelar yang mereka dapat?
Hening..Aca tampaknya tidak ingin menjawab karena iya benar-benar tidak tau.
"Ah sudahlah ayo masakin gue kakak Elfesta ku yang cerewet."
"Ok,ok. baiklah tuan putri." Ucap Elfesta dengan tertawa
Elfesta segera memasakan Aca dan tertawa ketika menaruh mie goreng di atas piring. Bau mie goreng menyengat memenuhi ruangan. Elfesta membawa mie miliknya ke meja sementara Aca tampak sibuk menusuk gulungan mie dengan garpu dan menaruh di mulut.
"Tidak ada telur atau yang lain El?" tanyanya di sela kunyahan."Hambar El!!"
Elfesta Mendengar menatap Aca yang mengeluh Hambar. Akan tetapi terus mengunyak mie di piringnya tanpa henti.
" Kalau lo mau, lo bisa ke supermarket atau kemana gitu lalu beli telur dan menggorengnya atau menaruhnya di kulkas jadi sewaktu lo laper, dan pengen makan di malam hari lo bisa memasak nya," Katanya sambil memutar halaman mie di permukaan sendok.
" Lo nggak lagi kesulitan uang kan El? gue kan udah ngasih saran buat ngajak lo ngepet, tapi lo selalu menolak huh..dasar kamu ini."
" Aca, Lo pikir ngepet itu bagus? gak boleh tuhan bisa marah, dan jangan mengada-ngada deh ca."
" Iya sih,tapi mau bagaimana lagi, hidup juga terlalu menghakimi kan?Lagian gue gak bisa lihat lo hidup seperti ini, mie instan terus yang lo makan ampe kurus kerempeng. Mie instan itu memang menyenangkan sekaligus menyakitkan dalam waktu bersamaan. Enak di mulut tetapi gak sehat untuk tubuh.Sama seperti kenangan atau masalah yang akan buruk bagi kesehatan bila di kenang dan diingat," ujar Aca yang ternyata sudah menghabisi mie nya.
" Gue tidak bisa melupakan masalah dan kenangan di rumah gue dulu ca, meskipun gue sudah pergi dari sana.Semuanya,,,kenangan itu membuat gue kehilangan kepercayaan, dan juga semakin membenci ayah dan membenci kata rumah."
"Maafin aku gue El, gue gak bermaksud ngebuat lo sedih dengan mengungkit keluarga lo lagi, sekarang lo itu hanya perlu bahagia El dan jika nanti lo punya pacar lain kali tolong beri tahu gue ya, agar gue bisa menilainya. Jadi, kalau kakak nya Aca yang tercantik ini di sakiti maka akan gue kuliti pria-pria dakjal itu."
El yang mendengar itu pun bergidik ngeri tapi dia tau jika itu adalah bentuk kasih sayang sahabatnya pada dirinya.
Kata-kata Aca memberikan semangat, Elfesta merasa beruntung memiliki sosok sahabat seperti Aca yang selalu menghibur dirinya, dengannya ia bisa menjadi diri sendiri dan menunjukkan luka yang pernah terjadi di hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments