NovelToon NovelToon

Al & El

1. Hancur

" Terkadang senyum hanyalah sebuah

topeng untuk menutupi luka "

 

 

Seorang gadis cantik dan ceria dengan rambut panjangnya yang tergerai indah, tampak memasuki sebuah Kafe mewah dengan terburu-buru. Gadis itu sudah tidak sabar bertemu lelaki yang menjadi pacarnya selama 3 tahun, meski hanya dari virtual. Hari ini di Kafe ini merupakan pertemuan pertama dia dengan pacarnya.

Sudah sekitar setengah jam ia bergeming melakukan suatu hal berulang kali menghela nafas dan membuang nafas sembari memeriksa layar ponselnya. "Rey kau dimana?" Elfesta menatap seisi kafe namun, tidak menemukan orang yang dicarinya. "Sabar El, sabar. Kamu harus menunggunya, Mungkin saja Rey ada keperluan mendadak atau merencanakan sebuah kejutan untukku," ucapnya sambil meyakini dirinya sendiri sembari mengirimkan beberapa pesan di layar ponselnya.

Elfesta Masih menunggu di Kafe itu. Ia yang semula menggerakkan jari-jarinya kini menghentikan gerakan tangannya sekilas, memandangi layar ponsel yang masih belum ada balasan satupun.

"Hai," sebuah suara menyapa dari arah belakang dan kemudian wanita itu langsung menarik kursi di depannya dan duduk tepat dihadapan Elfesta.

"Hai," balas Elfesta yang heran siapa wanita itu.

"Kamu Elfesta kan? Kenalin saya Sintya," ucapnya sambil mengulurkan tangan.Elfesta lantas membalas uluran tangan wanita yang kelihatannya sedang mengandung.

"By the way, kamu cantik ya. Pantas saja suami saya naksir sama kamu. Oh iya, saya lupa bilang kalau saya itu istrinya Rey lihat kan saya sedang mengandung anaknya," sambil menunjuk perutnya. "Dan itu artinya kamu selingkuhan suami saya." Jelasnya pada Elfesta.

Kata-kata itu menghantam Elfesta seperti petir di siang bolong. Elfesta membeku, berusaha mencerna informasi yang baru saja didengarnya. Istrinya? Rey sudah menikah?

“Saya… tidak tahu… Maksud saya, Rey tidak pernah bilang apa-apa…maaf, maafkan saya." suara Elfesta melemah. Ia merasa seperti seluruh dunianya runtuh dalam hitungan detik.

Sintya mendengus kecil, wajahnya menampakkan ejekan. “Tentu saja dia tidak bilang. Bagaimana pun juga, kamu hanyalah mainan buat dia.” Tatapan Sintya berubah tajam, matanya penuh kebencian. “Kamu pikir bisa merebut suami orang dan hidup bahagia?”

Elfesta merasa dadanya sesak. “Aku benar-benar tidak tahu…” bisiknya, berusaha mempertahankan harga dirinya.

Namun, Sintya tidak berhenti di situ. Dia membungkukkan tubuhnya, wajahnya semakin dekat dengan Elfesta. “Kalau aku jadi kamu, aku sudah berhenti sekarang sebelum semuanya bertambah buruk. Tapi kamu, ya, dasar perempuan tidak tahu malu, masih saja terus berharap.”

Ketegangan mulai membangun di antara mereka. Elfesta bisa merasakan tatapan pengunjung kafe lain yang kini mengarah padanya, bisikan-bisikan mulai terdengar dari meja-meja sekelilingnya. Keheningan yang memekakkan itu tiba-tiba dipecahkan oleh Sintya yang tanpa peringatan menyambar rambut Elfesta dengan kasar.

“Aduh! Lepaskan!” Elfesta berteriak kesakitan, mencoba melepaskan diri dari Sintya yang semakin brutal.

“Kamu harus belajar berhenti menggoda suami orang!” teriak Sintya, menarik rambut Elfesta dengan lebih kuat. Mereka berdua terlibat dalam pertengkaran fisik yang memancing perhatian lebih banyak orang. Beberapa pelayan mencoba mendekat untuk melerai, tetapi situasinya semakin kacau.

Di tengah keributan itu, seorang pria yang sedang duduk tak jauh dari meja mereka akhirnya berdiri dan bergerak cepat ke arah mereka. Tanpa berpikir panjang, dia segera menarik Sintya dari Elfesta, berusaha memisahkan mereka.

"Cukup!" seru pria itu, yang ternyata adalah Alvares, seorang dosen yang sedang kebetulan ada di kafe itu. “Apa-apaan ini?”

Sintya menatapnya dengan marah, tetapi Alvares tidak memberi ruang untuk argumen lebih lanjut. “Kamu sedang membuat masalah besar di sini.”

"Dia yang salah!" teriak Sintya masih berusaha melawan. "Dia selingkuhan suamiku!"

Elfesta, yang rambutnya acak-acakan dan matanya mulai berair, hanya bisa diam terpaku. Dia menatap Alvares dengan wajah bingung, berusaha memahami apa yang baru saja terjadi. Alvares kemudian beralih kepada Elfesta, matanya melunak sejenak melihat keadaannya yang kacau.

“Kamu baik-baik saja?” tanyanya sambil membantu Elfesta berdiri.

Elfesta hanya mengangguk lemah, masih terkejut dengan apa yang barusan terjadi. Saat Alvares membantu menenangkan situasi, Rey tiba-tiba muncul, bergegas masuk ke dalam kafe. Namun, semua sudah terlambat. Sintya telah membuat keributan besar, dan Elfesta sudah kehilangan kepercayaan pada Rey.

Rey mencoba menarik Sintya menjauh, meminta maaf dengan terburu-buru kepada Elfesta, tetapi Elfesta hanya menggelengkan kepala, air matanya mulai mengalir. “Aku tidak tahu, Rey. Aku tidak tahu kamu sudah menikah…”

Sintya terus meronta, berteriak-teriak penuh kemarahan, sementara Rey hanya bisa memohon agar dia tenang. Alvares tetap berdiri di samping Elfesta, memastikan situasi terkendali.

Tanpa berkata lebih lanjut, Elfesta akhirnya memutuskan untuk pergi, meninggalkan kafe dengan langkah cepat, perasaannya hancur berkeping-keping. Alvares hanya bisa menatapnya dari kejauhan, sedikit merasa iba dan penasaran dengan sosok wanita yang baru saja terlibat dalam kejadian yang penuh drama itu.

Saat Elfesta kembali ke kos-kosannya, hatinya terasa begitu hampa. Langkah kakinya lemah, seolah tenaga hidupnya telah terkuras. Dalam ruangan kecil yang gelap tanpa cahaya, dia menjatuhkan dirinya di atas kasur, tenggelam dalam perasaan kecewa dan kesedihan yang mendalam. Segala kenangan tentang Rey berputar di kepalanya, seperti film yang terus diputar ulang.

Elfesta teringat kata-kata Sintya, teringat tatapan penuh simpati dari pria asing di kafe. Tangannya gemetar saat ia mengambil pisau di samping tempat tidurnya. Di tengah kesedihannya, ia berpikir untuk mengakhiri semuanya, tapi tiba-tiba terdengar suara dobrakan keras dari pintu.

"Apa lo gila, El?" suara Aca yang familiar membangunkannya dari kesedihan mendalam. Gadis berambut pendek yang manis itu langsung masuk dan memeluk Elfesta erat-erat, menggagalkan niat buruknya.

" Apa ini, El? lo jangan gila deh mau bunuh diri gini,cukup El cukup sayangi diri lo sendiri, apa lagi yang mau lo lakuin? Ada apa? anxiety lo kambuh kan, ya pasti gara-gara Rey ya lo sampai gak tahan. Sini cerita sama gue, please jangan sakiti diri lo ya El, apa gunanya gue jadi sahabat lo kalau gue gak bisa buat lo bahagia dan malah kayak gini?" Ucap gadis itu yang ternyata adalah sahabat dekat Elfesta bernama Aca

Mendengar perkataan Jesica tangis Elfesta pecah, dia sesenggukan dan menangis sejadi-jadinya . Jesica segera memeluk Elfesta dan menenangkan sahabatnya itu.

"Don't cry El, lo masih ada gue, gak apa-apa kok kalau lo mau nangis karna gue yakin El ku gak selemah ini.Mau cerita?"

Elfesta menarik napas, melepaskan pelukan sahabatnya dan mencoba bercerita dengan air mata yang masih mengalir. " R..rey Aca, dia bohong, gue bukan yang pertama, lagi dan lagi semuanya hancur caa."

Aca memfokuskan matanya pada Elfesta dengan serius "maksudnya dia selingkuh?" tanyanya pada El.

" Bukan, dia sudah punya istri, siapa lagi yang bisa gue jadikan penyemangat Ca, mereka semua jahat, keluarga gue, ayah gue, teman bahkan di lingkungan gue. Dari dulu, gak ada satupun dari mereka yang sayang sama gue caa, gak ada,,apa gue gak pantas hidup ya ca?" jawab Elfesta yang masih terus menerus menangis.

" Jangan berkata seperti itu ya El, lo itu masih punya gue, dan lo tuh udah gue anggap seperti kakak kandung guee, dunia gue dan lo yang. terbaik. Jadi kakak nya aca jangan tinggalin aca ya, dan ehmm soal si Rey b*jingan itu, pengen banget nih aca jadiin lonte." Ucap Aca menenangkan El

" Lonte?"

" Iya lonte alias lontong sate, abis dia jahat banget sama lo, dia gak tau apa, kalau gak ada yang boleh sakiti lo didunia ini" kata Aca dengan membuat wajah marah yang memancing sedikit tawa dari Elfesta karna kelucuan sahabatnya itu.

" Terkadang gue heran sama lo, ca. Saat lo juga memiliki masalah tapi lo masih bisa menghibur orang lain, lo itu sangatlah hebat, makasih ya." senyum Elfesta.

"Ah sudahlah berhenti memuji dan tersenyum lah selalu, kalau lo terus menangis lo jadi jelek tauu kayak baju ah bukan lebih tepatnya cucian yang belum di setrika maka kakak El akan cepat tua" aca berbicara untuk kesekian kalinya agar El tidak sedih. "Sudahlagh ayo makan, gue laper nih." Ucap Aca yang tiba-tiba perutnya berbunyi.

"Lo mau makan apa ca ca biar chef Elfesta buatkan?apakah mie goreng seperti biasa." Ucap Elfesta yang langsung bergerak mendekati meja menuju dapur.

" Yayaya itu juga boleh, apapun itu asal chef Elfesta yang buat pasti enak ya meskipun bisa membuat ususku kriting haha."

" Aca,,lo ini ya, padahal tadinya gue senang atas pujianmu,by the way, akhir-akhir ini lo tampak puitis seperti ahli sejarah nusantara."

" El tolol! ahli sastrawan bukan sejarah, mana ada gue jelasin sejarah, tapi iya deh gue kan memang pandai sejarah."

" Oh ya? ok mulai sekarang Aca adalah ahli sejarah nusantara!" cibirnya

" Jelas dong."

" Kalau begitu boleh gak tanya banyak hal sama lo?"

" Oh tentu, lo yang hanya tau sianida dan yang berbau sains mana mengerti soal sejarah." Aca mengeluarkan kata-kata mengejek.

" Siapa bilang gue gak tau? gue tau ya, memangnya lo tau dimana letak kerajaan majapahit?"

"Ehmm di Jawa Timur," sambar Elfesta dengan cepat

"Oh, tau rupanya. Kalau begitu siapa raja pertama sampai akhir dan apa gelar yang mereka dapat?

Hening..Aca tampaknya tidak ingin menjawab karena iya benar-benar tidak tau.

"Ah sudahlah ayo masakin gue kakak Elfesta ku yang cerewet."

"Ok,ok. baiklah tuan putri." Ucap Elfesta dengan tertawa

Elfesta segera memasakan Aca dan tertawa ketika menaruh mie goreng di atas piring. Bau mie goreng menyengat memenuhi ruangan. Elfesta membawa mie miliknya ke meja sementara Aca tampak sibuk menusuk gulungan mie dengan garpu dan menaruh di mulut.

"Tidak ada telur atau yang lain El?" tanyanya di sela kunyahan."Hambar El!!"

Elfesta Mendengar menatap Aca yang mengeluh Hambar. Akan tetapi terus mengunyak mie di piringnya tanpa henti.

" Kalau lo mau, lo bisa ke supermarket atau kemana gitu lalu beli telur dan menggorengnya atau menaruhnya di kulkas jadi sewaktu lo laper, dan pengen makan di malam hari lo bisa memasak nya," Katanya sambil memutar halaman mie di permukaan sendok.

" Lo nggak lagi kesulitan uang kan El? gue kan udah ngasih saran buat ngajak lo ngepet, tapi lo selalu menolak huh..dasar kamu ini."

" Aca, Lo pikir ngepet itu bagus? gak boleh tuhan bisa marah, dan jangan mengada-ngada deh ca."

" Iya sih,tapi mau bagaimana lagi, hidup juga terlalu menghakimi kan?Lagian gue gak bisa lihat lo hidup seperti ini, mie instan terus yang lo makan ampe kurus kerempeng. Mie instan itu memang menyenangkan sekaligus menyakitkan dalam waktu bersamaan. Enak di mulut tetapi gak sehat untuk tubuh.Sama seperti kenangan atau masalah yang akan buruk bagi kesehatan bila di kenang dan diingat," ujar Aca yang ternyata sudah menghabisi mie nya.

" Gue tidak bisa melupakan masalah dan kenangan di rumah gue dulu ca, meskipun gue sudah pergi dari sana.Semuanya,,,kenangan itu membuat gue kehilangan kepercayaan, dan juga semakin membenci ayah dan membenci kata rumah."

"Maafin aku gue El, gue gak bermaksud ngebuat lo sedih dengan mengungkit keluarga lo lagi, sekarang lo itu hanya perlu bahagia El dan jika nanti lo punya pacar lain kali tolong beri tahu gue ya, agar gue bisa menilainya. Jadi, kalau kakak nya Aca yang tercantik ini di sakiti maka akan gue kuliti pria-pria dakjal itu."

El yang mendengar itu pun bergidik ngeri tapi dia tau jika itu adalah bentuk kasih sayang sahabatnya pada dirinya.

Kata-kata Aca memberikan semangat, Elfesta merasa beruntung memiliki sosok sahabat seperti Aca yang selalu menghibur dirinya, dengannya ia bisa menjadi diri sendiri dan menunjukkan luka yang pernah terjadi di hidupnya.

Pertemuan

"Dunia sempit ya... kita bertemu dengan pertemuan yang tak terduga seperti tiket lotre. Siapa tahu? apakah mungkin bertemu dengan jackpot cinta atau sekadar mengalami petualangan tak terduga yang berakhir kesialan!"

...----------------...

...----------------...

Pagi itu, langit cerah dan udara segar menyambut Elfesta yang sedang bergegas menuju halte bus. Ia membawa tas penuh buku, bersiap untuk hari kuliahnya. Elfesta mempercepat langkahnya, merasa optimis dan bersemangat. Namun, di tengah perjalanan, sesuatu yang tak terduga terjadi.

Saat Elfesta melintasi trotoar yang ramai, ia tiba-tiba bertabrakan dengan seseorang yang juga tampak terburu-buru. Benturan itu membuat buku-bukunya jatuh berceceran di trotoar, dan seketika ia merasakan gelombang kekesalan.

"Maaf," katanya gugup tanpa melihat ke arah siapa yang ditabraknya. Saat Elfesta mengangkat pandangannya, matanya bertemu dengan sosok pria tinggi yang tampan. Pria itu menatapnya dengan ekspresi sedikit kesal. Elfesta segera merasa tidak nyaman. Pria itu bukan orang asing.

"Trotoar ini cukup lebar untuk dua orang, bukan?" kata pria itu dengan nada sinis.

Elfesta terkejut mendengar nada bicaranya. Namun, setelah sekilas memandang wajah pria tersebut, ingatan masa lalu tiba-tiba menghantamnya. Bukankah ini pria yang menolongku waktu itu di kafe? pikirnya. Ada sesuatu yang mengganjal dalam ingatannya, namun Elfesta terlalu terganggu oleh situasi sekarang untuk bisa fokus.

"Ya, saya sudah minta maaf," jawabnya dengan nada lebih tajam dari yang dimaksud, sambil buru-buru mengumpulkan buku-bukunya dari trotoar.

Pria itu—yang Elfesta ingat bernama Alvares, menawarkan bantuannya. "Mau kubantu?" katanya, namun Elfesta menolak. "Tidak perlu, saya bisa melakukannya sendiri," ucapnya tegas. Ada sesuatu tentang tatapan dinginnya yang membuat Elfesta lebih memilih menjauh.

Keadaan di antara mereka menjadi tegang. Alvares akhirnya berusaha meredakan suasana. "Baiklah, lain kali kita hindari hal ini. Tapi kamu juga harus lebih berhati-hati."

Elfesta mengangguk cepat tanpa kata, tak ingin memperpanjang percakapan. Setelah selesai mengumpulkan buku-bukunya, dia melanjutkan perjalanan menuju halte bus, sementara Alvares memanggil taksi dan pergi. Namun, meski sudah berlalu, pertemuan itu terus menghantui pikiran Elfesta. Pria yang sinis dan tampan itu... tak mungkin salah, dia pasti orang yang menolongku di kafe. Tapi mengapa sekarang dia tampak begitu berbeda?

*Flashback on

Kala itu Alvares bersiap-siap untuk pergi ke kampus untuk hari pertamanya sebagai seorang dosen. Dia sangat bersemangat memulai petualangan barunya dalam dunia akademis.

Namun, takdir memiliki rencana lain untuknya.Ketika mobil yang membawanya menuju ke kampus melaju dengan mulus di jalan raya yang ramai, tiba-tiba suasana berubah menjadi kacau. Suara desingan yang tidak biasa terdengar dari bawah mobil, dan dengan cepat, mobil itu berhenti dengan mendadak.

Alvares merasa kebingungan. "Oh tidak, apa yang terjadi dengan mobil ini? Kenapa tiba-tiba berhenti?" tanyanya pada supirnya.

Pak Supir yang tidak lain adalah mang ujang dengan wajah khawatir, keluar dari mobil untuk memeriksa keadaan. "Aduh Pak.Maafkan saya, Pak Alvares. Sepertinya ban mobilnya bocor," jawabnya dengan nada yang sedikit terbata.

Alvares merasa panik. Hari pertamanya sebagai dosen, dan dia terjebak di tengah jalan karena masalah teknis. "Bocor? Tapi bagaimana bisa?" Alvares bertanya, mencoba mencari pemahaman atas situasi yang tidak terduga ini.

Supir menjelaskan bahwa kemungkinan ada paku atau benda tajam lainnya di jalan yang menusuk ban mobil. "Saya akan segera memeriksanya dan mencoba mengganti ban dengan yang serep, Pak Alvares," kata supir dengan suara yang bergetar.

Alvares mengangguk, berusaha mempertahankan ketenangannya. "Baiklah, tolong periksa dan lihat apa yang bisa kita lakukan. Saya tidak ingin terlambat untuk mengajar di hari pertama saya di kampus," ujarnya, berusaha menenangkan diri sendiri dan supirnya.Supir segera beraksi, mencoba memperbaiki situasi yang darurat ini.

Alvares pun duduk di dalam mobil, memikirkan langkah-langkah selanjutnya yang harus diambil sambil melihat jam tangannya. Setelah menunggu dengan harapan yang memudar, Alvares menyadari bahwa mobilnya tidak akan segera diperbaiki oleh supirnya.

"Pak kayaknya ini gak akan selesai dengan cepat."Ucap mang ujar supirnya Alvares.

"Baiklah, kalau begitu saya akan pergi dengan taxi atau bus saja mang."Dengan keputusan yang cepat, dia memutuskan untuk tidak membuang waktu lebih lama dan memilih untuk berjalan kaki menuju halte bus terdekat.

*Flashback off

Saat Elfesta tiba di kampus, dia tidak bisa menghilangkan bayangan Alvares dari pikirannya. Dia bertanya-tanya siapa pria itu sebenarnya dan mengapa dia begitu mengganggu, mengesalkan dan menarik pada saat yang bersamaan.

Di kelas, Semua sedang membicarakan mengenai dosen baru. Aca sahabatnya Elfesta pun mendekati Elfesta dan mengajak nya berbicara. "Lo tau gak El?"

"Enggak tau."Jawab Elfesta seadanya.

"Yaelah lo mah ngeselin, gue belum siap ngomong udah di potong aja." Ucap Aca

"Ya karna lo ceritanya kelamaan." Jawab Elfesta

" Ya makanya dengerin gue dulu,, jadi gini bestie, katanya kampus kita kedatangan dosen baru. Bukan cuman dosen si, tapi dia tuh cucu pemilik kampus ini.Terus tuh dosen baru kita nih katanya tajir melintir, pokoknya kaya banget deh." Aca menjelaskan panjang lebar yang hanya di jawab singkat oleh Elfesta " Ya terus mau gue apain?"

Aca pun mendengus kesal sambil berkata " Gak ada sih, hehe. Yaudah deh lagian gue cuma pengen liat tuh dosen, mana tau tampan bisalah di sikat. Beruntung banget gue kalau punya pacar tajir plus tampan."

"Aca jangan berharap deh siapa tau tuh dosen dah nikah atau punya pacar. Daripada berharap sama yang gak pasti mending lo fokus aja buat rancangan skripsi gitu, biar nanti pas udah mau deket jadi cepet kelar terus lo gak jadi mahasiswa abadi." Ucap Elfesta seakan mengejek.

"Ah lo mah gak asik,, malah ingetin gue ke itu lagian itu juga masih lama cintaaku El" Ucap Aca sambil mengerucutkan bibirnya

Tidak lama kemudian seseorang datang dari balik pintu kelas, ya dia adalah Alvares sambil menunjukkan ketampananya.Elfesta terkejut mengetahui bahwa Alvares pria yang bertabrakan dengannya tadi adalah dosen baru yang akan mengajar mata kuliah favoritnya.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama saya adalah Alvares Smith Ackerley. Kalian bisa memanggil saya pak Al atau Alvares, saya adalah dosen baru kalian. Apakah ada yang kalian inginkan tanyakan?"

" Umur bapak berapa pak?" Tanya salah satu mahasiswi bernama Kiara.

" Umur saya 28 tahun." Ucap Alvares

" Gak tua-tua banget kok El, bisalah ekann."Bisik Aca pada Elfesta.

" Tinggal dimana pak? udah nikah belum pak? atau udah ada pacar belum pak?" Tanya mahasiswi lainnya

Alvares yang mendengar banyak pertanyaan di hari pertama nya mengajar pun hanya bisa menggelengkam kepala sembari menjawab "Maaf itu pertanyaan yang privasi."

"El tanyain dong, Instagram nya, Twitter, Facebook dan lainnya."

"Ogah, lu kan tadi udah denger 'privasi', jadi gue gak mau nanya-nanya."

"Tapi El Arghghh bapak itu ganteng banget sama kayak Mark gue ganteng, eh tapi cakepan Mark deh, soalnya Mark gak ada bandingannya. Gue mah tetep stay dengan Mark di era gempuran dosen tampan." Ucap Aca dengan antusias

" SSA (suka-suka Aca) aja deh, kalau gue mah stay di mas Jungkook.Lanjutin sana perhatiin dosen tampan lu tuh, gue capek mau turu." Kata Elfesta yang kemudian tertidur.

"Elfesta....!!!" Ucap Aca kepada Elfesta sedikit berteriak.

Seisi kelas memandang kearah sumber suara dan Elfesta reflek menutup wajahnya dengan buku.

Sementara Aca hanya terdiam menatap mata teman-temannya karna malu.

" Ada apa disana?" Tanya Alvares dan ketika itu juga matanya tertuju pada satu orang yaitu Elfesta.

"Ehmm anu pak, tadi kami cuma mau nanya bapak udah berapa lama jadi dosen pak?" Ucal Elfesta dengan gugup.

"Oh ini baru yang pertama." Jawab Alvares singkat

" Ah begitu Baiklah terimakasih pak."

" hmm" Jawab Alvares

Elfesta merasa tertekan menjawab Alvares, mengingat kejadian yang terjadi sebelum pergi ke kampus nya. Seketika dia merasa jika dunia benar-benar sempit dan dia tidak akan tau bagaimana akan menghadapi hari esok saat di kelas terlebih akan berjumpa dengan dosen barunya. Tapi seketika itu juga, dia membuang jauh-jauh pikiran nya dan melanjutkan aktivitas nya yaitu mendengarkan penjelasan Alvares.

Tiba-tiba hp Elfesta berbunyi menandakan ada pesan masuk yang berasal dari Whatsapp nya, ternyata pesan itu adalah dari mamanya El. Setelah membaca pesan itu mood nya seketika berubah. Ada rasa sakit di hatinya namun ia lebih memilih menahan. Sementara Alvares yang sedang mengajar teralihkan fokus nya pada Elfesta.Dia pun berjalan ke arah Elfesta.

"Ekhemm...Saya tidak suka ada yang mengabaikan saya, di kelas saya." Ucapnya sambil mengambil hp Elfesta.

"Eh hp gue " Elfesta melihat ke arah orang yang mengambil hpnya.

" Balikin hp saya dong pak."

"Balikin kata kamu? gak semudah itu, Dari tadi ketika saya menjelaskan kamu hanya fokus pada hp.Ini aturan kelas saya, dilarang bermain hp saat kelas berlangsung."

"Maaf pak, saya tidak akan mengulangi nya.Sekarang boleh saya minta hp semata wayang saya pak?"

"Nanti saya kembalikan setelah kelas berakhir."

Mendengar ucapan Alvares membuat Elfesta mendengus kesal.

Kelas pun Selesai. Mahasiswa dan Mahasiswi mulai berhamburan keluar kelas. Sedangkan Elfesta, Aca dan Ara masih ada di dalam kelas.

"Ra lu gak keluar?" Tanya Aca pada Ara.

"Gue nunggu kalian, kalian gak keluar?Betah ni ceritanya di dalem."

"Mata mu betah, noh liat, di depan sana ada si dokam, alias dosen kampret. Kalau gue gak butuh sama tuh hp dah milih balik gue." Jawab Elfesta kesal.

"Udahlah, ayo minta hp lu, gue temenin sekalian pdkt sama dogan." Ucap aca sembari menarik tangan Elfesta. Elfesta yang pasrah pun segera mengikuti nya.

" Maaf pak mengganggu waktunya, boleh sama minta hp saya?"

"Ini hp kamu, Lain kali fokus ke saya bukan ke hp."

"Dih, bapak siapa saya, sampai harus saya fokuskan." gumam Elfesta yang ternyata di dengan Alvares.

" Saya dosen kamu."

"Eh bapak denger, maaf pak."

"hmm"

"Pakk,, minta nomor WA nya dong." Ucap Aca cengengesan.

"Iya pak, mana tau kita ada perlu, buat nanya-nanya gitu." ucap Ara menambahkan

"Eh maaf pak temen-temen saya tuh memang gini." Ucap Elfesta sembari menarik tangan Aca dan Ara untuk segera keluar dari ruangan.

Alergi

 Setelah mereka bertiga keluar dari ruang kelas mereka pun menuju parkiran

" Lu mah gak asik El main narik-narik tangan guee, mana lagi memandangi keindahan pria tampan." Ucap Aca sambil mendengus kesal.

"Lagian kalian berdua ngeselinnn."

"Udahlah Bestie-bestie gue yang cakep poll. Berenti debat dogan lagi ok.Btw nongkrong yuk. ntar malem kan malming, jomblo nih, siapa tau kan pas nongkrong ketemu abang-abang cakep, hehe." Kata Ara mengajak kedua bestienya.

" Setujuuuuu, yuk El daripada bosen di kos-kosan kayak mengheningkan cipta, mendingan kita nongkrong."

" Yaudah boleh... apa sih yang nggak buat kamu." Jawab Elfesta

" Idih malah gombal. Sorry yee gak baper kak, ya kan raa."

" Iyee, gue juga kagak baper. Kalau cogan yang gombal mah baru meleyot."

" Auah ngeselin, tapi yaudah deh mau gimana pun juga kalian kan Bestie guee, Eh ra gue jadi keinget pertemuan pertama kita deh. Itu loh waktu lu ospek, sumpah gue ngakak banget. Waktu itu Lu malah pake topi bentuknya lain. padahal di suruh topi tani, mana pas lagi baris sepatu lu kayak minta makan lagi hahaha ...gak kuat gue, apalagi tu dulu pas aca di tanyain apa malah di jawab apa, mana mukanya mau nangis. Untung gue lupa fotoin lu berduaa kalau gaa kan bisa buat pamer ke calon husbu kalian di masa depan." Ujar Elfesta mengenang awal pertemuan mereka sembari tertawa.

" Stop ya, malu gue tapi syukur ada lu yang bawa sepatu cadangan El, entah deh gue gak tau apa isi otak lu yang bawa apa-apa gak pernah satu, mirip doraemon. Tapi di situ gue makasih banget sama lu." Ucap Ara sambil memeluk El.

" Lu juga baik ma gue El kalau gak ada lu gue udah nangis, ini karna mulut ketus lu huwaa makkk kenapa gue ketemu sahabat kayak gini, tapi udah deh lop u, ikut peluk jugaaaa." Balas aca yang ikut berpelukan bersama Ara dan El bak teletubis.

" Udah-udah jangan mewek, ayo pulang ntar malam kan mau nongkrong, eh iya nongkrong di tempat biasa kan, Kafe moonlight?"

" Yoi bestie, yaudah kalau gitu kami luan ya raa, papay araaa."

" Papay juga ."

Aca dan Elfesta tiba di kafe yang telah menjadi tempat favorit mereka bertiga. Ara sudah menunggu di meja pojok dekat jendela. Setelah beberapa menit berbincang, Aca dan Ara memutuskan bahwa Elfesta yang akan memesan makanan mereka.

"Aca, Ara, kalian mau pesan apa?" tanya Elfesta sambil berdiri.

"Aku mau latte dan sandwich tuna," jawab Aca.

"Aku ambil cappuccino dan salad buah," kata Ara dengan senyum.

Elfesta mengangguk dan berjalan menuju kasir. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat dosennya, Pak Alvares, di meja sebelah. Ia tidak sendiri, melainkan bersama seorang wanita yang sangat menarik perhatian dengan penampilannya yang anggun dan seksi. Elfesta terkejut, tetapi memutuskan untuk tidak menyapa. Sementara dari meja sebelah terlihat sepasang mata yang melihat ke arahnya.

Elfesta melanjutkan ke kasir dan memberikan pesanan mereka. Setelah selesai, ia kembali ke meja mereka.

"Tebak siapa yang aku lihat?" bisik Elfesta setelah duduk.

"Siapa?" tanya Ara penasaran.

"Pak Alvares, dosen kampus kita. Dia duduk di sana bersama seorang wanita," jawab Elfesta sambil mengarahkan pandangannya ke meja di mana dosennya duduk.

"Benarkah? Wah, menarik sekali, tapi gue cemburu tau El. Mana pak Al guanteng banget lagi, tuh cewek juga seksott."kata Aca sambil terbakar cemburu.

"Gue juga cemburu tapi apa boleh buat. kayaknya tuh pacarnya Pak Al deh? tapi bisa jadi tunangannya kan?tauah urusannya."

"Udah-udah mau ceweknya, istrinya atau apapun itu bukan urusan kita. Senyum dong kan kita mau nongkrong bukan kebakar cemburu sama pak Al, lagian dia biasa aja kok, gak ganteng bosen gue denger dia mulu." Ujar Elfesta.

Tak lama kemudian, seorang barista datang membawa pesanan mereka. Namun, saat mereka mulai menikmati makanan, Elfesta menyadari bahwa pesanan mereka tertukar. Sandwich tuna Aca justru diantarkan ke meja Pak Alvares, dan makanan yang seharusnya untuk wanita tersebut ada di meja mereka.

"Astaga, pesanan kita tertukar," keluh Elfesta.

Saat itu juga terdengar suara marah dari meja Pak Alvares. "Ini tidak bisa diterima! Teman saya alergi tuna, dan sekarang dia mengalami reaksi alergi!"

Elfesta segera berdiri dan berjalan cepat ke meja Pak Alvares. "Maaf, Pak. Sepertinya ada kesalahan dalam pesanan. Saya yakin barista tidak sengaja melakukan ini."

Pak Alvares memandang Elfesta dengan tatapan tajam. "Elfesta, kamu tahu betapa seriusnya ini. Ini bisa sangat berbahaya."

Elfesta tetap tenang dan berkata, "Saya mengerti, Pak. Saya juga punya obat alergi di tas saya. Boleh saya membantu?"

Wanita yang bersama Pak Alvares mulai menunjukkan gejala alergi yang semakin parah. Elfesta dengan cepat mengambil obat alergi dari tasnya dan memberikannya.

"Tapi apa kamu yakin jika obat itu tidak berbahaya baginya? coba sini saya lihat."

" Bapak percaya saya kan, jangan takut pak saya gak akan bunuh teman bapak, saya juga punya alergi meski beda, tapi saya yakin obat saya bisa atasi alergi teman bapak meski sementara,ini mbak obatnya."Jawab Elfesta segera memberikan obatnya.

Wanita tersebut menerimanya dengan terima kasih di matanya. Obat pun segera diminum beberapa menit kemudian gejala alergi mulai berkurang.

"Terima kasih, Elfesta," kata Pak Alvares, sedikit melunak. "Tapi ini tetap tidak bisa dibiarkan. Saya akan melaporkan insiden ini ke manajer kafe."

Tak lama kemudian, barista yang tadi mengantar pesanan datang mendekat dengan wajah penuh penyesalan."Maafkan saya, Pak," kata barista tersebut.

"Ini kesalahan saya. Saya seharusnya lebih teliti."

Pak Alvares menghela napas, lalu menjawab, "Kesalahan memang bisa terjadi, tetapi pastikan ini tidak terulang lagi. Ini adalah masalah kesehatan yang serius."

Elfesta menambahkan, "Barista ini sudah meminta maaf dan kita semua bisa belajar dari kejadian ini. Lagipula Kesalahan bisa terjadi pada siapa saja. Yang penting sekarang teman Anda sudah ditangani.Dan jika bisa periksa ke dokter lagi untuk periksa dan di berikan obat yang lebih bagus."

Pak Alvares hanya menghela napas dan mengangguk. "Baiklah, terimakasih sarannya.Dan untuk kamu, saya tidak akan mempermasalahkan lagi."

Barista tersebut mengangguk penuh rasa terima kasih. "Sekali lagi, saya minta maaf, saya sangat menyesal. Jika ada yang bisa kami lakukan untuk memperbaiki situasi ini, tolong beri tahu kami."

Wanita yang bersama Pak Alvares tersenyum lemah ke Arah Barista tersebut sembari melihat ke arah Elfesta dengan penuh rasa terimakasih. "Terima kasih, saya sudah merasa lebih baik. berkat nya."

Setelah itu, Elfesta kembali ke mejanya. Aca dan Ara menatapnya dengan kagum. Sementara Alvares dan temannya pergi dari Kafe itu.

"Lu hebat El," kata Ara.

"Ya, lu itu benar-benar tahu cara mengatasi situasi,mana yang di hadapi dogan yang mirip kulkas 20 pintu lagi." tambah Aca.

Elfesta hanya tersenyum, "gue cuma berusaha melakukan yang terbaik. Mari kita nikmati makanan kita sekarang." Mereka melanjutkan percakapan dan menikmati waktu bersama di kafe, meski insiden tadi sempat membuat suasana tegang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!