kecerobohan

..."Sebelum janur kuning melengkung berlarilah bagai ubur-ubur"...

 

Keesokan harinya

Elfesta bangun dengan panik. Matanya terbuka lebar saat melihat jam di ponsel.

“ASTAGA!” teriaknya. “ACA KAMPREEET! TEGA BANGUN DULUAN GAK NGEBANGUN GUE!”

Dia melompat dari tempat tidur, rambut acak-acakan, dan masih memakai piyama Hello Kitty. “Gue belum mandi! Oke... skip mandi, cuci poni aja udah cukup kali, ya Tuhan, ini dosa siapa sih?!”

Tanpa sadar, dia mengenakan sandal jepit kodok hijau kesayangannya—yang biasanya hanya dipakai di rumah. Namanya? Tutu.

Dengan langkah tergesa dan napas ngos-ngosan, dia berlari ke kampus. Saat tiba di depan kelas Fisika, jam menunjukkan mata kuliah Pak Alvares sudah dimulai.

“Masuk gak ya...?” gumamnya ragu.

Dia membuka pintu pelan, berusaha mengendap seperti pencuri ayam. Namun langkahnya terhenti saat suara khas terdengar lantang dari depan kelas.

“Ehem. Elfesta, kamu pikir kamu lagi main petak umpet?”

Semua mata tertuju padanya. Elfesta menelan ludah.

“Hehe... maaf, Pak. Saya telat, tapi saya punya alas—”

“Saya gak tertarik dengar alasanmu.”

Pak Alvares memperhatikan penampilan Elfesta dengan seksama. Matanya berhenti di sandal jepit kodok berwarna hijau yang dipakai Elfesta. Dia mengangkat alis dan berkata dengan sarkasme, "Elfesta, kamu tahu ini kelas Fisika, bukan? Atau mungkin kamu berpikir ini taman bermain?"

Seisi kelas tertawa kecil. Elfesta ingin menghilang dari muka bumi.

“Tapi ini sandal kodok kesayangan saya, Pak. Namanya Tutu... cantik kan?” bisiknya canggung.

Pak Alvares memijit pelipis. “Datang telat, pakai sandal rumah, dan kamu pikir itu lucu?”

"Sepertinya kamu tidak memahami aturan kelas ini. Mau saya bacakan ulang nona Elfesta?"Ucap Alvares dan di jawab Elfesta dengan gelengan kepala yang mengisyaratkan tidak. Namun, Alvares tetap melanjutkan perkataan nya

"Pertama, datang tepat waktu. Kedua, berpakaian yang pantas. Ketiga, hormati kelas dan materi yang sedang diajarkan. Memakai sandal jepit ke kelas adalah bentuk ketidaksopanan. Kita berada di lingkungan akademis, Elfesta. Berpakaian yang pantas adalah bagian dari etika dan menunjukkan rasa hormat pada diri sendiri serta orang lain." lanjut Alvares menjelaskan.

Elfesta hanya bisa diam, merasa malu dan kesal pada dirinya sendiri.

"Saya seharusnya mengeluarkanmu dari kelas ini," lanjut Pak Alvares, "tetapi sebagai hukuman, kamu harus membuat tugas tambahan. Baca dan rangkum beberapa artikel dari jurnal fisika terbaru, serta berikan analisis kritis terhadap temuan dan metodologi yang digunakan. Serahkan tugas ini dalam 2 hari."

“Dua hari? Pak plis dong, seminggu—”

“Kamu pikir ini pasar? Mau tawar-menawar?!

Saya akan beri tambahan waktu 1 hari, titik."

"Tapi Pak"

"Gak ada tapi-tapi!"

"Baiklah Pak."Elfesta hanya bisa menjawab dengan pasrah sekaligus malu.

Pak Alvares menatapnya tajam. "Sekarang duduklah, dan pastikan kamu lebih siap untuk kelas berikutnya."

Elfesta hanya bisa mengangguk, pasrah, malu, dan ingin kabur ke dunia lain. Dia menuju bangkunya dengan langkah berat. Elfesta kemudian duduk dan membuka tas nya.

“Astaga Gue gak percaya ini hari sial gue,” bisiknya ke Ara dan Aca. “Gue salah bawa buku juga.Aaa kayaknya gue harus cek khodam deh."

“Lu bawa buku apaan?” tanya Aca, menahan tawa.

Elfesta mengangkat bukunya—novel cinta gadis penakluk dosen dan Harry Potter. Bukan buku Fisika.

“Gue maraton baca novel semalem, terus ke bawa ini... bukan buku teks Fisika."

Tiba-tiba, suara berat Alvares terdengar di belakangnya.

“Elfesta, buku apa yang kamu bawa?”

Elfesta terkejut dan melihat Pak Alvares berdiri di sampingnya. "Um, Pak... ini..."

Pak Alvares meraih bukunya, lalu mengernyit.

“Harry Potter dan... novel roman? Ini yang kamu anggap penting di kelas saya?”

Elfesta terkejut dan melihat Pak Alvares berdiri di

Elfesta gugup dan akhirnya mengaku, "Saya salah membawa buku, Pak. Saya benar-benar tidak sengaja."

Pak Alvares menatap Elfesta dengan tajam. "Ini menunjukkan ketidaksiapanmu. Bagaimana bisa kamu tidak sengaja. Mulai dari sandal kodokmu hingga buku yang kamu bawa. Pastikan ini tidak terulang lagi, jika terulang lagi jangan pernah masuk ke kelas saya.

Elfesta hanya bisa menunduk malu, merasakan tatapan dan tawa pelan dari teman-teman sekelasnya. Betapa buruknya hari ini, pikirnya. Mulai dari asal memakai sandal hingga salah membawa buku. Tapi kali ini ia tetap mengikuti kelas.

Saat jam kuliah berakhir, Ara dan Aca menghampirinya. "Jangan terlalu dipikirkan, Elfesta," kata Ara, mencoba menghibur.

"Hooh bener, semua orang pasti pernah mengalami hari buruk, ya setidaknya gak seburuk lu yang pagi-pagi di omelin dogan" tambah Aca.

"Dogan-dogan mata lu, es doger tu yang ada.. lagian tuh dosen gak ada tampan-tampannya, ngeselin iya, tau ah males gue ketemu sama dia. Memang bener yaa didunia ini cuma cowok fiksi yang terbaik, atau gak cowok kpop seperti jungkook ku tersayang." Ucap Elfesta.

" Bener juga sih El gue setujuu, meskipun dia hanya coretan dalam sebuah buku namun kehadirannya tampak begitu nyata." Tambah Ara

" Emang si bener yang kalian bilang tapi gue gak mau nyerah, sebelum janur kuning melengkung berlarilah bagai ubur-ubur, jadi intinya sebelum pak Al punya bini gas dong buat deketin, doain gue ya bestie-bestie terbaik gue, moga gue jadi bini dogan."Ucap aca sambil berkhayal.

“Lu mau nyiksa gue, Ca?!” bentak Elfesta.

“Gak dong. Khusus kalian, ntar gue bilang hal-hal baik ke Dogan.”

Ara tertawa. “Iyain aja, El. Siapa tahu jodoh.”

Elfesta mendesah, “Skip! Jangan bahas dia lagi, please... pusing kepala Barbie gue.”

" Yaudah si." Jawab Aca dan Ara bersamaan.

Mereka bertiga pun berjalan bersama meninggalkan kelas. Elfesta bertekad untuk lebih siap dan gak ceroboh lagi. Tapi Aca? Dia masih terus bermimpi jadi istri Pak Dogan Alvares.

**Flashback**

Pagi itu, Aca sudah bangun duluan. Jam menunjukkan pukul 7. Aca berdiri di depan pintu kamar Elfesta dan mulai mengetuk pintu dengan keras. “Elfesta! Bangun, sudah pagi!Ni anak ngapain aja dah di dalem?” serunya dengan nada memaksa.

Namun, suara ketukan itu tampaknya tidak menyentuh Elfesta. Aca semakin cemas dan memutuskan untuk mencoba metode yang lebih drastis. Dia berlari ke dapur, mengambil panci dan sendok besar, lalu mulai mengetuk-ngetuk panci dengan suara berisik. “Bangun... bangun!!! sahurrrrr woii! El kita bisa telat loh kalau gini !!” teriaknya sambil terus mengetuk panci.

Di dalam kamar, Elfesta hanya berguling dan mengerang, tampaknya tidak terganggu oleh kebisingan dan malah tidur lebih nyenyak. Aca masuk ke dalam kamar, mendapati Elfesta masih tidur dengan nyaman. Dengan tekad yang menggebu, Aca menarik kaki Elfesta dari bawah selimut, mencoba membangunkannya dengan cara fisik. “Bangunlah! Ini tidak lucu lagi keboo!”

Elfesta hanya menggerutu dan memutar badan, tetap tidak terjaga. Aca mulai kehabisan ide. Dia berpikir untuk mencoba metode yang lebih ekstrem. Dengan gerakan cepat, dia menutup hidung Elfesta dengan tangannya, berharap bahwa ketidaknyamanan itu akan membangunkan Elfesta. “Ayo, jangan malas tuan putri El!”

Elfesta menggeliat sedikit tapi tidak bangun. Akhirnya, Aca memutuskan untuk mengambil langkah terakhir. Dia meraih kaus kaki bekas dari lantai dan mengibas-ngibaskan di depan hidung Elfesta, berharap bau tidak sedapnya akan membuat Elfesta terjaga.

“Ayo bangun! Lu hampir telat! Mau gue kasih ketiak gue sekalian biar lu bangun, hah?!” teriak Aca sambil mengibas-ngibaskan kaus kaki bekas dengan ekspresi penuh semangat, seolah siap memberikan "aroma surgawi" miliknya langsung ke hidung Elfesta.

“UWAAAHH ACAAA!!! SIALAN! APA-APAAN NIH?!”

Elfesta menggeliat panik dan setengah berteriak, tapi hanya sebentar—karena beberapa detik kemudian... dia kembali meringkuk di bawah selimut. Matanya terpejam lagi. Ya, dia memilih tidur ketimbang bertahan hidup di kelas Pak Dogan.

Aca melongo. “Serius lo? Udah gue kasih ancaman segitunya, masih tidur juga?!”

Dengan frustasi, Aca berdiri di ambang pintu kamar. Dia menghela napas panjang, menatap tembok seolah mencari kesabaran yang sudah menguap.

“Baiklah... kalau lu lebih cinta kasur daripada masa depan, ya udah. Gue cabut dulu. Selamat tidur, calon penyesalan!”

Aca pun melangkah keluar kos dengan wajah keki, langkah kesal, dan hati yang penuh tanda tanya:

"Gue harus ngapain lagi sih biar si Elfesta bangun kayak orang normal?"

Begitulah semuanya terjadi.

Terpopuler

Comments

minsook123

minsook123

Got me hooked, dari awal sampe akhir!

2024-07-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!