Betul apa kata sang ibu, orang yang mau menjemput Tini sudah tiba, ke kediaman nya.
tok
tok
tok
tok
"Permisi, apakah benar ini rumah dari ibu tasya? ucap pria itu.
"Oh! ya benar mas, silah kan duduk dulu." jawab bu tasya.
Sedangkan di ruang makan Sifa dan Tini mengintip, penasaran siapa yang sudah bertamu di rumah nya.
"Kak itu siapa sih, ganteng banget." ucap Sifa.
"Kamu ini sif, nggak bisa apa kalau lihat orang ganteng diam dulu, nggak usah cengengesan kayak gitu." jawab Tini.
"Suka suka gue dong! mulut mulut gue kok." ujar Sifa.
"Ya ya ya! terserah." jawab Tini yang mau kembali duduk di tempat.
"Eemmmmm! gimana ya mas sudah sepakat kan, kerja sama nya yang pas di telfon itu." ucap Bu tasya.
"Oh ya tentu bu! saya deal dengan penuturan ibu." jawab pria itu sambil tersenyum
"Iya udah mas. karna dia kan masih segel ya, apa boleh saya minta 20jt atau lebih? ujar bu tasya.
"Oh boleh boleh. tentu ada syarat nya bu, dia harus memuaskan saya dan satu lagi, tidak boleh ada yang menyentuh dia selain saya satu satu nya." jawab pria tampan itu.
"Loh ya nggak bisa gitu dong mas." ujar bu tasya melayangkan protes.
"Ya harus bisa bu, nanti saya kasih imbalan nya yang lebih dari ini." jawab pria itu.
"Mas tidak bohong kan? kalau bohong saya akan tuntut mas." ujar bu tasya.
"Ngapain saya bohong bu, saya bisa beli kampung rumah ibu yang harga nya tak seberapa ini." jawab pria itu dengan angkuh nya.
Sombong amat bocah ini, tapi aku kok nggak rela ya kalau Tini yang aku usulkan ke dia semalem. ah coba lagi deh, siapa tau dia lebih suka sama Sifa." monolog bu tasya dalam hati.
"Em! mas beneran kamu mau yang Ini, bukan yang ini mas." ujar bu tasya.
"Saya sudah deal yang ini bu, lagi pula saya sudah suka yang anak ini." jawab pria itu.
"Tapi dia kan nggak secantik yang satu nya mas, dan nggak menggugah selera." ujar bu tasya.
"Saya mau nya yang di foto ini, yang sudah ibu kasih tau dari pertama." jawab pria itu.
Siapakah sebenar nya pria itu ya guys? author pun penasaran deh. hehehehe
"Mana janji ibu, serta di manakah sosok gadis di foto ini." ujar pria itu.
"Sebentar saya panggil kan dulu." jawab bu tasya.
"Tini? tini cepat sini." teriak bu Tasya.
"Iya mak! sebentar lagi nyuci piring." sahut Tini.
"Cepetan. nggak usah bantah Tini." teriak bu tasya lagi, seakan ingin memakan sang mangsanya.
Secepat kilat Tini membereskan semua piring kotor, yang sudah ia cuci bersih tadi.
Lalu ia berjalan pelan menuju ruang tamu, di mana ada orang yang belum lama ini, ia tabrak pas berangkat sekolah tadi.
Iya maklum lah tadi, pas Sifa memberi tahu nya tak sepat dia melihat, masih membereskan apa aja yang ada di dapur, sampai sampai habis di lalap nya.
Tini serta merta pemuda tampan itupun kaget setengah mati. dalam benak nya berkata "Mati aku, pasti nih orang mau minta pertanggung jawaban" monolog Tini dalam hati.
Aduh, kenapa ketemu gadis ini lagi sih. sial mulu perasaan hidup gue, mau cari hiburan yang ada ketimpa sial mulu nanti." monolog pemuda itu.
"Kamu! Tini serta pemuda itu pun nyaris mengucap kan kata bersamaan.
"Ngapain om ke rumah ku, ada perlu apa." ketus Tini.
Pemuda itu tak menggubris Tini, melain kan melambai agar pengawal nya masuk, untuk mencekal Tini agar ikut dia masuk ke dalam mobil.
"Nak tunggu, bayaran nya mana? ujar bu Tasya sambil berteriak.
"Nanti saya transfer bu, saya pamit undur diri dulu." jawab Gibran.
Gibran pun melangkah menuju mobil dan pria itu pun tersenyum ke arah Tini. namun Tini yang sejak tadi penasaran, apa maksud dari ibu nya, tak mengerti apa apa. hanya saja pikiran nya sudah tak karuan saat ini.
"Om, ngapain om bawa bawa aku segala, lepasin om, aku nggak mau ikut om." teriak Tini sambil meneteskan air mata nya.
"Diam! bak suara petir menyambar bumi, Tini pun langsung terdiam.
Hiks.... hiks.... Om lepasin! Tini mau sama Bapak dan Mak ok. nggak mau ikut Om, om jahat sama Tini." jawab Tini sambil menangis sesenggukan.
"Om lepasin? Hiks.... hiks....hiks
Bagaikan hati yang ter iris dengan pisau yang tajam, pemuda itu pun spontan mendekap Tini dengan erat.
"Om mau bawa kamu ke rumah, Tini." ucap Pemuda itu.
"Namaku Gibran Aji Mahendra Tini, sebut saja Gibran jangan Om ya." sambung Gibran.
Tini pun sekilas melirik arah Gibran, yang sedang memeluk dia dalam mobil.
Hati ibu siapa sih yang tega menjual anak nya, demi ke keinginan agar bisa shoping shoping seperti orang orang.
Tega ya ibu tasya ini, demi memenuhi ke keinginan nya, serta demi gaya hidupnya tega menjual anak kandungnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments