Asmara Pernikahan Tak Terduga
Suasana pagi yang tenang di kediaman Mahendra seketika di hebohkan oleh teriakan seorang gadis yang menggema di seluruh ruangan.
“Bik !” teriak seorang gadis yang bernama Sabrina dari dalam kamarnya.
Mendengar teriakan tersebut bik Ina yang tengah sibuk di dapur segera berlari kearah sumber suara.
“Ia Non sebentar !” ucap bik Ina sambil bergegas berlari kearah kamar putri majikannya tersebut.
“Iya non ada apa ?” tanya bik Ina kepada Sabrina saat sampai di kamar tersebut.
“Bibik taruh di mana baju yang aku suruh setrika kemarin ?” tanya Sabrina kepada wanita paruh baya tersebut.
“Kemarin bibi sudah taruh di lemari non di tempat biasa.” Jawab bik Ina pasti.
Karena dia benar-benar sudah memasukkan baju tersebut kedalam lemari pakaian Sabrina.
“Tidak ada ! dimana ?” tanya Sabrina sedikit kesal.
Karena saat ini dia hendak memakai baju tersebut.
Kemudian bik Ina dengan sigap memeriksa baju tersebut di dalam lemari, satu persatu bik Ina memperhatikan baju baju yang ada di dalam lemari untuk mencari baju yang dimaksud oleh majikannya tersebut.
“Tidak ketemu non !” ucap bik Ina sambil menundukkan kepalanya.
“Tapi kemarin bibi yakin sudah menaruh nya di lemari !” ucap bik Ina sambil melihat kearah lemari.
“Mana ? jika benar pasti ada di dalam sana ! bibi sudah bosan ya kerja di sini ?” ucap Sabrina mulai emosi.
“Bibi minta maaf non tapi bibi benar-benar sudah menaruhnya di lemari.” Ucap bik Ina sedikit takut.
"Aku tidak mau tahu… cari sampai ketemu kalau tidak mau gajinya di potong !” ucap Sabrina masih kesal.
Tanpa sengaja dia melihat Renata lewat di depan kamarnya.
“Tunggu !” ucap Sabrina dengan suara lantang.
Renata yang tadi lewat pun berjalan mundur hingga sampai tepat di depan pintu kamar Sabrina.
“Itu baju gue ?” tanya Sabrina sambil menunjuk baju yang sedang di kenakan oleh Renata.
“Iya kenapa emangnya ?” jawab Renata tanpa merasa bersalah.
“Buka nggak !” ucap Sabrina sambil berjalan kearah Renata.
“Nggak mau gue !” ucap Renata menolak.
“Gue bilang buka ya buka !” ucap Sabrina berusaha melepaskan baju yang dikenakan oleh Renata.
“Lo apa an sih ! gue nggak mau !” ucap Renata kekeh menolak mengembalikan baju milik Sabrina yang dipakainya tanpa meminta izin terlebih dahulu.
“Buka gue bilang !” ucap Sabrina sedikit memaksa.
“Nggak gue nggak mau !” ucap Renata kekeh tidak mau melepaskan baju tersebut.
Karena Renata bersikeras tidak ingin mengembalikan baju milik Sabrina terjadilah keributan antara Sabrina dan juga Renata.
Hal tersebut membuat nyonya rumah datang menghampiri.
“Ada apa ini ribut-ribut ?” tanya sang nyonya kepada kedua gadis tersebut.
“Kembalikan baju gue ?” ucap Sabrina mengabaikan pertanyaan sang nyonya.
“Kalau gue nggak mau kenapa emangnya !” ucap Renata kekeh tidak ingin mengembalikan baju milik Sabrina.
“Baju apa sih ? ini ada apa ?” tanya sang nyonya lagi.
“Ini lo mi… masak aku pinjam baju nggak di bolehin.” Ucap Renata mengadu kepada sang mami.
“Lo nggak ada bilang ya ! lo maling baju gue.” Ucap Sabrina lagi tidak terima.
“Udah-udah nggak usah di perpanjang,lagian kamu kenapa sih pelit amat sama Renata ! dipinjami kenapa ? Apa susah nya sih !” Ucap sang nyonya lagi.
“Lo bilang apa ha ? gue pelit ? dasar anak lo aja suka maling ! oh tapi gue nggak heran sih anak lo bisa jadi maling begini karena memang sudah jadi penyakit keturunan ya.” Ucap Sabrina menyindir.
“Mi… ?” ucap Renata seperti tidak terima.
“Kamu !” ucap sang nyonya hendak mengangkat tangannya ingin membungkam mulut kotor Sabrina namun hal tersebut dia urungkan.
“Apa ha ! tersinggung ? mau tampar gue ? ni tampar !” ucap Sabrina mendekatkan wajahnya.
“Sabrina !” ucap seorang pria.
Sabrina pun melihat kearah sumber suara.
“Papa ?” ucap Sabrina pelan.
“Jangan kurang ajar sama mama kamu ?” ucap pria yang di panggil papa oleh Sabrina.
Pria tersebut bernama Yuda Mahendra yang merupakan ayah kandung Sabrina.
"Mama ? dia bukan mamaku !” ucap Sabrina santai menanggapi ucapan sang ayah.
“Semakin hari kamu bertingkah seenaknya ya makin kurang ajar sama orang tua !” ucap sang ayah.
“Minta maaf sama mama mu !” perintah sang ayah lagi.
“Jangan mimpi ! sampai matipun aku tidak akan minta maaf sama dia !” ucap Sabrina lagi.
“Kamu !” ucap sang Ayah semakin emosi dia pun mengangkat tangannya hendak menampar Sabrina.
“Mas jangan mas !” ucap sang istri berusaha menghentikan sang suami.
“Apa pa ? papa mau tampar putri papa demi mereka ? silahkan pa !” ucap Sabrina emosi.
Tanpa terasa air mata Sabrina mengalir membasahi pipinya, dia merasa sangat kecewa terhadap sang ayah yang memarahinya tanpa bertanya lebih dulu apa yang terjadi sebenarnya.
“Papa rasa papa terlalu memanjakan mu hingga kamu sanggup bertingkah kurang ajar begini ! papa sudah tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi mu semakin hari kamu menjadi di luar kendali.” Ucap sang Ayah.
Di sisi lain Renata tersenyum miring melihat ayah dan anak tersebut.
“Aku seperti ini juga karena papa ! karena papa lebih memilih wanita ular ini dan meninggalkan mama !” ucap Sabrina menggebu mengeluarkan unek-uneknya.
Sementara itu wajah nyonya Rosita menghitam menahan amarahnya mendengar ucapan Sabrina, namun dia tidak melakukan apapun dan membiarkan Sabrina berbicara buruk tentangnya.
“Sabrina ?” ucap sang ayah semakin marah.
“Iya wanita ular !” ucap Sabrina lagi menegaskan ucapannya.
Plakkk…. Tanpa Sabrina duga sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, hal tersebut membuat nyonya Rosita dan juga Renata tersenyum puas.
“Papa tampar aku ?” ucap Sabrina memegangi pipinya yang terasa perih.
“Apa yang aku lakukan ?” ucap sang ayah menatap tangan yang dia jadikan untuk menampar sang putri.
Tubuh papa Yuda tampak melemas tangannya bergetar setelah menampar sang putri untuk pertama kalinya.
“Papa…” ucap sang ayah berjalan mendekat kearah Sabrina.
Namun Sabrina yang menyadari hal tersebut seketika berjalan mundur, dia merasa sangat kecewa dengan sang ayah.
“Maafin papa….” Ucap sang ayah yang melihat Sabrina menjauhinya.
Sabrina pun berlari masuk ke dalam kamarnya lalu mengunci pintu tersebut.
Di dalam kamar air mata Sabrina semakin deras mengalir di pipinya, dia tidak menyangka jika sang ayah akan menamparnya demi membela istrinya.
“Papa jahat !” ucap Sabrina sambil menjatuhkan semua barang yang ada di dalam kamarnya.
“Sasa ! buka pintunya nak.” Ucap sang ayah mengetuk pintu kamar sang putri.
Brakkkk Sabrina melemparkan gelas kearah pintu kamar tersebut.
“Pergi pa ! pergi ! aku benci papa !” ucap Sabrina sambil menangis.
Sementara itu Renata tersenyum puas sambil melihat kearah Rosita sang ibu, begitu pun sang ibu tampak tersenyum kearah sang putri seakan hanya dengan tersenyum mereka bisa berkomunikasi dan saling mengerti.
Tampak papa Yuda merasa sangat bersalah menatap pintu kamar sang putri.
“Gue harus pergi ! ya benar gue harus pergi.” Ucap Sabrina mengambil tas pakaiannya.
Sabrina pun memasukkan beberapa helai pakaiannya dan barang pribadinya yang lain serta selembar photo masa kecilnya bersama sang mama yang sudah tampak usang.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Deriana Satali
Nyimak dulu p
2023-07-08
1