Jam dinding sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi itu berarti sang ayah sudah berangkat ke kantor, untuk memastikan hal tersebut Sabrina berjalan kearah jendela kamarnya agar bisa melihat mobil sang ayah apakah masih ada di dalam garasi.
“Sudah pergi.” Ucap Sabrina merasa lega saat melihat mobil milik sang ayah sudah tidak ada di garasi.
Tanpa ragu Sabrina pun melangkahkan kakinya berjalan keluar kamar sambil menyeret koper miliknya dengan buru-buru agar tidak ada satu pun yang mengetahui jika dia pergi meninggalkan rumah.
Sesampainya di garasi mobil dia segera memasukkan koper miliknya ke dalam bagasi lalu mengemudikan mobil tersebut menjauhi kediaman Mahendra.
Sabrina menyusuri jalan raya tidak tahu arah tujuan.
“Apa aku coba cari mama ?” ucap Sabrina berbicara sendiri.
“Iya lebih baik aku coba cari mama ?” ucap Sabrina membulatkan tekad.
Kemudian Sabrina pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan lalu mencari potongan kertas yang dia simpan di dalam dompetnya.
“Ketemu !” ucap Sabrina tersenyum sumringah menatap potongan kertas tersebut.
“Mama Sasa rindu !” ucap Sabrina membuang napas panjang.
Kemudian Sabrina kembali mengemudikan mobilnya menuju alamat yang tertera di potongan kertas tersebut.
Beberapa jam sudah Sabrina mengemudikan mobilnya hingga pada akhirnya mobil yang dikemudikan oleh Sabrina berhenti karena di hadang oleh segerombolan preman.
“Aduh bagaimana ini ?” ucap Sabrina panik.
“Keluar…!” ucap salah seorang preman tersebut sambil mengetuk kaca mobil.
Sabrina yang berada di dalam mobil semakin takut.
“Keluar…!” ucap pria itu lagi sambil mengetuk kaca mobil semakin kasar.
Sabrina yang semakin panik seketika patuh membuka pintu mobil tersebut.
“Ada apa ini ?” tanya Sabrina semakin takut.
“Serahkan barang berharga lo !” perintah preman tersebut kepada Sabrina.
“Cepat !” ucap preman tersebut sambil menodongkan senjata tajam kearah Sabrina.
“Iya iya !” ucap Sabrina semakin takut sambil berusaha mencari uang yang ada di dalam tasnya.
Tanpa di duga tas tersebut di ambil paksa oleh salah satu pria tersebut.
“Jangan bang !” ucap Sabrina khawatir.
Tiba-tiba pria yang mengambil tas miliknya tersebut di hantam oleh seseorang dan tersungkur seketika.
“Brengsek !” teriak preman yang lain saat melihat salah satu temannya tumbang.
Kemudian dengan cepat dia menyerang pria yang menghantam temannya tersebut, Sabrina menggigil takut melihat perkelahian tersebut apalagi para preman menggunakan senjata tajam.
“Aaaaaa.” Teriak Sabrina saat preman tersebut berhasil melukai pria yang baru saja datang tersebut.
Walaupun terluka pria itu masih berusaha untuk melawan para preman tersebut hingga para preman tersebut tumbang.
Setelah melihat preman tersebut terkapar pria itu mengambil kembali tas milik Sabrina lalu menyerahkannya kembali kepada Sabrina.
“Milikmu ?” ucap pria itu kepada Sabrina.
“Iya.” Ucap Sabrina mengangguk.
Wajah Sabrina tampak pucat menyaksikan perkelahian tersebut, tiba-tiba pria itu menyuruh Sabrina berpindah duduk di samping kursi kemudi.
“Jangan sakiti aku ! aku mohon.” Ucap Sabrina semakin takut saat pria tersebut mengambil alih kemudi mobil.
Namun pria tersebut mengabaikan ucapan Sabrina dan tetap fokus mengemudikan mobil.
“Aku mohon ambil saja semua nya tapi jangan sakiti aku, aku mohon biarkan aku turun dan ambil saja semuanya!” ucap Sabrina semakin takut.
“Dan kamu lebih memilih menyerahkan diri kepada mereka !” ucap pria itu kepada Sabrina.
“Apa ?” tanya Sabrina bingung lalu Sabrina pun menoleh ke belakang.
Deg jantungnya semakin berdetak cepat dan sekujur tubuhnya menggigil ketakutan melihat beberapa motor mengikuti mereka.
“Pegangan !” perintah pria tersebut kepada Sabrina sambil menambah kecepatan mobilnya.
Sabrina pun mematuhi perintah pria tersebut, kecepatan mobil semakin laju meninggalkan segerombolan para preman tersebut hingga pada akhirnya mobil berhenti di pinggiran desa.
Sabrina tampak syok dan ketakutan, akibat kejadian tersebut wajahnya tampak pucat dan keringat dingin.
“Kita sudah aman.” Ucap pria itu kemudian mematikan mesin mobil tersebut sambil melihat Sabrina yang diam duduk di kursi samping.
Namun Sabrina tidak bereaksi sama sekali.
“Hei !” panggil pria itu sambil menepuk bahu Sabrina.
“Hah ! tolong jangan sakiti aku !” ucap Sabrina ketakutan.
“Hei kamu sudah aman sekarang !” ucap pria itu mengingatkan Sabrina lagi.
“Jangan sakiti aku, aku mohon !” ucap Sabrina masih syok.
“Tenang oke, aku sama sekali tidak akan menyakitimu ! tenang ya .” ucap pria itu sambil memegang kedua bahu Sabrina lalu menghadapkan ke arahnya.
“Aku sangat takut, aku ingin pulang.” Ucap Sabrina mulai menangis.
Bagaimana tidak seumur umur baru kali ini dia mengalami hal yang sangat mengerikan seperti ini.
“Tenang ya kamu aman sekarang.” Ucap pria itu lagi.
Tanpa di duga Sabrina seketika memeluk pria tersebut seolah meminta perlindungan.
Pria tersebut tampak kaget melihat reaksi Sabrina yang tiba-tiba memeluknya, namun dia sendiri memahami bagaimana rasa ketakutan yang menghantui Sabrina saat ini dan membiarkan Sabrina untuk memeluknya.
“Aww.” Ucap pria tersebut saat Sabrina mengenai lengannya yang terluka.
Mendengar hal itu sontak Sabrina melepaskan pelukannya.
“Maaf karena aku kamu jadi terluka.” Ucap Sabrina khawatir melihat luka di lengan pria tersebut.
“Tidak masalah hanya luka kecil.” Ucap pria itu sambil tersenyum.
Tampak Sabrina berusaha mencari sesuatu di dalam mobilnya.
“Ini dia.” Ucap Sabrina menemukan kotak P3K.
“Boleh aku lihat ?” tanya Sabrina melihat kearah lengan pria tersebut.
“Iya.” Jawab pria tersebut menganggukkan kepalanya.
Dengan hati-hati Sabrina pun mengobati luka yang ada di lengan pria tersebut.
“Tahan sebentar ya kemungkinan agak sedikit sakit.” Ucap Sabrina kepada pria tersebut.
Pria tersebut hanya menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Sabrina.
Beberapa menit kemudian Sabrina selesai mengobati luka pria tersebut.
“Selesai.” Ucap Sabrina sambil merapikan kembali kotak P3K miliknya.
“Hujan ?” ucap Sabrina saat hujan lebat tiba-tiba saja turun.
“Iya.” Ucap pria tersebut sambil mengangguk.
“Terima kasih.” Ucap Sabrina kepada pria tersebut.
“Sama-sama aku juga mau bilang makasih karena kamu sudah mengobati luka ku.” Jawab pria tersebut.
“Aku Ardi.” Ucap pria tersebut memperkenalkan dirinya.
“Sabrina !” ucap Sabrina menyambut uluran tangan Ardi.
Kemudian Sabrina bersandar di sandaran kursi mobil sambil memegangi kedua lengannya.
“Kamu baik-baik saja ?” tanya Ardi kepada Sabrina.
“Kamu tampak sangat pucat !” ucap Ardi lagi.
Namun Sabrina hanya diam tidak menanggapi pertanyaan Ardi.
“Maaf “ ucap Ardi meminta ijin meraba kening Sabrina.
“Astaga kamu demam ?” ucap Ardi sedikit panik.
Tanpa aba-aba Ardi menghidupkan mesin mobil lalu mengemudikan mobil tersebut menuju ke perkampungan, tidak butuh waktu lama Ardi pun menghentikan mobil tersebut di depan sebuah rumah panggung yang cukup sederhana.
Hujan tak kunjung berhenti tanpa pikir panjang Ardi segera keluar dari dalam mobil lalu membuka pintu sebelah agar bisa membawa Sabrina keluar dari dalam mobil.
Ardi menggendong Sabrina yang tampak lemah tak berdaya masuk ke dalam rumah walaupun sedikit kesusahan karena salah satu lengannya juga sedang terluka.
“Sari !” teriak Ardi saat sampai di dalam rumah.
Sari yang saat itu hendak menutup jendela pun bergegas datang menghampiri.
“Iya mas ?” ucap Sari.
“Bantu aku sepertinya dia demam.” ucap Ardi kepada Sari.
“Sebentar mas Sari ambilkan obat dulu.” Ucap Sari lalu bergegas menuju ke dapur untuk membuatkan obat.
Sementara Ardi menggendong Sabrina ke dalam kamar lalu meletakkannya di atas ranjang dan menyelimutinya dengan selimut.
Diluar hujan masih sangat deras, membuat suhu di sana semakin dingin dan sejuk.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments