Ardi menatap Sabrina yang sedang terbaring lemah di atas ranjang.
“Tunggu sebentar obatnya akan segera datang.” Ucap Ardi kepada Sabrina.
“Aku ada dimana ?” tanya Sabrina dengan suara lemah.
“Kamu tenang ya kamu aman, saat ini kamu ada di rumahku.” Ucap Ardi berusaha menenangkan Sabrina.
“Mas ini obatnya.” Ucap Sari sambil menyerahkan obat untuk Sabrina kepada Ardi.
“Ini diminum dulu agar kamu bisa pulih.” Ucap Ardi sambil berusaha membantu Sabrina duduk agar lebih leluasa untuk meminum obatnya.
Sabrina pun menurut dia segera meminum obat yang di berikan oleh Ardi, usai meminum obatnya Sabrina pun membaringkan kembali tubuhnya di ranjang.
“Kamu istirahat dulu ya, panggil aku kalau kamu butuh sesuatu.” Ucap Ardi kepada Sabrina kemudian pergi melangkahkan kakinya keluar dari kamar tersebut sembari di ikuti oleh Sari yang mempunyai banyak pertanyaan di benaknya.
“Ayah ibu belum pulang ?” tanya Ardi kepada Sari.
“Belum mas.” Jawab Sari.
“Mas wanitaitu siapa ? pacar mas Ardi ?” tanya Sari tiba-tiba karena dia merasa penasaran.
“Bukan !” ucap Ardi singkat.
“Alah Sari tidak percaya !" ucap Sari mengibaskan tangannya.
"Sari yakin dia pasti pacar mas Ardikan ?” tanya Sari lagi sedikit memaksa agar Ardi memberikan jawaban yang membuat penasarannya hilang.
Namun Ardi memilih diam daripada memberikan jawaban yang Sari inginkan.
“Loh itu tangan mas kenapa ?” tanya Sari lagi saat melihat lengan Ardi yang di plester.
“Oh ini bukan apa-apa !” jawab Ardi menatap lengannya yang di perban.
“Tapi itu…?” tanya Sari lagi merasa khawatir dia yakin ada sesuatu yang telah terjadi pada Ardi.
“Udah ah nggak usah bawel mas mau bersih-bersih dulu.” Ucap Ardi lagi sambil
meninggalkan Sari dengan seribu tanda tanya di kepalanya.
….
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam, orang tua Ardi belum kunjung pulang sedangkan Sari sudah kembali kerumahnya yang berada tepat di sebelah rumah Ardi.
Ardi melangkahkan kakinya pelan menuju kearah kamar dimana Sabrina berada, perlahan Ardi membuka pintu kamar tersebut dan melangkahkan kakinya menuju kearah ranjang.
Pelan-pelan Ardi duduk di pinggir ranjang lalu meraba kening Sabrina untuk memeriksa
demamnya apakah sudah turun.
“Syukurlah panasnya sudah turun.” Ucap Ardi menarik kembali tangannya.
Kemudian Ardi berniat hendak keluar dari kamar agar Sabrina bisa beristirahat.
“Mama jangan pergi ma, tidak... tidak... jangan pergi ma…” ucap Sabrina menggigau.
Ardi yang merasa tidak tega melihat hal tersebut membangunkan Sabrina dengan cara menepuk pelan bahu Sabrina.
Tiba-tiba saja Sabrina memegang erat tangan Ardi.
“Jangan pergi ma.” Ucap Sabrina masih menggigau memegang erat tangan Ardi.
Ardi pun tampak kaget melihat hal tersebut, namun dia tidak tega untuk melepaskan
tangannya yang di pegang erat oleh Sabrina, karena setelah Sabrina memegangi
tangannya dia pun terlihat tenang dan berhenti menggigau.
Semakin larut Ardi merasakan kantuk yang sangat dalam namun Sabrina masih dengan erat memegang tangannya, tanpa di sadari Ardi pun merebahkan tubuhnya di samping
Sabrina lalu terlelap menuju ke alam mimpi.
….
Tepat pukul setengah enam pagi sebuah mobil pick up berhenti di depan rumah.
“Mobil siapa yah ?” tanya wanita paruh baya kepada sang suami.
“Mana ayah tau bu.” Jawab sang suami.
Kemudian sang istri buru-buru berjalan menaiki anak tangga rumah tersebut, sesampainya di dalam rumah sang istri buru-buru masuk ke dalam kamar Ardi untuk memeriksa apakah sang anak ada di sana.
Namun yang di cari tidak ada di kamarnya, kemudian wanita tersebut berjalan kearah kamar tamu kamar yang biasanya di tempati oleh kerabat yang datang untuk menginap
karena dia merasa penasaran kenapa ada mobil yang parkir di depan rumah.
Duarrr… seketika wanita tersebut syok melihat sang anak tengah tidur dengan seorang gadis yang tidak di kenal.
“Ardi !” teriak wanita tersebut sambil menarik selimut yang menutupi tubuh mereka.
Keduanya pun menggeliatkan tubuhnya karena merasa ada yang menarik selimutnya.
“Apa-apaan ini ?” tanya wanita paruh baya tersebut marah.
“Ibu ?” ucap Ardi mengucek matanya agar bisa terbuka.
Sabrina yang tidur di samping pun ikut terbangun karena teriakan wanita paruh baya
tersebut.
Keduanya tampak kaget saat menyadari jika mereka tidur dalam satu ranjang.
“Ibu ini sama sekali tidak seperti yang ibu pikirkan.” Ucap Ardi buru-buru menjelaskan.
Sabrina yang berada di samping tampak ketakutan.
“Ada apa ini teriak-teriak ?” tanya sang suami yang baru saja masuk ke dalam kamar
tersebut.
“Ini kamu lihat kelakuan anakmu !” ucap sang istri semakin emosi.
Pria paruh baya tersebut melongo tidak percaya melihat sang anak satu ranjang dengan seorang gadis yang tidak di kenal.
Ya sepasang suami istri tersebut merupakan orang tua kandung Ardi yang bernama pak Agus dan bu Siti.
“Ayah aku bisa jelaskan !” ucap Ardi kepada sang ayah.
“Menjelaskan apa ha ?” tanya sang ibu lagi.
“Mas Ardi ?” ucap Sari yang baru saja muncul di depan pintu.
Di depan pintu kamar tersebut juga muncul mbok Ya dan juga bibi farida ibu kandung Sari
yaitu bibi dari Ardi.
Sari, bibi Farida serta mbok Ya melongo melihat keadaan tersebut.
“Bu sudah bu kita bisa bicarakan baik-baik, tidak enak di dengar tetangga.” Ucap pak Agus kepada sang istri.
“Ardi Ayah tunggu di luar.” Ucap sang Ayah sambil berusaha mengajak sang istri keluar dari kamar.
“Kamu juga keluar.” Ucap pak Agus kepada Sari.
“Iya paman.” Ucap Sari patuh.
Sari dan bibi Farida serta mbok Ya pun ikut pergi dari sana meninggalkan Ardi dan juga
Sabrina di sana.
Sepeninggal semua orang Sabrina meminta penjelasan kepada Ardi.
“Kamu ?” ucap Sabrina berusaha menahan amarahnya.
“Tidak ada yang terjadi di antara kita.” Ucap Ardi buru-buru menjelaskan agar Sabrina tidak salah paham.
“Tidak ada apanya ? jelas-jelas kamu ada di sini, dasar jahat cabul.” Ucap Sabrina marah
kemudian air mata nya jatuh membasahi pipinya.
“Aku tidak melakukan apapun padamu.” Ucap Ardi lagi.
Sabrina masih menangis sesegukan meratapi nasibnya.
“Ardi !” panggil sang ayah dari luar.
Kemudian Ardi mengajak Sabrina keluar dari kamar untuk menemui kedua orang tuanya.
“Duduk !” perintah sang ayah kepada keduanya.
Ardi dan Sabrina pun duduk di depan pak Agus dan bu Siti.
“Apa kalian tidak berpikir lebih dulu sebelum berbuat ha ?” tanya pak Agus kepada mereka
berdua.
“Ayah kami tidak melakukan apapun !” ucap Ardi berusaha menjelaskan.
“Ayah tidak mau tahu kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang kamu perbuat !” ucap sang ayah tegas.
“Tapi yah !” ucap Ardi lagi.
“Kalian harus menikah ! ayah tidak mau orang-orang bergosip tentang keluarga kita
nantinya !” ucap sang Ayah lagi.
“Kamu tidak harus menikahi ku.” Ucap Sabrina kepada Ardi.
“Om kita berdua tidak harus menikah ! itu tidak perlu .” ucap Sabrina kepada pak Agus
dengan wajah yang sangat cemas.
“Iya yah ! kita tidak harus menikah.” Ucap Ardi lagi berharap sang Ayah mengerti jika tidak ada yang terjadi di antara mereka.
“Ayah sudah mengambil keputusan kalian harus menikah! Ayah tidak mau nama baik keluarga ini tercoreng kembali karena kejadian ini !” ucap Pak Agus lagi.
“Ibu tidak setuju !” ucap bu Siti yang tiba-tiba saja ikut buka suara karena sedari tadi dia hanya diam mendengarkan.
“Ibu tidak setuju jika mereka harus menikah ! ibu tidak ingin Ardi menikah dengan wanita
yang tidak jelas dan ibu ingin Ardi menikah dengan wanita baik-baik.” Ucap bu Siti lagi.
Sabrina menatap tajam kearah bu Siti karena dia merasa sangat di rendahkan oleh ucapan bu Siti yang membuat hatinya sakit.
“Apa ?” ucap bu Siti menantang tatapan Sabrina.
“Tidak terima ! cih wanita mana yang mau tidur dengan pria sebelum menikah jika bukan wanita tidak baik.” Ucap bu Siti lagi.
Dia merasa tidak setuju dengan keputusan yang diambil oleh sang suami.
“Bu !” ucap pak Agus menghentikan ucapan sang istri.
Bu siti pun diam namun dari raut wajahnya terlihat jelas bahwa dia masih kesal dan tidak terima dengan keputusan sang suami.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments