Seketika dua orang wanita tersebut melihat kearah Ardi dan juga Sabrina.
“Mas Ardi ?” ucap wanita.
Ardi tersenyum ramah menyapa dua orang wanita tersebut.
“Calon istri mas Ardi cantik ya ?” ucap mereka berbisik namun hal tersebut masih bisa di dengar oleh Sabrina Ardi dan juga Sari.
Sabrina hanya tersenyum melihat hal tersebut.
“Iya Namanya Sabrina !” ucap Sari memperkenalkan Sabrina kepada kedua orang tersebut.
“Oh Sabrina.” Ucap kedua wanita tersebut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Sabrina pun tersenyum mengangguk kepada kedua wanita tersebut.
“Ya sudah kalau begitu kami permisi dulu.” Ucap dua orang wanita tersebut.
Ardi pun menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan dua orang wanita tersebut.
Setelah dua orang wanita tersebut berlalu Ardi pun menaiki anak tangga menuju ke dalam rumah.
Sari pun mengajak Sabrina untuk masuk ke dalam rumah mengikuti Ardi, sesampainya mereka di dalam rumah Ardi telah duduk lebih dulu di meja makan sambil menunggu mbok Ya menyiapkan makanan, mbok Ya adalah wanita paruh baya yang membantu mengurus kediaman orang tua Ardi beliau adalah seorang gadis yang selama hidupnya belum pernah menikah.
Sari pun mengajak Sabrina ikut duduk di meja makan untuk sarapan tidak berselang lama orang tua Ardi pun ikut bergabung dengan mereka setelah semua makanan dihidangkan oleh mbok Ya.
Saat semua orang telah mulai menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh mbok Ya, Sabrina masih fokus menatap hidangan yang ada di atas meja makan tersebut.
“Ayo mbak makan ! masakan mbok Ya juara enaknya.” Ucap Sari mengacungkan jempolnya dengan semangat.
“Iya dimakan !” ucap pak Agus kepada Sabrina.
Sabrina tersenyum canggung ke arah pak Agus dan juga Sari.
Sementara bu Siti menatap Sabrina dengan pandangan tidak suka.
“Kamu tidak sarapan ?” tanya Ardi kepada Sabrina.
“Tidak ada roti ? aku tidak suka itu !” ucap Sabrina kepada Ardi sambil menunjuk sebuah piring yang berisi makhluk melingkar yang sudah di goreng.
“Belut ?” tanya Ardi.
Sabrina menggelengkan kepalanya.
“Ini enak… kamu cobain deh !” ucap Ardi mengambil seekor belut yang tidak terlalu besar lalu hendak menaruhnya di atas piring yang ada di depan Sabrina.
“Jangan…!” ucap Sabrina buru-buru agar Ardi tidak meletakkan belut tersebut di depannya.
Ardi pun mengurungkan niatnya dia pun meletakkan kembali belut yang hendak dia ambil tadi di tempat semula.
“Ayah lihat kelakuan orang kota selain pemilih juga banyak maunya !” ucap Bu Siti kepada suaminya menyindir Sabrina terang-terangan.
Pak Agus mengabaikan ucapan sang istri hal tersebut membuat sang istri semakin kesal.
“Kamu ingin sarapan dengan apa ?” tanya Ardi.
“Yang jelas kalau kamu menginginkan roti tidak akan ada di sini !” ucap Ardi lagi.
“Kalau begitu aku mau di buatkan telur ceplok saja!” ucap Sabrina di depan semua orang.
“Telur ceplok ?” tanya Ardi memastikan.
“Iya telur ceplok !” ucap Sabrina menganggukkan kepalanya.
“Ya sudah!” ucap Ardi menghentikan sarapannya lalu berdiri hendak membuatkan telur ceplok untuk Sabrina.
“Kalian romantis sekali.” Ucap Sari tersenyum melihat Ardi yang memanjakan Sabrina.
Sari pun buru-buru melanjutkan sarapannya karena tatapan tajam bu Siti yang mengarah padanya.
“Apa dia tidak punya tangan ? jika hanya memasak telur ceplok saja menyusahkan anakku !” ucap bu Siti menyindir.
“Sudah lah biarkan saja mereka.” Ucap pak Agus yang tidak ingin ada keributan.
Ardi pun menuju ke dapur di ikuti oleh Sabrina dari belakang.
“Mas Ardi butuh sesuatu ?” tanya mbok Ya saat melihat Ardi tiba di dapur.
“Tidak mbok, aku hanya ingin membuat telur ceplok saja !” ucap Ardi menanggapi pertanyaan mbok Ya.
“Biarkan mbok yang membuatnya mas !” ucap mbok Ya menawarkan diri.
“Tidak usah mbok biar aku saja… mbok lanjut saja !” ucap Ardi kepada mbok Ya.
Mbok Ya pun menganggukkan kepalanya menanggapi ucapan Ardi, Sabrina pun ikut berjongkok menyamakan posisinya dengan Ardi karena di rumah tersebut masih menggunakan tungku kayu, bukannya mereka tidak mempunyai kompor gas hanya saja mereka menggunakan kompor gas tersebut sesekali di saat kayu bakar di dapur habis.
“Duduk di sini saja mbak ! di sana kotor.” Ucap mbok Ya kepada Sabrina.
“Tidak apa-apa mbok saya di sini saja.” Ucap Sarina tersenyum.
“Calon istri mas Ardi cantik ya.” Puji mbok Ya.
Sabrina pun tercekat mendengar ucapan mbok Ya kalau di bilang cantik dia tidak terlalu menghiraukan karena dia sendiri juga merasa dirinya cantik, yang membuat dia tercekat saat mbok Ya mengatakan bahwa dia adalah calon istri Ardi ternyata kabar berita dengan cepat menyebar.
Sementara itu Ardi membuat senyum yang hampir tidak terlihat mendengar ucapan mbok Ya, lalu dia buru-buru memecahkan telur lalu memasukkannya ke dalam wajan yang sudah berisi minyak panas.
“Kamu bisa masak ?” tanya Sabrina kepada Ardi.
Ardi tidak menjawab ucapan Sabrina dia terlalu fokus menggoreng telur ceplok permintaan Sabrina.
“Wah mbak sangat beruntung jika mas Ardi menjadi suaminya, mas Ardi ini sangat ahli dalam hal memasak… makanan yang dimasak mas Ardi tidak pernah gagal.” Ucap mbok Ya memuji keahlian Ardi.
“Beneran mbok ? Ardi pandai masak ?” tanya Sabrina penasaran.
“Iya mbak ! malahan masakan mbok saja kalah dengan masakan mas Ardi.” Ucap mbok Ya bercerita dengan semangat.
Sabrina tersenyum menanggapi ucapan mbok Ya.
“Selesai… nih !” ucap Ardi sambil menyerahkan piring yang berisi telur ceplok yang sudah matang kepada Sabrina.
Ardi pun berjalan keluar dari dapur menuju meja makan di ikuti oleh Sabrina, sebelum meninggalkan dapur tidak lupa Sabrina mengucapkan terima kasih lebih dulu kepada mbok Ya.
Sesampainya di meja makan kedua orang tua Ardi sudah tidak ada di sana, hanya tinggal Sari seorang yang masih sibuk menikmati sarapan paginya.
“Mas kemarin jadi ketemu Ara ?” tanya Sari kepada Ardi.
“Jadi.” Ucap Ardi sambil melanjutkan sarapannya yang tertunda.
“Bagaimana keadaannya ?” tanya Sari lagi.
“Dia baik-baik saja, makin pintar.” Ucap Ardi.
Sementara Sabrina sibuk menikmati telur ceploknya dan mengabaikan percakapan Ardi dengan Sari.
“Oh iya mas tadi paman bilang mas sama mbak diminta untuk menyiapkan berkas-berkas data diri.” Ucap Sari menyampaikan pesan sang paman.
“Untuk apa ?” tanya Sabrina merasa aneh.
“Menikah !” ucap Sari menjelaskan.
“Ha ?” ucap Ardi dan Sabrina bersamaan.
“Iya kalian akan menikah.” Ucap Sari lagi.
Jantung Sabrina berdetak lebih cepat usai mendengar ucapan Sari barusan.
“Bagaimana ini ? apa iya aku akan menikah dengan cara ini ? pernikahan impianku ? tidak ini tidak boleh terjadi, tidak boleh ! pilihan terbaik saat ini adalah kabur dari sini secepatnya.” Ucap Sabrina dalam hati.
Sementara itu Ardi terdiam seperti tengah memikirkan sesuatu di benaknya.
“Kenapa mbak ?” tanya Sari kepada Sabrina saat melihat dia menggelengkan kepalanya.
“Eh ?” ucap Sabrina menatap Sari.
“Ada apa ?” tanya Sari lagi.
“Bukan apa-apa !” ucap Sabrina buru-buru klarifikasi.
Sari mengerutkan keningnya heran melihat tingkah aneh Sabrina.
Bersambung….
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments