Tak Semanis Madu

Tak Semanis Madu

01. Apa Kata Ayah

Matahari mulai terbit. Suasana pagi yang begitu cerah. Terlihat hamparan sawah-sawah dan gunung menjulang tinggi. Terdengar suara burung bersahutan.

Keadaan desa yang masih sangat Ashri. Tidak, tersentuh oleh polusi, dan limbah pabrik sedikitpun. Desa yang terletak di curah takir, kabupaten jember itu, mempunyai daya tarik pemandangan alam yang sangat indah. Hutan yang masih segar, dan gunung yang menjulang tinggi.

Aulya, gadis cantik berusia 20 tahun. Setelah tamat SMA, Dia, tidak melanjutkan kuliah. Karena, bagi ayahnya, Bapak ahmad, kuliah itu tidak harus. Yang lebih penting baginya, menuruti permintaan saudara kandung Ibunya, yang ingin menjodohkan dengan anaknya.

Aulya gadis penurut. Dia, selalu menuruti apa kata Pak Ahmad. Sifatnya yang baik hati, tidak banyak tingkah, sopan santun, dan lemah lembut. membuat banyak anak pemuda yang ingin menjadikan istri. Tapi, Ayahnya, Bapak Ahmad, hanya ingin menjodohkan anaknya dengan putra kakak kandung almarhum istrinya, Bapak fakhri.

Bapak Fakhri dan ibu irma mempunyai satu orang anak laki-laki saja, yang bernama Muhammad Zaen, yang akrab disapa Zaen. Dan istrinya bernama Ibu Irma. Zaen yang saat ini bekerja sebagai seorang manager di sebuah hotel ternama yang bertugas di Bali.

Perjodohan itu terjadi karena keinginan sang Ibunya. Saat Aulya masih umur 2 tahun, sebelum wafat.

Zaen, anak yang penurut, rajin beribadah, dan selalu patuh dengan apa yang Ibu Irma inginkan. Meskipun keluarganya kaya raya, Bapak Fakhri tidak pernah membatasi keinginan anaknya menjadi Manager, bekerja di tempat lain akan membuat Zaen lebih dewasa dan tidak tergantung pada orang tuanya. Membiarkan cita-cita sang anak tercapai, kecuali soal jodoh, Ibu Irma dan Bapak Fakhri yang akan menentukannya. Bagi mereka Zaen adalah anak satu-satunya yang harus benar-benar di perhatikan soal pasangannya. Dan yang bisa di ajak tinggal bersamanya setelah menikah. Meski sebenarnya Bapak Fakhri punya putri dari wanita lain, yang saat ini putrinya berada di luar negeri, Autralia. Ibu Irma juga sudah mengetahui itu, dan memaafkan suaminya, dengan syarat anak dari wanita lain itu harus jauh darinya.

pagi itu, di kediaman Aulya. Bapak Ahmad menghampiri putrinya, yang sedang sibuk mengurus bunga di taman depan rumahnya.

"Nak, besok bapak mau ke kesurabaya, kamu harus siapkan beberapa baju, karena kita akan bermalam disana." Ujar sang ayah.

"Ada acara apa Yah, bukankah paman Fakhri tidak punya hajatan. Lagian ayah sudah sakit-sakitan, Aulya tidak mau ayah kenapa-napa kalau sering melakukan perjalanan jauh." Jawab Aulya, yang sangat khawatir terhadap kesehatan ayahnya.

"Pamanmu mengundang kita, untuk membicarakan rencana pernikahan kamu dan Nak Zaen. Apalagi ayah juga khawatir, kesehatan ayah sudah tidak seperti dulu lagi. jadi, ayah ingin cepat-cepat kamu menikah." Jelas sang Ayah

"Yah. Apakah, tidak terlalu cepat? Aulya belum pernah bertemu dengan Kak Zaen, hanya bertemu sewaktu kecil dulu, kurang lebih 10 tahun yang lalu. Aulya rasa, perlu di tanyakan lagi ke Kak Zaen. Apakah setuju, atau tidak." Ujar Aulya dengan wajah kecewa. Bukan menolak, tapi takut ada hal kurang baik yang akan membuat kecewa kedua belah pihak.

"Nak, ini keinginan Ibumu, dan pamanmu, jadi Ayah hanya menurut keinginan almarhum ibumu saja, apapun demi ketenangan ibumu di alam sana, ayah akan lakukan. Apalagi itu pesan terakhir yang selalu di sebut-sebut oleh ibumu.”

"Ayah pernah bertemu Kak Zaen kan?"

"Iya, Pernah. waktu ada acara syukuran kelulusan Zaen. Mereka sudah membahas ini sebelumnya. Meski ayah belum tahu pasti Zaen mau atau tidak. Yang pasti mereka hanya mau kamu yang menjadikan menantunya." Jelas sang ayah detail

"Yo wes, Aulya manut ayah." Jawabnya pasrah

"Maafkan ayah ya Nak, semua keingan kamu untuk bekerja dan memilih kehidupan sendiri, akhirnya kandas. Karena perjodohan ini, kamu harus ikhlas dan harus memilih manut ayah." seru dalam hati Pak Ahmad.

Aulya segera masuk kedalam kamarnya, setelah membereskan coro dan gunting yang berseretakan di halaman.

"Ya Allah, mudahkanlah jalan yang akan kami tempuh. Jika memang ini yang terbaik, jadikanlah semua baik-baii saja. Iklaskan hamba Ya Allah, dalam menjalani perjodohan ini, karena hamba yakin, Kak Zaen akan menolaknya." Seru dalam hati Aulya, masih merasa bimbang dan takut ada hal buruk terjadi. Apalagi saat ini Aulya tidak ingin meninggalkan ayahnya. Tapi melihat keinginan dan pesan terakhir Ibu Nafisah, ibu Aulya, membuat Aulya sedih dan tidak ingin mengecewakan atau menyakiti ayahnya.

Disisi lain, Zaen baru saja selesai sholat isyak. Zaen memang anak tunggal, tapi kepribadiannya tidak mempunyai sifat manja, dan sombong. Ibadahnya tidak pernah dia tinggal kan, meski hidupnya dikelilingi orang-orang yang suka foya-foya dan terbiasa dengan kehidupan malam, seperti ke Bar atau tempat-tempat hiburan. Tiba-tiba saja Handponenya berdering.

"Assalamualaikum Ma," sapa Zaen lembut.

"Waalaikumsalam, Nak. Kamu sudah sholat?"

"Sudah Ma. Kabar Mama, sama Papa gimana?"

"Alhamdulillah sehat, Zaen kapan pulang?" Tanya Ibu Irma, kepada putra kesayangannya.

"Belum tahu Ma," jawab zaen.

"Tapi, Mama mau kamu besok pulang. Ada hal penting yang ingin Papa sampaikan." Ujar ibu Irma.

"Zaen coba lihat jadwal besok ya Ma, kalau bisa di tinggal, Zaen pasti pulang." Jawab Zaen.

"Iya sayang, Mama tunggu kabar baiknya." Ibu Irma sepertinya menginginkan Zaen benar-benar datang, dan ada saat Aulya datang.

Ada wajah sedih di raut wajah Zaen. Dia seperti lesu tidak punya gairah sama sekali. Sepertinya ada yang sedang dia pikirkan. di sentuh lagi layar handponenya, setelah mengirim panggilan untuk seseorang, tak lama terdengar sapaan dari sebrang sana.

"Tolong lihat jadwalku besok, kalau bisa kamu tangani, aku tinggal pulang ke surabaya." Ujar Zaen.

"Baik pak. Tapi sepertinya besok tidak ada jadwal meting atau tamu penting untuk anda." Ujar sekertaris Zaen dari sebrang sana.

"Oke, terimaksih Fadli, tapi kamu harus cek lagi, karena aku tidak mau ada jadwal pertemuan yang terlewatkan." Ujar Zaen.

"Pak Zaen, tenang saja. Saya akan atur semua jika memang ada." Jawab Fadli, sekertaris Zaen.

Setelah selesai menelpon, Zaen langsung membereskan meja kerjanya, lalu mengambil beberapa baju untuk di bawa pulang ke surabaya.

Bunyi pesan whatshap terdengar nyaring, segera Zaen buka dan membacanya. Ada wajah tegang saat membaca pesan tersebut. Segera Zaen bangkit dari duduknya, mengambil kunci mobilnya lalu pergi. Sepertinya ada hal penting yang harus dia kerjakan. Atau ada seseorang yang sedang menunggunya. Sehingga raut wajah Zaen terlihat cemas.

Membawa mobil dengan kecepatan tinggi. Tanpa menoleh takut ada hal buruk terjadi, dan terlihat serius sekali dalam mengemudi.

Tak lama kemudian, mobil Zaen berhenti di depan sebuah kos elit. Dia segera turun dan masuk ke dalam kamar kos yang ada di lantai 2 itu.

Seorang wanita cantik, dengan rambut terurai, membuat Zaen tidak bisa berkutik.

"Sayang,"

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

hadir ka.... menarik ceritanya. Pasti itu kekasih Zein yaa...

2023-08-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!