02. Perjodohan Zaen dan Aulya

Sera, bersemangat melihat kehadiran Zaen. Dia langsung menghampiri Zaen. Ternyata Sera sudah sejak pagi menunggu Zaen.

"Sayang, apakah besok tetap mau pulang?"

"Iya. Karena, Mama, dan Papa menungguku."

Jawab Zaen, sambil memeluk Sera dari belakang. Mencium aroma wangi rambut Sera, dan merasakan sensasi yang menggairahkan.

"Lalu. Aku akan di tinggal sendirian?."

"Kamu boleh ikut." Jawab Zaen pelan.

Tapi, itu tidak mungkin. Karena Sera tidak mau orang tua Zaen tahu. Dan, akhirnya harus berhenti kerja. Karena di tempatnya dia bekerja, di sebuah restauran ternama itu melarang karyawannya menikah. Jika ingin menikah harus berhenti terlebih dahulu. Sedangkan pekerjaannya itu sudah di tekuni selama kurang lebih 2 tahun.

"Aku akan menunggu kamu. Berjanjilah, untuk cepat kembali."

Ujar Sera manja.

"Insyaallah. Secepatnya aku akan kembali."

Sera memeluk Zaen berbalik arah, merasa takut kehilangan. Tapi, itu kesalahan Sera sendiri, hanya bisa berharap. Orang tuanya, kelak akan menerima Sera.

Sera adalah wanita pertama yang membuat Zaen jatuh cinta. Cantik, pintar, dan mampu menaklukkan hati Zaen. Kali ini akan ada orang yang menentang perjodohan Zaen dan Aulya, dia adalah Sera.

Jam menunjukkan pukul 10.00, Zaen sudah sampai di Surabaya bandara Juanda. Memesan taxi Online, tanpa menunggu lama taxi sudah datang. Setelah sampai, Zaen buru-buru masuk kedalam, pintu terbuka, tanpa mengetuknya, Zaen langsung masuk.

Bruuk....

"Auuuw. " Aulya mengadu kesakitan, karena terbentur pintu.

"Eh, maaf-maaf, Kamu tidak apa-apa?" Ucap seorang laki-laki, yang tak lain adalah Zaen.

"Tidak apa-apa." Jawab Aulya sambil mengelus lengannya. Dan sedikit meringis kesakitan.

"Benar kamu tidak apa-apa? Aku lihat kamu kesakitan." Pertanyaan Zaen, membuat Aulya menatap Zaen.

"Saya tidak apa-apa, hanya ngilu saja. Nanti juga baik-baik saja." Ujar Aulya lirih, dan belum tahu siapa laki-laki yang sudah menabraknya.

"Kamu siapa," tanya laki-laki tampan yang berdiri tegap, gagah, di hadapan Aulya.

"Aulya," jawab Aulya pelan.

"Putrinya paman ahmad, Nak." Jawab Ibu Irma. Yang tiba-tiba datang menghampiri Aulya dan Zaen." Kalian kayak bukan saudara aja." Ujar ibu Irma lagi.

"Mama, Assalamualaikum." Zaen langsung bersalaman dengan Ibu irma. Mencium pipi Ibunya.

"Waalaikumsalam."

"Ada paman disini Ma? Saya sampai lupa, karena dulu masih kecil yang sering ketemu Aulya."

"Sudah ayo masuk dulu, kita bicarakan di dalam. Oh iya, Aulya, buatkan kopi, dan siap kan makan malam ya Nak."

"Iya, Tante." Aulya langsung pamit pergi.

Zaen, dan Ibu Irma, langsung menuju ruang keluarga, Zaen tersenyum melihat papanya, menghampiri dan langsung memeluknya. Kemudian menyalami Bapak Ahmad.

"Paman, kapan datang?"

"Tadi pagi. Bagaimana, kabar kamu Nak?"

"Alhamdulillah sehat Paman?"

Aulya datang membawa kopi untuk Zaen.

"Terimakasih." Ucap Zaen

"Iya Mas." Jawab Aulya.

"Sudah ingat sama Aulya?" Tanya Ibu Irma.

"Iya Ma. Dulu masih sangat kecil." Ujar Zaen, yang sudah lupa.

"Nak, Aulya. Kamu siapkan makan dulu. Kita akan makan bersama nanti.

Aulya hanya mengangguk, dan tersenyum ramah. Setelah itu kembali ke dapur. Semua sudah di siapkan oleh Aulya dan Bik Siti,

Diruang keluarga Zaen dan yang lain berbincang-bincang asyik. Bicara banyak, tapi bukan masalah perjodohan itu.

Semua sudah ditata rapi di meja. Kemudian Aulya memanggil Ibu irma dan yang lain. akhirnya mereka langsung makan bersama.

Zaen makan dengan lahap sekali, membuat ibu Irma tersenyum melihat putranya. Karena tidak biasanya makan sampai-sampai nambah nasi.

"Mmmm, masakannya bik Siti enak ya Ma.?" Puji Zaen.

"Itu masakan Aulya, Nak."

jawab Ibu Irma.

"Wah masakannya enak, kayak cheff ternama saja. Kamu patuh di ajungin jempol." Ucap Zaen, yang membuat hati Aulya berbunga-bunga.

"Terimakasih Mas, syukurlah kalau Mas Zaen suka."

Entah kapan Aulya mulai kagun dengan Zaen, Mungkinkah sejak dulu. Atau, beberapa menit yang lalu. Karena, Aulya tidak pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya.

Setelah makan, mereka duduk kembali. Dan, bercerita banyak hal, karena sudah malam akhirnya mereka semua masuk kekamar masing masing.

Handpone Zaen berbunyi. Ada panggilan Video Call, dari Sela, dengan senang hati Zaen menerimanya.

"Assalamualaikum Sayang." Sapa Zaen

"Waalaikumsalam, kok belum tidur?"

"Rindu sama kamu" Jawab Sela manja.

"Baru tadi pagi aku tinggal pulang, sudah bilang rindu." Ledek Zaen dengan suara lembutnya.

"Apakah kamu, tidak merindukan aku?" Tanya Sela.

"Pastinya aku merindukan kamu sayang." Jawab Zaen.

"Cepat kembali ya, jangan buat aku menunggumu sendirian."

"Secepatnya aku kembali."

Disisi lain, Aulya tidak dapat tertidur pulas, wajah Zaen sudah membuat Aulya, terus memikirkannya.

Aulya berdiri di balkon kamarnya, menatap purnama yang bersinar terang. Tersenyum. Bersyukur, karena bertemu laki-laki yang mampu membuat hatinya jatuh cinta. Meski sebenarnya Aulya tahu, Zaen belum tentu mencintainya.

Hembusan angin sangat kencang. Tanpa sengaja, mata Aulya tertuju pada sosok, laki-laki yang sudah mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Yang saat itu, Zaen juga berdiri di balkon kamarnya. Yang bersebelahan dengan kamar Aulya

"Ya Allah. jika dia jodohku, maka mudahkan lah, jika bukan jodohku maka jauhkan lah."Guman Aulya

yang kemudian masuk kedalam kamarnya.

Merebahkan tubuhnya. Berharap pertemuan besok akan berjalan lancar dan menyetujui perjodohan itu.

Keesokan harinya. Selesai sholat Shubuh. Aulya langsung membantu Bik Siti menyiapkan sarapan pagi. Dengan cekatan, Aulya mengerjakan semua itu. Bik Siti kagum dengan Aulya yang pintar masak.

Setelah selesai memasak, dan menyipakan semuanya. Aulya memanggil, Ibu Irma dan Bapak Fakhri yang sudah duduk diteras samping bersama Bapak Ahmad

"Tante. Sarapan sudah siap."

"Kamu memang calon menantu idaman. Jam segini semua sudah selesai. Tolong bangunin Mas Zaen nya. Biasanya setelah sholat Shubuh dia tidur lagi."

"Baik Tante."

Aulya segera menuju kekamar Zean. Sesampainya di depan kamar Zaen, Aulya mengetuk pintunya.

Tok tok tok tok tok

Pintu terbuka, Zaen tersenyum dengan senyuman terindahnya, membuat jantung Arumi berdetak kencang.

"Ada apa?"

"Di panggil Tante. Mereka sudah menunggu Mas Zaen di ruang makan." Jawab Aulya sopan.

"Saya kesana." Jawab Zaen singkat.

Aulya pergi terlebih dahulu, disusul Zaen. Semua sudah berkumpul di ruang makan, kemudia mereka sarapan pagi bersama.

"Bubur ayamnya Bik Siti mantap. Dibali sering beli tapi tidak se enak ini." Ujar Zaen sambil mengunyah makanannya.

"Aulya yang buat sayang." Ujar Ibu Irma tersenyum.

"Kamu sekolah jurusan tata boga, karena semua masakan kamu enak. Pasti suaminya nanti senang, punya istri pintar memasak." Ujar Zaen yang membuat Aulya tersenyum senang.

"Terimakasih Mas."

"Selesai makan. Papa, tunggu kamu di ruang keluarga. Ada yang ingin Mama, dan Papa bicarakan."

"Iya Pa, tar lagi Zaen kesana."

Bapak Fakhri terlebih dulu ke ruang keluarga bersama Bapak Ahmad. Setelah itu Ibu Irma dan Zean menuju ruang keluarga.

sedangkan Aulya membersihkan meja makan di bantu bik Siti. Aulya sengaja tidak ikut ke ruang keluarga karena merasa malu dengan Zaen.

"Nak. Ada yang mau Papa sampaikan."

"Perihal apa Pa?" Tanya Zaen sopan, Ibu Irma tetap diam, karena yang punya kekuasaan untuk berbicara adalah Bapak Fakhri, sebagai kepala keluarga.

"Papa. mau menjodohkan kamu dengan Aulya, sesuai keinginan Papa dan Almarhum ibu Aulya, bibikmu sendiri."

Terpopuler

Comments

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Kasihan Aulya mau dijodohkan sama Zaen yang sudah memiliki kekasih...

2023-08-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!