Bagai disiang bolong, terasa di sambar petir, Zaen mengatur nafasnya, yang seperti orang sesak saja.
"Tapi Pa?" Belum selesai Zaen bicara, Bapak Fakhri sudah memotong pembicaraan Zaen.
"Tidak ada tapi-tapian, Papa sudah memutuskan. Papa, ingin secepatnya. Karena bulan agustus ini Papa banyak sekali urusan di luar negeri. Jadi, Papa mau di bulan juli ini semua sudah selesai."
Bapak Fakhri tidak lagi menghiraukan apa yang akan di bicarakan Zaen. Bapak Fakhri langsung menentukan semuanya.
Zaen diam seperti patung, seakan tidak ada pembelaan lagi.
"Mas Fakhri, Apa tidak sebaiknya memberi pilihan dulu kepada Nak Zaen. Setuju tidak, menikahi Aulya. Mereka harus sama-sama kenal satu sama lain dulu." Ujar Bapak Ahmad yang merasa kasihan melihat Zaen yang tampak murung.
"Zaen harus tahu. Papa dan Mamanya juga di jodohkan, tapi coba lihat. Kita bahagia."
"Sudahlah jangan khawatir, Zaen setuju kok. Lagian tidak ada orang tua yang mau menjerumuskan anaknya." Ujar Ibu Irma, sambil mengelus pundak Zaen.
"Ma, Pa, oke, Zaen setuju. Tapi, tidak perlu rame-rame dan jangan sampai teman-temanku tahu. Cukup, keluarga dan teman-teman Mama saja." Jawab Zaen, sambil menarik nafas dalam-dalam.
"Nah gitu, Papa sama Mama sayang sama kamu, apa yang direncanakan semua demi masa depanmu. 30 hari semua akan berlangsung meriah." Ujar Bapak Fakhri tersenyum bahagian.
Zaen tidak banyak bicara. Karena, tanpa di sadari Zaen sudah menghianati kekasihnya, Sela.
"Besok kita ke butik, teman Mama, kita fiting baju disana." ujar ibu Irma bersemangat.
"Iya Ma, kalau begitu Zaen permisi dulu."
Zaen pergi meninggalkan ruang tamu, menuju lantai kekamarnya, di lantai dua. Zaen merebahkan tubuhnya, memikirkan semua pembicaraan kedua orang tuanya dan perjodohan itu. Zaen bingung, dia ingin menolak. Tapi, kondisi kesehatan Ibu Irma sedang tidak baik-baik saja.
Tiba-tiba handponenya berdering. Ternyata Sela sedang melakukan video call. Zaen bingung yang ingin memulai berbicara. Tetapi kesalahan terbesar Zaen tidak terus terang hubungannya dengan Sela.
"Hallo sayang," Sapa Zaen mencoba tenang.
"Aku kangen, membuat aku tidak sabar menyapa kamu."
"Udah makan?"
"Sudah sayang." Jawab sela
"Mungkin besok seharian aku gak bisa di hubungi. Aku diajak Mama ke rumah saudara." ujar Zaen berbohong.
"Kenapa kamu takut banget sama Mamamu?" Ujar Sela cemberut dan kesal.
"Dia adalah Ibu yang melahirkanku. Yang membesarkan aku, dengan kasih sayang dan perhatiannya. Jadi tidak ada yang bisa menghalangi aku untuk tidak patuh kepadanya."
"Oke-oke. Aku paham, aku akan merindukan kamu sayang."
"Aku juga." Sambungan terputus.
Sepertinya Sela kesal.
Tiba- tiba ada suara ketukan pintu, Zaen segera membukanya.
"Ada apa Pa?"
"Boleh Papa masuk?"
Zaen mengangguk, Bapak Fakhri pun masuk. Dan, duduk dikursi yang tersedia di kamar Zaen
"Nak. Maafkan Papa, sama mama. Sudah memaksa kamu, jika kamu tidak setuju, kamu boleh bilang sama Papa. Tapi, kamu harus tahu. Papa, memilih Aulya jadi istri kamu, karena kita tahu siapa Aulya dan keluarganya. Mungkin awal pernikahan, kalian akan terasa kurang nyaman. Tapi, Papa yakin kalian bisa melewati nantinya. Lagian penyakit Mamamu semakin parah. Aku takut terjadi sesuatu, karena memikirkanmu."
"Pa. apapun pilihan keluarga ini, Zaen menerimanya. Dan, akan berusaha mencintainya. Tapi, nanti setelah menikah Zaen mau Aulya ikut ke Bali. Karena Zaen masih belum siap berhenti kerja disana."
"Kamu bilang setelah menikah akan mengurus bisnis perusahaan sendiri. Terus, kapan yang mau mengurus bisnis Papa?"
"Kalau sudah siap."
"Aulya boleh ikut, tapi jangan tinggal di kontraan, tinggal dirumah yang pernah papa belikan untukmu. Anggap saja itu hadiah untuk kalian. Terutama untuk Aulya."
"Terimakasih Pa" Jawab Zaen yang tidak bisa menolak keinginan kedua orangtuanya
Keesokan harinya, Zaen sudah menunggu Aulya dan Ibu Irma. Aulya terlihat cantik dengan balutan busana Muslimnya, yang serba warna Navi. membuat Arumi sangat cantik. Tapi, kecantikan Aulya belum bisa membuka hati Zaen dan menaklukkannya untuk mencintai Aulya
Aulya duduk di samping Zaen. Sedangkan Ibu Elma duduk di belakang sendirian.
"Aulya, mulai sekarang jangan panggil Tante ya Nak. Panggil Mama, ke Om Fakhri juga, jangan panggil Om. panggil Papa, karena kamu, akan jadi anak kita."
"Iya Tante eh Mama." Jawab Aulya gugup, meski keluarga sendiri, Aulya masih sungkan.
"Untuk dekorasinya kalian nanti mau minta nuansa apa?." Tanya Ibu Irma. Tapi Aulya dan Zaen sama-sama diam.
"Kenapa tidak menjawab?" Ibu Irma memanggilnya lagi.
"Terserah Mama saja." Jawab Zaen pelan.
Aulya merasakan ada sedikit perubahan pada Zaen, terlihat jelas Zean banyak diam. Aulya sadar, jika dirinya hanya gadis biasa, meski saudara tapi Aulya tidak sepadan dengan keluarga Zaen. apalagi Zean adalah seorang yang berpendidikan, sedangkan Aulya tidak punya pendidikan tinggi, hanya tamatan SMA saja, dan lebih mendalami ilmu agama.
Setelah sampai, mereka langsung memilih baju yang akan di pakai untuk pernikahan mereka. Karena, semua yang menentukan adalah Ibu Irma, jadi Aulya dan Zaen setuju saja. Tidak banyak bicara karena takut salah bicara. Setelah fiting baju selesai, mereka pulang. Setibanya di rumah, Ibu Irma turun terlebih dahulu, dan langsung masuk, sedangkan Aulya sengaja memperlambat jalannya, karena ingin berbicara dengan Zaen.
"Mas tunggu!"
Panggil Aulya pelan. Zaen menghentikan langkahnya, berbalik menghadap Aulya.
"Boleh saya bicara sama, mas?"
"Boleh." Jawab Zaen pelan.
Aulya duduk kursi rotan, yang tersedia di teras depan rumah mewah itu.
"Ada apa?" Wajah Zaen datar.
"Sebelum melangkah lebih jauh. Kalau merasa ini semua paksaan. Lebih baik, katakan kepada kedua orang tua Mas, agar perjodohan ini di batalkan."
"Bukankah ini kemauanmu juga, kita jalani saja, Semoga saya mampu. saya juga tidak mau Mama, dan Papa kecewa."
"Demi Allah mas, saya tidak pernah menginginkan ini. karena semua keinginan kedua orang tua kita. Saya juga..."
Belum selesai Aulya bicara handpone Zaen berdering. Aulya melihat dengan jelas, yang tertulis dilayar handponenya, nama My love. Terlihat ada gambar perempuan cantik.
Aulya diam, dan memilih pergi meninggalkan Zaen, karena tidak ingin mengganggu. Meski ada cemburu datang di hatinya. Tapi, Aulya sadar diri, jika dirinya tidak ada hak untuk melarangnya.
Perbincangan yang sangat akrab, bahkan terlihat jelas jika keduanya sedang bercanda dan berbicara romantis.
"Ada yang perlu ditata, bukan barang atau kata-kata. Tapi, hati yang saat ini berantakan. Ada yang perlu di pahami, bukan masalah pekerjaan, tapi masalah hati yang saat ini sedang tidak baik-baik saja. Aku saat ini sedang bingung, karena ada orang lain dihatiku." ujar Zaen dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜
Luaskan sabarmu Aulya karena ujian akan segera dimulai
2023-09-05
0