Anak Yang Tak Dianggap
"Gavin, ayah mau bicara. Sini duduk Deket ayah." Suara ayah yang lembut dan meneduhkan terdengar memanggil, sepertinya ada sesuatu yang penting untuk disampaikan.
"Iya, yah.
Ayah mau bicara apa?" Aku mulai duduk di dekat ayah dan menatap wajah teduhnya yang penuh dengan kharisma.
"Ayah mau bicara sesuatu yang mungkin akan membuat kamu terkejut, tapi ini demi keberlangsungan hidup kita, nak.
Ayah tidak mungkin terus sendiri dalam mengasuh kamu. Karena kamu juga butuh sosok ibu yang akan bisa menjaga dan memperhatikan kamu saat ayah bekerja." Nada ayah terdengar tenang, namun seperti menusuk di gendang telinga ini. Tidak ada yang salah dengan ucapan ayah, tapi jujur aku masih belum siap jika ada makhluk lain berada dirumah sederhana kami ini.
"Ayah akan menikah lagi, insyaallah dia wanita yang baik, yang akan menggantikan posisi ibu kamu. Apa Gavin keberatan dengan keputusan ayah ini?" Sambung ayah yang terlihat menatapku dalam.
"Ayah menikah lagi?
Dengan siapa?" Aku memberanikan diri untuk bertanya akan sosok wanita yang mau menjadi istri ayahku. Laki laki sederhana yang tak punya banyak harta, namun terlihat tampan dan bijaksana di usianya yang menginjak empat puluh tahunan itu.
"Iya, nak.
Dia atasan ayah di kantor, namanya Bu Mega.
Insyaallah dia wanita baik dan lembut. Kamu akan punya dua saudara, Bu Mega punya dua anak, satu perempuan dan satu laki laki seusia kamu.
Besok akan ayah ajak kamu untuk bertemu dengan mereka. Insyaallah kamu pasti senang, bertemu dan berkenalan dengan mereka." Sahut ayah panjang lebar dengan menunjukkan wajah bahagianya. Meskipun hatiku kurang suka, tapi aku tidak mungkin mematahkan hati dan harapan ayahku. Semoga saja, wanita yang mau jadi ibu sambungku benar benar wanita baik yang sudi menerima dan menyayangi aku sebagai anaknya.
"Gavin ikut ayah saja. Pasti ayah sudah memutuskan yang terbaik untuk kita semua." Balasku pada akhirnya, meskipun hati ini kurang yakin dengan keputusan yang diambil ayah untuk menikah lagi.
"Terimakasih, nak!
Ayah harap, Gavin tidak keberatan dan bisa menerima Bu Mega dan anak anaknya." Ayah tersenyum dan mengusap kepalaku lembut.
"Gimana tadi disekolah?
Gavin tidak menemui masalah yang berarti bukan?"
Ayah sosok yang hangat, tiap hari selalu bertanya bagaimana aku menjalani hari hariku, entah disekolah ataupun dirumah.
Ayah kerja berangkat pagi dan pulang sore hari. Sejak ibuku meninggal dunia, aku dirumah sendirian setelah pulang sekolah, nenek dan Tante Karina, adiknya ayah tinggal tak jauh dari rumah.
Hanya berjarak tiga rumah saja, mereka juga perhatian dan menyayangi ku.
"Gak ada, yah.
Alhamdulillah semua lancar dan baik baik saja.
Gavin mau ikut latihan bola di lapangan setiap sore, boleh?"
Aku meminta ijin sama ayah tentang keinginan main bola sama temen temen di lapangan yang tak jauh dari rumah, karena sekarang musim dan hampir semua desa juga melakukan kegiatan yang sama.
"Boleh, asal tidak menganggu waktu belajar kamu dan juga tidak membuat Gavin malas mengaji." jawab ayah tegas.
"Ayah tenang saja, Gavin tetap akan belajar dengan giat dan juga ngaji tiap hari, kan ngajinya habis sholat magrib." Balasku yang sangat senang, akhirnya ayah mengijinkan aku ikut bergabung main bola dengan teman temanku di kampung ini.
"Ayah percaya kamu, nak.
Jadilah anak yang baik, Sholeh dan sukses. Ibumu pasti juga akan sangat bangga melihatmu berhasil nantinya."
"Insyaallah, yah.
Gavin janji, gak akan buat ayah kecewa dan akan Gavin buktikan kalau Gavin nanti bisa berhasil seperti yang ayah dan ibu harapkan."
Sahutku semangat, karena aku juga ingin menjadi orang yang sukses nantinya, untuk bisa membantu orang banyak yang utama itu kita harus kaya, karena banyak yang menantikan uluran tangan orang orang dermawan di seluruh penjuru bumi ini. Dan aku berharap, akulah salah satu dari orang dermawan tersebut, Aamiin.
"Yasudah, kamu istirahat gih. Biar besok gak bangun kesiangan.
Besok habis magrib siap siap ya, ayah akan ajak kamu bertemu dengan Bu Mega dan anak anaknya."
Sambung ayah yang terlihat begitu antusias ingin memperkenalkan calon istrinya itu.
Aku jadi penasaran, perempuan seperti apa yang bisa membuat ayahku begitu semangat.
"Iya, yah.
Selamat malam, ayah juga istirahat ya." sahutku sambil berjalan menuju kamar pribadiku.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Keesokan harinya, saat aku pulang sekolah nenek sudah menungguku di depan pintu rumahku yang masih tertutup. Sepertinya nenek baru saja sampai, karena pintu masih tertutup, sedangkan kunci rumah sengaja tiap hari di titipkan sama nenek.
"Nenek kenapa diluar saja, kok gak masuk?" sapaku yang melihat nenek tersenyum dengan membawa rantang di tangannya pas didepan pintu.
"Nenek dengar suaramu tadi, jadi nungguin kamu sekalian, Le!
Ini nenek bawakan sayur asem sama bakwan jagung kesukaan kamu." Sahut nenek dengan memamerkan rantang ditangannya ke arahku.
"Wah enak tuh, nek. Gavin jadi langsung lapar." sahutku yang berjalan cepat menuju ke arah nenek yang tengah membuka pintu, menyalimi tangan yang mulai keriput dengan takzim.
"Sana, ganti baju kamu dulu.
Habis itu sholat, baru makan. Nenek mau ambilin jemuran di belakang dulu."
Nenek tiap hari mengurus rumah ini dengan telaten, ayah sebelum berangkat kerja akan mencuci baju dulu, dan yang bersih bersih rumah, kalau bukan nenek ya Tante Karina. Kedua wanita itu begitu perduli dan perhatian padaku dan ayah. Kalau aku kaya nanti, merekalah orang orang yang pertama yang akan aku bahagiakan.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
"Nek, ayah mau nikah lagi!"
Aku memberitahu nenek rencana ayah yang mau menikah lagi disela sela aku mengunyah nasi.
"Menikah?
Kok gak ada bilang sama nenek ya, ayahmu itu?
Apa kamu yakin, Le?" sahut nenek masih dengan wajah tidak percaya.
"Yakinlah, nek.
Semalam ayah bicara sama Gavin dan minta ijin mau menikah lagi. Nanti habis magrib, ayah mau ajak Gavin untuk ketemu calon istrinya itu sama anak anaknya."
Sahutku memberitahukan yang sebenarnya pada nenek.
Nenek terlihat menghembuskan nafasnya kasar.
"Semoga itu jadi pilihan yang terbaik buat ayahmu dan kamu. Ayahmu juga butuh pendamping buat melanjutkan hidupnya. Kamu harus bisa memahaminya, semoga ini memang yang terbaik." Sahut nenek dengan sorot mata yang tak bisa diartikan tapi terlihat ada kecemasan dikedua bola matanya.
"Gavin, kamu harus selalu ingat, Le.
Masih ada nenek dan Tante Karina yang menyayangi kamu, jika kamu gak nyaman dan tidak bahagia, kamu boleh kerumah nenek ya nak. Nenek janji akan merawat kamu dengan baik.
Tapi semoga saja, wanita pilihan ayah kamu itu wanita yang memang baik, yang bisa menerima kamu sebagai anaknya juga. Aamiin." sambung nenek sambil mengusap kepalaku lembut.
"Aamiin, makasih ya nek. Nenek dan Tante Karina selalu sayang sama Gavin."
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
Novel baru :
#Anak yang tak dianggap
#Tentang Luka istri kedua
#Fitnah mereka
Novel on going :
#Wanita sebatang kara
#Ganti Istri
#Ternyata aku yang kedua
Novel Tamat :
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)
#Coretan pena Hawa (Tamat)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)
#Sekar Arumi (Tamat)
#Wanita kedua (Tamat)
#Kasih sayang yang salah (Tamat)
#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )
#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)
#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)
#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)
#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]
#Bidadari Salju [ tamat ]
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Harniah Harny
aku mampir kak,
2023-07-10
2