Episode 3

"Gavin, kamu kok diem saja, gak mau kenalan dengan anak anak Tante?" Bu Mega baru membuka suaranya untuk menyapaku, tapi bahasanya terdengar... ah sudahlah, mungkin hanya perasaan ku saja. Aku merasa kurang respect dengan wanita pilihan ayah.

"Tadi kan sudah, Tante?

Em, Gavin cuma bingung saja bagaimana memulainya, lagian ayah juga lagi seru ngobrol dengan mereka."

Jawabku tenang sambil menyunggingkan senyuman tipis di bibir ini.

"Kamu sekarang kelas berapa?

Kata ayah kamu, kamu sudah berani pulang pergi naik sepeda sendirian, benar begitu?" Bu Mega mencoba mengajakku ngobrol, namun dari nada bicaranya aku bisa merasakan kalau dia hanyalah sekedar basa basi saja. Entahlah, sedari awal bertemu dengannya, aku tidak sedikitpun merasakan ketulusan wanita yang akan jadi istri baru ayahku itu.

"Kelas dua SMP.

Iya, Bu. Kan ayah harus bekerja, jadi Gavin harus berani berangkat sekolah sendiri."

Sahutku jujur apa adanya.

"Jangan panggil, Bu lagi ya. Panggil Tante saja.

Lebih enak di dengarnya."

Balas Bu Mega dengan wajah datar, dan terlihat ayah tersenyum menatap ke arah kami. Ayahku sudah benar benar dibutakan oleh cintanya pada Bu Mega.

"Iya, Tante."

Balasku singkat dan kembali tangan ini mengaduk es jus yang masih tersisa setengah dalam gelas, dengan pikiran tak menentu.

"Gavin!

Tante dan ayah kamu akan segera menikah, Tante harap kamu tidak keberatan. Tante akan menjadi ibu yang bertanggung jawab dan berusaha adil sama kamu dan anak anak tante.

Kamu gak keberatan kan, kalau ayah kamu menikah dengan tante?"

Tante Mega menatapku dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Tak ada yang bisa kulakukan selain menerimanya, karena ayahku terlihat sangat mencintai wanita itu. Meskipun hatiku berkata tidak dan jangan, tapi aku bisa apa. Keadaan memaksaku untuk harus menerima takdir yang sudah diputuskan.

"Iya, Tante.

Gavin akan ikut apapun yang jadi keputusan ayah." Sahutku lirih sambil menahan sesak yang merambati ulu hati ini.

"Terimakasih ya, ternyata benar apa yang dikatakan ayah kamu. Kamu itu anak baik dan juga penurut.

Nanti kalau tante sudah nikah sama ayah kamu.

Kalian pindah kerumahnya tante saja, disana jauh lebih besar dan lega tempatnya. Jadi kalian juga bisa nyaman bermainnya. Tante sudah siapin kamar buat kamu, bersebelahan dengan kamar Farrel. Biar kalian bisa lebih deket dan berteman baik nantinya.

Gavin gak keberatan, kan?" Kembali, tante Mega mengutarakan keinginannya, dan aku hanya bisa pasrah mengikuti apa yang sudah jadi keputusan mereka.

"Gavin akan ikut apapun yang ayah sudah putuskan, tante." Sahutku lirih dengan wajah tertunduk, menyembunyikan gemuruh yang terus meronta di dalam dada ini.

"Makasih ya, nak.

Semoga kamu nanti betah dan bahagia bersama tante dan saudara baru kamu, Farel dan Olive.

Farel seumuran dengan Gavin, semoga kalian bisa rukun dan saling menyayangi." Tante Mega menatapku dalam dengan seulas senyum tipis di bibirnya yang berwarna merah.

"Aamiin, insyaallah tante." Aku membalas harapan tante Mega dengan doa yang tulus pula.

"Gavin, kamu suka bola ya?"

Tiba tiba Farrel sudah ada di sampingku, rupanya dia sudah selesai bercengkrama dengan ayah.

"Iya, tapi masih belum bisa main dengan baik." sahutku apa adanya.

"Kalau aku malah gak bisa main bola.

Aku lebih suka main basket. Kalau renang, kamu suka gak?" kembali Farrel membuka pertanyaan seputar hobi dia.

"Aku basket bisa, tapi gak pintar juga. Kalau renang, aku suka banget. Setiap hari minggu aku selalu latihan di kolam renang dekat rumah sama teman temanku." Balasku, menjawab semua pertanyaan Farrel, sepertinya dia ingin berusaha untuk dekat dan saling mengenal.

"Kalau begitu, kita punya hobi sama, nanti kita renang bareng ya. Aku suka punya saudara laki laki, jadi bisa sefrekuensi." Sahutnya sambil nyengir.

Sepertinya Farel memang anaknya ramah dan asik diajak ngobrol. Dan adiknya terlihat lebih pendiam, karena sedari tadi hanya diam saja, cuma melihatku sekilas.

"Alhamdulillah, senang lihat anak anak bisa saling cocok dan akur.

Kalian akan jadi saudara, harus saling sayang dan perduli satu sama lain. Farrel dan Gavin adalah laki laki, harus bisa jagain Olive, adik perempuan kalian. Kalian gak keberatan kan?"

Ayah menatapku dan Farrel bergantian dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya, sedangkan tante Mega juga nampak terlihat senang menatap ke arah kami, namun matanya terlihat sedikit misterius, aku merasakan ada sesuatu di sana, tapi tidak tau itu apa. Entahlah aku sejak awal memang merasakan sesuatu yang tidak enak di hati ini. Semoga ini hanyalah perasaanku saja.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Pukul sembilan malam, kami akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah masing masing, Tante Mega masuk ke dalam mobil mewahnya bersama kedua anaknya, mereka terlihat melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Sedangkan aku dan ayah juga mulai memasuki mobil yang baru saja dibeli ayah dari tiga bulan yang lalu.

"Gavin gak keberatan kan, kalau nanti kita pindah rumah di rumahnya Tante Mega, setelah ayah menikah?" Ayah membuka obrolan saat kita baru saja menaiki mobil.

"Gavin akan selalu ikut apapun yang jadi keputusan ayah. Gavin senang kalau melihat ayah bahagia." Sahutku yang tak mengalihkan pandangan dari menatap jalanan dari kaca jendela.

"Makasih ya, nak.

Ayah senang melihatmu dan Farel kompak seperti tadi. Semoga kalian bisa bekerja sama dan selalu saling menjaga dan menyayangi. Karena kalian akan menjadi saudara." Sambung ayah yang masih fokus dengan kemudinya.

Aku hanya terdiam, memang Farel kelihatannya juga anaknya baik, tapi entah kenapa perasaan ini sedari tadi tidak nyaman dengan situasi yang diciptakan oleh orang orang baru. Semoga apa yang dirasa ini bukanlah sebuah firasat buruk. Ayah, aku sangat menyayangimu, hingga aku tak mampu mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini. Demi melihatmu bahagia, aku akan mengenyampingkan perasaan tak nyaman ini, dan berharap segala kebaikan yang akan menghampiri keluarga kita nantinya, dan ini hanya bisa aku utarakan di dalam hati saja tentunya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

Novel Tamat :

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

#Ternyata aku yang kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Terpopuler

Comments

yuli Wiharjo

yuli Wiharjo

semangat othor nulisnya. sukses selalu. Aamiin

2023-07-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!