Episode 5

"Iya, iya ibuku sayang. Mau Ilham anter pulang, Bu?" kata ayah sambil tersenyum ke arah nenek yang memasang wajah ketus.

"Gak usah, sudah ada adikmu. Rumah Deket situ aja kok. Sudah, kamu istirahat saja. Ibu pulang." balas nenek yang kembali meneruskan langkahnya keluar meninggalkan halaman rumah ini. Dan ayah langsung masuk ke dalam setelah nenek dan tante tak terlihat lagi dari pandangan matanya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

POV Ilham

Hari ini aku merasa lega sekaligus senang, usaha untuk mempertemukan Gavin dengan Mega juga kedua anaknya berjalan sesuai dengan apa yang di inginkan.

Anak anak terlihat tidak keberatan dan bisa menerima satu sama lain. Meskipun masih terlihat ada keraguan di mata anakku itu. Tapi itu bukan soal rumit, lambat laun dia pasti terbiasa dan bisa sepenuhnya menerima Mega dan juga kedua anaknya.

Ibu memintaku untuk membawa Mega bertemu dengannya, tentu itu akan jadi kesempatan baik, karena restunya sangat penting untuk kelangsungan rumah tangga kami nantinya.

Dan aku pun memberi kabar pada Mega tentang keinginan ibuku untuk bertemu, Alhamdulillah, Mega sama sekali tidak keberatan dan justru antusias menyambut keinginan ibuku. Alhamdulillah. Semoga semua bisa berjalan lancar dan sesuai keinginan.

Keesokan harinya aku memenuhi keinginan ibuku, mengajak Mega bertemu dengannya.

Ibu menatap calon istriku tak berkedip, mungkin terkesima karena Mega memang sangat cantik, kulitnya putih dan wajahnya bening. Dia perempuan yang menurutku sempurna. Aku sangat beruntung bisa dicintai oleh wanita seperti Mega.

"Masuk. Silahkan!" ibu mempersilahkan kami masuk setelah menjawab salam dan bersalaman.

"Duduklah.

Karin, buatkan minuman untuk masmu dan calonnya." seru ibu pada adikku yang tengah hamil besar tapi terlihat begitu sehat dan aktif. Dia memang wanita luar biasa, tidak pernah manja sejak masih kecil.

"Siapa namanya, nduk?

Beginilah keadaan orang tuanya Ilham, semoga kamu tidak keberatan." Ucap ibu yang ingin tau seberapa besar niat Mega dalam menjalani hubungan kami.

"Saya Mega, Bu.

Alhamdulillah, saya mengenal mas Ilham apa adanya dan menerima dia tidak melihat dari harta yang dipunya. Saya tulus mencintainya dan kagum dengan sikapnya yang baik dan jujur." Jawab Mega, membuatku merasa tersanjung. Mega memang begitu menginginkan aku, katanya aku adalah lelaki impiannya.

"Alhamdulillah.

Dan untuk Gavin, apa nak Mega bisa menerima dan mencintainya seperti anak nak Mega sendiri?" Sambung ibu dengan segala kecemasan tentang nasib cucunya. Maklum ibu memang sangat menyayangi Gavin, dan untung saja aku sudah bicara ini dengan Mega, agar dia tidak merasa tersinggung jika ibu membahas soal Gavin berlebihan sebab rasa cintanya pada cucu nya.

"Insyaallah, Bu.

Gavin anaknya baik dan sepertinya penurut. Mega akan berusaha untuk jadi ibu sambung yang baik untuk dia, dan akan menyayangi Gavin seperti anak anak Mega." Sahut Mega dengan tersenyum manis, wajahnya semakin terlihat cantik.

"Syukurlah, Alhamdulillah.

Semoga kamu membuktikan ucapan kamu nantinya, kasihan Gavin, dia sudah ditinggal ibunya sejak masih kecil. Tolong jangan sia siakan cucu kesayangan ku itu. Kalau dia mengganggu dan buat kalian tidak nyaman, biarkan aku yang merawat Gavin disini. Aku yang akan menjaga dan menyayangi cucuku yang malang itu dengan sepenuh hati." Lirih ibu yang terlihat sudah berkaca kaca. Betapa besar cintanya pada anakku.

"Silahkan diminum, dan ini cemilannya silahkan di cicipi. Maaf, seadanya." Karina datang membawa nampan berisi minuman dan beberapa cemilan di toples. Lalu dia duduk disamping ibu. Menggenggam jemari tua ibuku penuh kasih sayang.

"Saya Karina, mbak.

Adik mas Ilham." Setelah beberapa saat adikku itu memperkenalkan dirinya pada Mega. Mereka saling mengulurkan tangannya dengan melempar senyum penuh arti.

"Saya, Mega.

Mbak Karin hamil berapa bulan?" tanya Mega yang tangannya mengelus perut besarnya Karina.

"Tujuh bulan jalan delapan. Alhamdulillah.

Doakan lancar dan sehat semuanya." Sahut Karina dengan wajah sumringah juga ramah.

"Bismillah ya, mbak.

Semoga sehat dan diberi kelancaran sampai hari H nya, Aamiin." balas Mega yang berusaha untuk bersikap ramah pada keluargaku.

Setelah dirasa cukup, Mega berpamitan untuk pulang, karena hari sudah sore.

Anak anaknya pasti sudah menunggunya dirumah. Dia meskipun seorang wanita karier, cinta dan tanggung jawabnya pada anak anaknya patut diacungi jempol, itulah salah satu yang membuatku kagum dan ingin menikahinya selain dia cantik dan seksi, anggap saja itu bonus dari pernikahan.

"Apa kamu benar benar yakin akan menikahi dia, Ham?" setelah Mega pergi, ibu kembali melontarkan pertanyaan yang membuat dahi ini mengernyit heran.

"Maksud ibu bagaimana?

Ilham sudah bawa dia ketemu ibu dan juga minta ijin sama Gavin. Itu artinya Ilham serius dan sungguh sungguh dengan niat Ilham menikahinya." Sahutku yang kembali menghembuskan nafas ini kasar, Ibu benar benar membingungkan.

"Dia itu wanita mandiri, kaya dan cantik.

Apa keluarganya tidak keberatan dengan kamu yang bahkan keadaannya juga pas pasan?

Kamu pastilah paham dengan apa yang ibumu maksud ini. Ibu cuma khawatir saja." Lirih ibu yang terduduk di kursi ruang tengah dengan tatapan nanar.

"Insyaallah Bu, Ilham yakin, begitu juga dengan Mega. Orangtuanya tinggal diluar negri, tapi hanya tinggal ibunya saja. Sedangkan ayahnya sudah meninggal lama. Mega anak pertama dari dua saudara. Adiknya sudah sukses dengan bisnisnya diluar negri, itulah kenapa ibunya tinggal disana. Tapi kadang juga pulang ke Indonesia.

Ibu gak usah khawatir, perkenalan Ilham dengan Mega tak ada kebohongan, Ilham sudah berkata jujur apa adanya tentang keadaan Ilham, dan Mega tidak memasalahkan itu semua. Kami saling cinta dan akan belajar menerima apapun keadaan kami masing masing." Sahutku panjang lebar, dan membuat ibu manggut manggut mendengar penuturanku.

"Baiklah, ibu hanya bisa berdoa untuk kebaikan anak anak ibu.

Ibu merestui hubungan kalian, titip Galvin, ibu gak mau terjadi apa apa dengan cucu ibu, paham kamu?" sahut ibu yang masih terus mengkhawatirkan cucunya, cintanya memang luar biasa untuk anakku itu. Alhamdulillah.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

Novel Tamat :

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

#Ternyata aku yang kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!