NovelToon NovelToon

Anak Yang Tak Dianggap

Episode 1

"Gavin, ayah mau bicara. Sini duduk Deket ayah." Suara ayah yang lembut dan meneduhkan terdengar memanggil, sepertinya ada sesuatu yang penting untuk disampaikan.

"Iya, yah.

Ayah mau bicara apa?" Aku mulai duduk di dekat ayah dan menatap wajah teduhnya yang penuh dengan kharisma.

"Ayah mau bicara sesuatu yang mungkin akan membuat kamu terkejut, tapi ini demi keberlangsungan hidup kita, nak.

Ayah tidak mungkin terus sendiri dalam mengasuh kamu. Karena kamu juga butuh sosok ibu yang akan bisa menjaga dan memperhatikan kamu saat ayah bekerja." Nada ayah terdengar tenang, namun seperti menusuk di gendang telinga ini. Tidak ada yang salah dengan ucapan ayah, tapi jujur aku masih belum siap jika ada makhluk lain berada dirumah sederhana kami ini.

"Ayah akan menikah lagi, insyaallah dia wanita yang baik, yang akan menggantikan posisi ibu kamu. Apa Gavin keberatan dengan keputusan ayah ini?" Sambung ayah yang terlihat menatapku dalam.

"Ayah menikah lagi?

Dengan siapa?" Aku memberanikan diri untuk bertanya akan sosok wanita yang mau menjadi istri ayahku. Laki laki sederhana yang tak punya banyak harta, namun terlihat tampan dan bijaksana di usianya yang menginjak empat puluh tahunan itu.

"Iya, nak.

Dia atasan ayah di kantor, namanya Bu Mega.

Insyaallah dia wanita baik dan lembut. Kamu akan punya dua saudara, Bu Mega punya dua anak, satu perempuan dan satu laki laki seusia kamu.

Besok akan ayah ajak kamu untuk bertemu dengan mereka. Insyaallah kamu pasti senang, bertemu dan berkenalan dengan mereka." Sahut ayah panjang lebar dengan menunjukkan wajah bahagianya. Meskipun hatiku kurang suka, tapi aku tidak mungkin mematahkan hati dan harapan ayahku. Semoga saja, wanita yang mau jadi ibu sambungku benar benar wanita baik yang sudi menerima dan menyayangi aku sebagai anaknya.

"Gavin ikut ayah saja. Pasti ayah sudah memutuskan yang terbaik untuk kita semua." Balasku pada akhirnya, meskipun hati ini kurang yakin dengan keputusan yang diambil ayah untuk menikah lagi.

"Terimakasih, nak!

Ayah harap, Gavin tidak keberatan dan bisa menerima Bu Mega dan anak anaknya." Ayah tersenyum dan mengusap kepalaku lembut.

"Gimana tadi disekolah?

Gavin tidak menemui masalah yang berarti bukan?"

Ayah sosok yang hangat, tiap hari selalu bertanya bagaimana aku menjalani hari hariku, entah disekolah ataupun dirumah.

Ayah kerja berangkat pagi dan pulang sore hari. Sejak ibuku meninggal dunia, aku dirumah sendirian setelah pulang sekolah, nenek dan Tante Karina, adiknya ayah tinggal tak jauh dari rumah.

Hanya berjarak tiga rumah saja, mereka juga perhatian dan menyayangi ku.

"Gak ada, yah.

Alhamdulillah semua lancar dan baik baik saja.

Gavin mau ikut latihan bola di lapangan setiap sore, boleh?"

Aku meminta ijin sama ayah tentang keinginan main bola sama temen temen di lapangan yang tak jauh dari rumah, karena sekarang musim dan hampir semua desa juga melakukan kegiatan yang sama.

"Boleh, asal tidak menganggu waktu belajar kamu dan juga tidak membuat Gavin malas mengaji." jawab ayah tegas.

"Ayah tenang saja, Gavin tetap akan belajar dengan giat dan juga ngaji tiap hari, kan ngajinya habis sholat magrib." Balasku yang sangat senang, akhirnya ayah mengijinkan aku ikut bergabung main bola dengan teman temanku di kampung ini.

"Ayah percaya kamu, nak.

Jadilah anak yang baik, Sholeh dan sukses. Ibumu pasti juga akan sangat bangga melihatmu berhasil nantinya."

"Insyaallah, yah.

Gavin janji, gak akan buat ayah kecewa dan akan Gavin buktikan kalau Gavin nanti bisa berhasil seperti yang ayah dan ibu harapkan."

Sahutku semangat, karena aku juga ingin menjadi orang yang sukses nantinya, untuk bisa membantu orang banyak yang utama itu kita harus kaya, karena banyak yang menantikan uluran tangan orang orang dermawan di seluruh penjuru bumi ini. Dan aku berharap, akulah salah satu dari orang dermawan tersebut, Aamiin.

"Yasudah, kamu istirahat gih. Biar besok gak bangun kesiangan.

Besok habis magrib siap siap ya, ayah akan ajak kamu bertemu dengan Bu Mega dan anak anaknya."

Sambung ayah yang terlihat begitu antusias ingin memperkenalkan calon istrinya itu.

Aku jadi penasaran, perempuan seperti apa yang bisa membuat ayahku begitu semangat.

"Iya, yah.

Selamat malam, ayah juga istirahat ya." sahutku sambil berjalan menuju kamar pribadiku.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Keesokan harinya, saat aku pulang sekolah nenek sudah menungguku di depan pintu rumahku yang masih tertutup. Sepertinya nenek baru saja sampai, karena pintu masih tertutup, sedangkan kunci rumah sengaja tiap hari di titipkan sama nenek.

"Nenek kenapa diluar saja, kok gak masuk?" sapaku yang melihat nenek tersenyum dengan membawa rantang di tangannya pas didepan pintu.

"Nenek dengar suaramu tadi, jadi nungguin kamu sekalian, Le!

Ini nenek bawakan sayur asem sama bakwan jagung kesukaan kamu." Sahut nenek dengan memamerkan rantang ditangannya ke arahku.

"Wah enak tuh, nek. Gavin jadi langsung lapar." sahutku yang berjalan cepat menuju ke arah nenek yang tengah membuka pintu, menyalimi tangan yang mulai keriput dengan takzim.

"Sana, ganti baju kamu dulu.

Habis itu sholat, baru makan. Nenek mau ambilin jemuran di belakang dulu."

Nenek tiap hari mengurus rumah ini dengan telaten, ayah sebelum berangkat kerja akan mencuci baju dulu, dan yang bersih bersih rumah, kalau bukan nenek ya Tante Karina. Kedua wanita itu begitu perduli dan perhatian padaku dan ayah. Kalau aku kaya nanti, merekalah orang orang yang pertama yang akan aku bahagiakan.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Nek, ayah mau nikah lagi!"

Aku memberitahu nenek rencana ayah yang mau menikah lagi disela sela aku mengunyah nasi.

"Menikah?

Kok gak ada bilang sama nenek ya, ayahmu itu?

Apa kamu yakin, Le?" sahut nenek masih dengan wajah tidak percaya.

"Yakinlah, nek.

Semalam ayah bicara sama Gavin dan minta ijin mau menikah lagi. Nanti habis magrib, ayah mau ajak Gavin untuk ketemu calon istrinya itu sama anak anaknya."

Sahutku memberitahukan yang sebenarnya pada nenek.

Nenek terlihat menghembuskan nafasnya kasar.

"Semoga itu jadi pilihan yang terbaik buat ayahmu dan kamu. Ayahmu juga butuh pendamping buat melanjutkan hidupnya. Kamu harus bisa memahaminya, semoga ini memang yang terbaik." Sahut nenek dengan sorot mata yang tak bisa diartikan tapi terlihat ada kecemasan dikedua bola matanya.

"Gavin, kamu harus selalu ingat, Le.

Masih ada nenek dan Tante Karina yang menyayangi kamu, jika kamu gak nyaman dan tidak bahagia, kamu boleh kerumah nenek ya nak. Nenek janji akan merawat kamu dengan baik.

Tapi semoga saja, wanita pilihan ayah kamu itu wanita yang memang baik, yang bisa menerima kamu sebagai anaknya juga. Aamiin." sambung nenek sambil mengusap kepalaku lembut.

"Aamiin, makasih ya nek. Nenek dan Tante Karina selalu sayang sama Gavin."

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Anak yang tak dianggap

#Tentang Luka istri kedua

#Fitnah mereka

Novel on going :

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

#Ternyata aku yang kedua

Novel Tamat :

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Episode 2

"Gavin, kamu harus selalu ingat, Le.

Masih ada nenek dan Tante Karina yang menyayangi kamu, jika kamu gak nyaman dan tidak bahagia, kamu boleh kerumah nenek ya nak. Nenek janji akan merawat kamu dengan baik.

Tapi semoga saja, wanita pilihan ayah kamu itu wanita yang memang baik, yang bisa menerima kamu sebagai anaknya juga. Aamiin." Sambung nenek sambil mengusap kepalaku lembut.

"Aamiin, makasih ya nek. Nenek dan Tante Karina selalu sayang sama Gavin."

Gavin tersenyum hangat pada nenek yang begitu dia hormati dan cintai.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

"Mas!

Apa kamu sudah bicara sama anak kamu soal rencana kita?" Mega menyenderkan kepalanya di bahu ini dengan manja, kami sedang berada diruangan Mega. Mega adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.

"Sudah. Alhamdulillah, Gavin tidak keberatan.

Nanti malam kita makan bersama anak anak ya, sesuai dengan rencana kita. Aku ingin mendekatkan anak kita, biar saling mengenal."

"Iya, mas.

Makasih ya, kamu sudah mau membuka hati untukku. Dan juga kamu sudah berusaha untuk dekat dengan anak anakku. Semoga mereka nanti bisa akur dan saling menyayangi." Mega menatap mata ini dalam, disana di dua bola matanya yang bening, dia menyimpan harapan indah tentang keindahan dalam membangun rumah tangga yang sakinah.

"Iya sayang, anak kamu akan jadi anakku juga. Dan aku harap, kamu pun begitu, bisa menerima Gavin seperti anakmu sendiri."

Kami saling bertatapan, menyelami kedalaman hati masing masing.

"Mas!

Nanti kalau kita sudah nikah, aku ingin kamu pindah ke rumahku saja. Karena anak anak kita kan banyak, biar mereka akur dan nyaman. Aku akan memperlakukan anakmu seperti anakku. Mas Ilham tidak usah khawatir soal itu."

Sambung Mega dengan senyuman manisnya.

"Makasih ya sayang.

Aku sangat beruntung bisa dicintai oleh perempuan hebat dan cantik sepertimu. Apalagi kamu itu orang yang baik dan lemah lembut."

Aku memuji Mega dengan mengatakan apa adanya yang aku pikirkan untuknya. Aku memang sangat beruntung dicintai perempuan seperti Mega, dia cantik dan juga kaya. Hidupku sejak mengenalnya berubah jadi lebih baik. Apa lagi sekarang posisiku di kantor sudah tidak lagi menduduki bagian staf dengan gaji rendah. Aku sekarang diangkat menjadi manager oleh Mega.

"Kita sama sama beruntung, mas.

Aku juga bahagia bisa menjadi bagian di hatimu. Kamu tampan dan juga cerdas. Aku sangat mencintaimu, mas. Sangat."

Sahutnya manja dengan sikapnya yang mulai agresif.

"Jangan disini sayang, takutnya ada yang lihat.

Aku gak mau, kita dipandang buruk sama karyawan."

Aku berusaha untuk menghindar dari serangan Mega yang bisa memancing syahwat. Se-cintanya aku pada perempuan, pantang bagiku untuk mereguk madunya tanpa ada ikatan halal.

"Kenapa sih mas, selalu nolak aku?" cicitnya dengan mulut di majukan. Tambah bikin gemes pingin gigit saja, tapi harus sabar dulu, belum sah.

"Tunggu kita halal dulu ya.

Karena bercinta sesudah halal itu sangat lebih nikmat loh, terhindar dosa dan dapat pahala." Mega mencebik dengan tatapan kesal diarahkan padaku.

"Yasudah, mas mau kembali kerja dulu ya.

Nanti kita ketemu lagi buat makan malam romantis dengan anak anak, oke?"

Aku mengakhiri obrolan dan interaksi lebih dengan Mega, karena jika diteruskan tentu aku tidak akan sanggup menahan gejolak nafsu ini.

"Iya deh, mas sih gak asik!" celetuknya manja dengan bibir di monyong kan. Benar benar bikin cepat cepat pingin nikahi saja.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

POV Gavin

Disini kami sedang berkumpul, untuk acara makan bersama di salah satu restoran mewah.

Nampak ayah begitu bahagia, bahkan ayah terlihat asik ngobrol dengan dua anak Bu Mega. Mereka terlihat akrab, sudah seperti ayah dan anak saja. Sedangkan aku dibiarkan terdiam, hanya bisa menatap keceriaan ayah dan calon anak sambungnya. Sedangkan Bu Mega justru asik bermain dengan ponselnya tanpa mau ber-basa basi bicara denganku.

Apakah ini yang dinamakan wanita yang baik itu.

Sedangkan belum apa apa saja, keberadaan ku tak dianggap ada.

"Gavin, kamu kok diem saja, gak mau kenalan dengan anak anak Tante?" Bu Mega baru membuka suaranya untuk menyapaku, setelah hampir setengah jam membiarkan aku tak nyaman dengan situasi ini.

Tapi bahasanya terdengar... ah sudahlah, mungkin hanya perasaan ku saja. Aku merasa kurang respect dengan wanita pilihan ayah.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

Novel Tamat

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

#Ternyata aku yang kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Episode 3

"Gavin, kamu kok diem saja, gak mau kenalan dengan anak anak Tante?" Bu Mega baru membuka suaranya untuk menyapaku, tapi bahasanya terdengar... ah sudahlah, mungkin hanya perasaan ku saja. Aku merasa kurang respect dengan wanita pilihan ayah.

"Tadi kan sudah, Tante?

Em, Gavin cuma bingung saja bagaimana memulainya, lagian ayah juga lagi seru ngobrol dengan mereka."

Jawabku tenang sambil menyunggingkan senyuman tipis di bibir ini.

"Kamu sekarang kelas berapa?

Kata ayah kamu, kamu sudah berani pulang pergi naik sepeda sendirian, benar begitu?" Bu Mega mencoba mengajakku ngobrol, namun dari nada bicaranya aku bisa merasakan kalau dia hanyalah sekedar basa basi saja. Entahlah, sedari awal bertemu dengannya, aku tidak sedikitpun merasakan ketulusan wanita yang akan jadi istri baru ayahku itu.

"Kelas dua SMP.

Iya, Bu. Kan ayah harus bekerja, jadi Gavin harus berani berangkat sekolah sendiri."

Sahutku jujur apa adanya.

"Jangan panggil, Bu lagi ya. Panggil Tante saja.

Lebih enak di dengarnya."

Balas Bu Mega dengan wajah datar, dan terlihat ayah tersenyum menatap ke arah kami. Ayahku sudah benar benar dibutakan oleh cintanya pada Bu Mega.

"Iya, Tante."

Balasku singkat dan kembali tangan ini mengaduk es jus yang masih tersisa setengah dalam gelas, dengan pikiran tak menentu.

"Gavin!

Tante dan ayah kamu akan segera menikah, Tante harap kamu tidak keberatan. Tante akan menjadi ibu yang bertanggung jawab dan berusaha adil sama kamu dan anak anak tante.

Kamu gak keberatan kan, kalau ayah kamu menikah dengan tante?"

Tante Mega menatapku dengan tatapan yang tak bisa diartikan. Tak ada yang bisa kulakukan selain menerimanya, karena ayahku terlihat sangat mencintai wanita itu. Meskipun hatiku berkata tidak dan jangan, tapi aku bisa apa. Keadaan memaksaku untuk harus menerima takdir yang sudah diputuskan.

"Iya, Tante.

Gavin akan ikut apapun yang jadi keputusan ayah." Sahutku lirih sambil menahan sesak yang merambati ulu hati ini.

"Terimakasih ya, ternyata benar apa yang dikatakan ayah kamu. Kamu itu anak baik dan juga penurut.

Nanti kalau tante sudah nikah sama ayah kamu.

Kalian pindah kerumahnya tante saja, disana jauh lebih besar dan lega tempatnya. Jadi kalian juga bisa nyaman bermainnya. Tante sudah siapin kamar buat kamu, bersebelahan dengan kamar Farrel. Biar kalian bisa lebih deket dan berteman baik nantinya.

Gavin gak keberatan, kan?" Kembali, tante Mega mengutarakan keinginannya, dan aku hanya bisa pasrah mengikuti apa yang sudah jadi keputusan mereka.

"Gavin akan ikut apapun yang ayah sudah putuskan, tante." Sahutku lirih dengan wajah tertunduk, menyembunyikan gemuruh yang terus meronta di dalam dada ini.

"Makasih ya, nak.

Semoga kamu nanti betah dan bahagia bersama tante dan saudara baru kamu, Farel dan Olive.

Farel seumuran dengan Gavin, semoga kalian bisa rukun dan saling menyayangi." Tante Mega menatapku dalam dengan seulas senyum tipis di bibirnya yang berwarna merah.

"Aamiin, insyaallah tante." Aku membalas harapan tante Mega dengan doa yang tulus pula.

"Gavin, kamu suka bola ya?"

Tiba tiba Farrel sudah ada di sampingku, rupanya dia sudah selesai bercengkrama dengan ayah.

"Iya, tapi masih belum bisa main dengan baik." sahutku apa adanya.

"Kalau aku malah gak bisa main bola.

Aku lebih suka main basket. Kalau renang, kamu suka gak?" kembali Farrel membuka pertanyaan seputar hobi dia.

"Aku basket bisa, tapi gak pintar juga. Kalau renang, aku suka banget. Setiap hari minggu aku selalu latihan di kolam renang dekat rumah sama teman temanku." Balasku, menjawab semua pertanyaan Farrel, sepertinya dia ingin berusaha untuk dekat dan saling mengenal.

"Kalau begitu, kita punya hobi sama, nanti kita renang bareng ya. Aku suka punya saudara laki laki, jadi bisa sefrekuensi." Sahutnya sambil nyengir.

Sepertinya Farel memang anaknya ramah dan asik diajak ngobrol. Dan adiknya terlihat lebih pendiam, karena sedari tadi hanya diam saja, cuma melihatku sekilas.

"Alhamdulillah, senang lihat anak anak bisa saling cocok dan akur.

Kalian akan jadi saudara, harus saling sayang dan perduli satu sama lain. Farrel dan Gavin adalah laki laki, harus bisa jagain Olive, adik perempuan kalian. Kalian gak keberatan kan?"

Ayah menatapku dan Farrel bergantian dengan senyum yang terus mengembang di bibirnya, sedangkan tante Mega juga nampak terlihat senang menatap ke arah kami, namun matanya terlihat sedikit misterius, aku merasakan ada sesuatu di sana, tapi tidak tau itu apa. Entahlah aku sejak awal memang merasakan sesuatu yang tidak enak di hati ini. Semoga ini hanyalah perasaanku saja.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Pukul sembilan malam, kami akhirnya memutuskan untuk pulang kerumah masing masing, Tante Mega masuk ke dalam mobil mewahnya bersama kedua anaknya, mereka terlihat melambaikan tangan sebagai salam perpisahan. Sedangkan aku dan ayah juga mulai memasuki mobil yang baru saja dibeli ayah dari tiga bulan yang lalu.

"Gavin gak keberatan kan, kalau nanti kita pindah rumah di rumahnya Tante Mega, setelah ayah menikah?" Ayah membuka obrolan saat kita baru saja menaiki mobil.

"Gavin akan selalu ikut apapun yang jadi keputusan ayah. Gavin senang kalau melihat ayah bahagia." Sahutku yang tak mengalihkan pandangan dari menatap jalanan dari kaca jendela.

"Makasih ya, nak.

Ayah senang melihatmu dan Farel kompak seperti tadi. Semoga kalian bisa bekerja sama dan selalu saling menjaga dan menyayangi. Karena kalian akan menjadi saudara." Sambung ayah yang masih fokus dengan kemudinya.

Aku hanya terdiam, memang Farel kelihatannya juga anaknya baik, tapi entah kenapa perasaan ini sedari tadi tidak nyaman dengan situasi yang diciptakan oleh orang orang baru. Semoga apa yang dirasa ini bukanlah sebuah firasat buruk. Ayah, aku sangat menyayangimu, hingga aku tak mampu mengungkapkan apa yang aku rasakan saat ini. Demi melihatmu bahagia, aku akan mengenyampingkan perasaan tak nyaman ini, dan berharap segala kebaikan yang akan menghampiri keluarga kita nantinya, dan ini hanya bisa aku utarakan di dalam hati saja tentunya.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.

Novel baru :

#Anak yang tak dianggap

#Tentang luka istri kedua

Novel Tamat :

#Wanita sebatang kara

#Ganti Istri

#Ternyata aku yang kedua

#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)

#Cinta dalam ikatan Takdir (Tamat)

#Coretan pena Hawa (Tamat)

#Cinta suamiku untuk wanita lain (Tamat)

#Sekar Arumi (Tamat)

#Wanita kedua (Tamat)

#Kasih sayang yang salah (Tamat)

#Cinta berbalut Nafsu ( Tamat )

#Karena warisan Anakku mati di tanganku (Tamat)

#Ayahku lebih memilih wanita Lain (Tamat)

#Saat Cinta Harus Memilih ( Tamat)

#Menjadi Gundik Suami Sendiri [ tamat ]

#Bidadari Salju [ tamat ]

Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.

Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!