Mengandung Anak Suami Orang Lain

Mengandung Anak Suami Orang Lain

1. Tuan Muda Manja Dari Kastel Megah

pembukaan:

"Aku menghamili seseorang."

Suara Roxanne terkesiap itu membuat Erekleus panik. Apalagi ibundanya sampai terhuyung, nyaris saja jatuh jika tak buru-buru ditahan.

"Ibunda."

"Kamu melakukan apa?" Roxanne bergumam tak percaya. "Erekleus, kamu seorang Narendra dan kamu ... kamu ...."

"Ibunda, aku tahu Ibunda sangat kecewa tapi bisakah kita masuk dan aku menjelaskannya di depan Ayah juga?"

Erekleus meminta pelayan membawa ibundanya masuk, memberinya waktu tenang sebentar. Sementara itu Erekleus menatap wajah istrinya lagi, siap bahkan kalau dia menangis.

Tapi Ariadne justru tersenyum.

"Anda memiliki alasan, benar? Semua baik-baik saja?" kata wanita muda itu lembut.

"Ya." Erekleus sudah tahu istrinya seperti ini tapi ia benar-benar tak menyangka dia tenang. "Kamu kecewa padaku?"

"Tidak, Tuan Muda. Sedikitpun tidak." Ariadne justru datang, memegang tangannya.

"Anda membawa wanita itu? Apa di helikopter Anda?"

"Ya." Erekleus menoleh ke tempat Mute berada. "Dia tidak tahu tentangmu."

Erekleus tersenyum getir. "Aku tidak mau melukaimu sama sekali."

"Saya tidak terluka sama sekali."

***

Ini adalah hari pertama untuk Tuan Muda Erekleus menjalankan tugasnya di luar. Pria muda berusia dua puluh tahun itu diikuti oleh empat wanita cantik sekretaris profesional, lima pria berpakaian biasa yang merupakan pengawal kelas internasional dan disambut penuh bungkukan oleh sang kepala daerah.

"Padahal sudah kubilang jangan menyambut berlebihan," kata sang Tuan Muda melihat sangat banyak warga berkeliling melihatnya, ditambah jejeran mobil-mobil yang nampaknya siap mengangkut satu per satu dari mereka menuju lokasi.

Sang Tuan Muda datang ke tempat terpencil ini untuk bertugas memakmurkan daerah, bentuk tugasnya sebagai Narendra. Namun sepertinya banyak yang salah paham.

Mereka menyebutnya seperti tuan muda manja dari kastel megah.

"Senang bertemu Anda, Tuan Muda." Kepala Daerah bahkan berkeringat dingin saat tertawa canggung. "Tolong maafkan daerah kami yang kurang nyaman. Sebisa mungkin kami berusaha memberi yang terbaik."

Erekleus tersenyum ramah. "Kenapa—" Kenapa kalian menyiapkan semua ini dan membuang-buang anggaran untuk hal tidak perlu, adalah apa yang mau Erekleus katakan, tapi terhenti oleh sesuatu.

"TERUS CUMA GARA-GARA DIA DATENG, AIR BUAT KITA DIKURANGIN, GITU?!"

Suara yang terlalu kencang dan cempreng itu jelas mengalihkan perhatian Tuan Muda. Erekleus menoleh ke arah seorang gadis berbaju lusuh tengah berteriak-teriak protes pada seseorang tentang air leding di rumahnya mati padahal sudah seminggu lamanya tidak jalan.

Dia bilang dia sudah capek mengangkat air dari sumur ke rumahnya padahal jarak sumur itu jauh.

Erekleus langsung berjalan ke sana, membuat keributan di sana berhenti dan wajah Kepala Daerah pucat. Sementara warga di sekitarnya menatap terpesona pada ketampanan dan kemegahan sang Tuan Muda.

"Ada apa ini?"

Gadis itu langsung melotot. "Bukan urusan kamu, dasar orang sok kaya!"

Empat sekretaris dan lima pengawalnya langsung bereaksi atas sikap gadis itu, tapi Erekleus menahannya. Tidak marah dan tidak tersinggung walau kaget.

"Aku mungkin bisa membantumu, Nona."

"BANTUIN APA?! DENGAN KAMU DATENG KE SINI, ITU UDAH NYUSAHIN!" tuding dia meski warga berusaha menahannya. "Emang ngapain sih orang kaya dateng ke sini? Hah, buat apa?! Sok-sokan mau perbaikin desa! Demi ngasih makan kamu aja bikin kami enggak makan dua hari!"

Erekleus hanya diam.

"Listrik kami mati cuma gara-gara kami buru-buru renovasi rumah buat kamu! Air juga enggak jalan ke kami karena harus disiapin buat kamu! Semuanya kamu yang ambil terus kamu bilang mau perbaikin?! Hah, sana pulang ke istana kamu kalo mau bantuin!"

Erekleus masih diam. Benar-benar menutup mulutnya dan mendengarkan cercaan gadis itu.

"Lagian kamu nih siapa, sih?! Narendra tuh siapa, hah?! Kamu bukan pegawai pemerintah, bukan gubernur, bukan presiden, tapi ngapain juga kamu blusukan di sini?! Pak Presiden di sini baru ada gunanya!"

Orang-orang di sisi Erekleus sudah sangat berang. "Tuan Muda, tolong perintah."

Perintah membunuh gadis bermulut kurang ajar ini, itu yang mereka minta.

Beraninya dia menghina Narendra. Tentu saja Erekleus bukan pegawai pemerintah, bukan pula gubernur atau presiden. Sebab ia Tuan Muda dari pemilik negara ini. Posisi presiden itu seperti anak buah bagi keluarganya. Mereka diberi gaji oleh Narendra.

Namun memang tidak banyak yang tahu sebab hal semacam itu bukanlah gosip publik.

"Perintahku," kata Erekleus akhirnya, "berikan semua yang kalian siapkan untukku pada warga kalian. Tanpa terkecuali."

Semua orang tercengang.

*

INI SEKUEL DARI CERITA ROXANNE ERIS. UNTUK LEBIH PAHAM CERITANYA, BUKA LAPAK Nikah Paksa : Istri Ketiga Belas.

Author minta dukungan kalian semua untuk kemajuan karya. karena yang menentukan lanjutnya karya atau enggak itu respons pembaca. terima kasih 🙏🙏🙂

*

Terpopuler

Comments

Riska Rahmawati

Riska Rahmawati

harusnya 30 tahun, kemudaan 20 tahun

2023-07-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!