Kepala Daerah tergopoh-gopoh datang seperti tikus yang gelisah setelah menelan racun. "Tuan Muda, mari saya antar saja ke tempat Anda. Biar pegawai kami yang menangani masalah di sini."
"Aku tidak datang ke sini untuk dimanjakan." Erekleus tersenyum lagi.
Tapi detik berikutnya ia menatap dingin pria tua botak itu. "Jual semua mobil yang berjejer itu dan bagikan hasilnya pada warga. Dengan begitu aku memaafkan kalian."
Erekleus berlalu, diikuti oleh orang-orang saja. Ia meninggalkan semua sambutan untuknya dan menemukan seorang anak kecil yang tengah menonton dari kejauhan.
"Halo, Manis. Aku punya permen untukmu. Bisakah kamu mengantarku ke kantor terdekat?"
"Kantor Pak Desa?"
"Ya, apa pun namanya. Bisakah?"
Anak itu mengangguk. Meraih tangan Erekleus dan menariknya untuk pergi.
"Erina, pastikan mereka benar-benar menjual mobilnya," bisik Erekleus diam-diam, yang dijawab anggukan oleh sekretarisnya.
Tersisa tiga sekretaris dan lima pengawal. Mereka mengikuti langkah Erekleus yang santai mengamati pemandangan desa. Pemandangannya terlihat sangat berbeda dari pemandangan Kastel yang Erekleus tahu, tapi tidak benar-benar dalam artian bagus.
Tanah terlihat kering, rumah-rumah juga terlihat tua dan tidak bersih, seluruhnya tidak mewah namun menurut standar Erekleus, ini agak terlalu rendah. Jalanannya juga buruk, padahal sudah bisa dilalui mobil.
Tugasnya adalah memastikan daerah ini sedikit lebih maju. Karena itulah ia datang.
"Kurasa tugasku akan sangat banyak."
Dan yang paling pertama adalah menyuruh mereka paham bahwa ia bukan tuan muda manja yang datang buat disembah.
Erekleus terus berjalan sampai tiba-tiba langkahnya terhenti di depan sebuah rumah sangat tua, terlihat sudah tidak layak ditinggali, tapi nyatanya terlihat ada manusia di dalam sana.
"Hei, Adik Kecil, rumah siapa ini?"
"Rumahnya Kak Mute, yang tadi marah-marah sama Kakak."
"Oh, benarkah?" Erekleus menjadi sangat tertarik. "Dia tinggal di sini?"
"Iya. Sama Nenek Iyem."
Bahkan kandung kuda kami jauh lebih baik daripada ini, pikir Erekleus.
"Kalian," katanya pada pengawal, "pergi dan berkelilinglah. Ambil gambar dan catat semua rumah yang tidak layak huni."
"Baik, Tuan Muda."
"Lalu, Yohana, pergilah lebih dulu ke kantor desa bersama anak ini dan dapatkan catatan keuangan mereka. Ada sesuatu yang mau kulakukan."
"Ya, Tuan Muda."
Erekleus merogoh kantongnya, mengeluarkan kantong kain berpita emas tempat di mana ia menyimpan cokelat berkualitas.
Cokelat ini hanya dibuat oleh koki Narendra dan Erekleus mengantonginya sebab ia pemberian adiknya.
"Terima ini, Anak Manis." Erekleus mengusap-usap kepalanya. "Temani temanku ini pergi."
"Oke! Makasih, Kakak Ganteng!"
"Tentu saja. Datanglah padaku kalau ingin lagi."
Setelah mereka pergi, hanya tersisa Erekleus dan dua sekretarisnya. Mereka yang melihat Erekleus berdiri di depan rumah itu paham siapa yang Tuan Muda mereka tunggu.
Gadis bernama Mute itu datang tak lama dengan mata memerah, seolah habis menangis.
"Mau ngapain kamu di sini?" katanya ketus.
"Aku ingin bicara denganmu, Nona."
"Saya bukan Nona! Saya enggak pake kancing emas kayak kamu! Jadi mending sekarang kamu pergi!" usir dia kasar.
Erekleus memiringkan wajah. "Kenapa kamu justru terlihat semakin marah? Aku sudah mengembalikan air dan apa pun yang kamu butuhkan."
Dia justru terbelalak marah. "Kamu kira segalanya bisa selesai cuma karena kamu jual mobil?!"
"Kalau begitu biarkan aku tinggal denganmu."
Bukan cuma Mute, sekretaris Erekleus juga terbelalak kaget. Beliau, sang Tuan Muda, memang bukanlah pria manja yang menolak makan kecuali diberi daging berkualitas.
Tapi beliau tidaklah pantas tinggal di rumah yang bahkan lebih mirip kandang lusuh ini!
Begitu pikir mereka tapi Erekleus hanya fokus pada Mute.
"Jika aku terlihat sangat menyusahkan di matamu, Nona, maka biarkan aku tinggal di sini bersamamu. Merasakan kehidupanmu agar aku mengerti bahwa aku besar kepala."
"Tuan Muda—"
"Oke!" Mute semakin melotot. "Tapi kamu enggak boleh bawa orang lain! Dan inget, kamu enggak dilayanin sama siapa-siapa!"
Erekleus tetap tersenyum. "Aku bermaksud begitu, Nona."
*
Bantu author ngembangin karya dengan dukungan kalian, yah ☺
Dan buka juga karya-karya Candradimuka lainnya, terima kasih 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Widhi Labonee
anak roxane n eris ini kak othor? lembut hatinya ya... nyandak suka marah" dorang leih
2023-07-09
3