3. Tersinggung

"Tuan Muda, Anda harus tetap mengingat status Anda." Sekretasinya langsung mengingatkan begitu Mute beranjak masuk duluan. "Tidak layak seorang Narendra tinggal di tempat ini. Tolong pikirkan sekali lagi."

Erekleus tersenyum. "Aku tidak tinggal, hanya menginap beberapa hari."

"Tapi Tuan Muda—"

"Aku tahu bahwa aku seorang Narendra dan harga diriku jauh lebih tinggi daripada mereka." Erekleus menoleh ke rumah kecil itu. "Tapi Ayah mengirimku ke dini untuk menyelesaikan masalah mereka."

"...."

"Kurasa itu pun masalah jika seorang gadis kecil berusaha berjuang karena sikap tidak adil. Lagipula, aku ingin mereka semua paham bahwa aku tidak butuh dilayani oleh mereka. Jadi kalian hanya perlu memastikan mereka tidak memperlakukan aku terlalu istimewa."

Setelah menegaskan keputusannya, Erekleus melangkah masuk ke halaman rumah kayu dengan dinding luar berlumut itu. Dilepaskan sepatunya di dekat sandal Mute, melangkah masuk ke kediaman kumuh itu.

Erekleus mengerutkan kening detik itu juga. Hidungnya mencium aroma tak sedap yang aneh, lalu matanya disuguhi pemandangan rumah berantakan, barang-barang yang tersusun tak rapi—setidaknya menurut standar seorang Narendra.

"Siapa namamu, Nona?" tanya Erekleus sembari meneruskan langkahnya ke dalam.

Yang mengejutkan ruangan dalam adalah ruangan terakhir. Di sana ada dapur berasap, abu dari kayu yang dipakai, kamar mandi super mini tanpa pintu kayu, dan Mute yang berjongkok di dekat setumpuk cucian kotor.

Erekleus baru pertama kali melihat seseorang bisa hidup di rumah sekecil ini.

"Mutia," jawab Mute ogah-ogahan. "Nama kamu siapa, Tuan Muda?" balas dia bertanya, lengkap dengan cibiran di gelar tuan mudanta.

"Erekleus."

Mute menoleh. "Hah?"

"Erekleus. Namaku Erekleus." Sang Tuan Muda tersenyum. "Senang bertemu denganmu, Mutia. Kenapa mereka memanggilmu Mute?"

"Nama kamu Ere—Erekel?"

"Erekleus." Pria itu memiringkan wajah. "Apa sulit menyebutnya? Jauh lebih sulit nama saudariku, Eusebia. Jadi aku lebih sering menyebutnya Ese."

Mute bengong sampai dia dikejutkan oleh semburan air keran di baskomnya yang sejak tadi menunggu air. Gadis itu mau tak mau fokus lagi pada cuciannya.

"Kenapa enggak sekalian erupsi gunung?" gumam dia.

"Jangan menghina namaku, Nona. Itu nama pemberian orang tuaku," peringat Erekleus tegas.

Untuk satu itu, ia serius.

"Kami Narendra memang memiliki nama yang berbeda. Tapi sebenarnya tidak seberbeda itu. Hanya, kalian yang tidak terbiasa menganggapnya aneh."

".... Terserah."

"Sungguh Nona Muda yang tidak ramah."

Erekleus menoleh ke sekitaran untuk melihat adakah tempat duduk. Tapi karena menemukannya tidak ada, Erekleus mau tak mau membuka jas yang ia pakai, menjadikannya pengalas.

"Rumahmu sangat kecil, Nona."

"Enggak semua orang itu kaya, Tuan Muda." Mute mendelik. "Dan lantai saya bersih, yah! Enggak usah pake pelapis."

Di mata Erekleus itu kotor.

"Siapa penanggung jawab rumah tangga di sini? Ayahmu? Kakakmu? Di mana mereka?"

"...."

"Aku bertanya sungguh-sungguh jadi kuharap kamu menjawabnya."

"Enggak semua orang punya bapak becus!" Dia membalas sangat agresif. "Bisa diem enggak, sih? Atau kenapa enggak sekalian kamu bantuin saya karena kamu bilang mau bantuin?!"

Erekleus mengamati wajah gadis itu. "Aku bertanya baik-baik untuk memahami kehidupan kalian," katanya. "Tapi sikapmu selalu agresif seakan aku yang menghancurkan hidupmu, Nona. Itu bukan sikap baik."

"Saya enggak punya waktu ngasih kamu perhatian!"

"Aku tidak minta perhatianmu, Mutia. Aku butuh jawaban jujurmu tentang kondisi desa tapi kamu hanya terus melampiaskannya padaku."

Erekleus beranjak tanpa mengambil jasnya. "Aku akan kembali nanti, setelah memastikan hal lain."

Erekleus tidak marah kalau dia protes pada sesuatu, tapi kalau dia melampiaskannya pada Erekleus padahal ia sudah berusaha membantu, itu membuatnya sedikit tersinggung.

*

Bantu author ngembangin karya dengan dukungan kalian, yah ☺

Dan buka juga karya-karya Candradimuka lainnya, terima kasih 🙏🙏

Terpopuler

Comments

srimulyani02

srimulyani02

😍😍😍

2023-07-09

0

Widhi Labonee

Widhi Labonee

judes banget sesembak ini,, abis makang rica banyak" kah ngana ?? pantesan ere tersinggung deng ngana pu kata" mbak muuutt.. hadeeuuh

2023-07-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!