PENA ALINDYA

PENA ALINDYA

01. Dunia Baru Alindya

Pagi itu semangat membara di dada gadis manis bernama Alindya Sheila Puteri. Ini adalah hari pertama ia menginjaki peran barunya sebagai murid SMA. Yah, masa yang paling ditunggu-tunggu tiap remaja. Masa yang menurut para pujangga sangatlah indah.

Sama seperti gadis kebanyakan, ia pun ingin segera bertemu romansa pertamanya. Namun tidak dipungkiri bagi gadis berumur 16 tahun ini, belajar adalah pilihan yang paling utama baginya. Menurutnya ilmu itu sangatlah penting. Meski sepenuhnya ia belum memahami ke arah mana dunia menuntunnya. Ia masih terombang-ambing dan hanya mengikuti apa yang kaki dan otaknya pikirkan. Baginya itu suatu kewajaran. Karena di usianya memang banyak sekali remaja yang mengalami hal serupa.

Alindya menginjakan kakinya di depan gerbang sekolah barunya itu. Ini adalah salah satu SMA Negeri yang jaraknya dekat dengan tempat tinggalnya. Alasan Alindya memilih sekolah ini bukan lain adalah karena saran dari kedua orang tuanya. Selain itu ia sendiri ingin mencoba hal baru di sini.

Semuanya terasa asing saat pertama kali Alindya menginjakan kakinya di halaman sekolah barunya itu. Alindya pun dengan saksama memutar kelopak matanya. Berharap bisa bertemu dengan salah satu temannya yang juga masuk SMA ini. Setelah beberapa waktu, akhirnya teman Alindya itu muncul dari balik salah satu bangunan di sana.

Clara Aretha, itulah nama teman Alindya sejak dirinya berada di bangku kelas 1 SMP. Teman berbagi cerita, berbagi tawa, duka dan canda. Bagi Alindya ia bukan hanya sekedar teman biasa. Melainkan sudah ia anggap layaknya seorang saudara.

Setelah itu, merekapun memutuskan untuk menjelajahi lingkungan sekolah barunya itu bersama-sama.

Ketika asyik bercengkrama tanpa sengaja netra Alindya tertuju pada lelaki jangkung berkulit putih yang melintas. Tepat di sebelah bangku tempat Alindya dan Clara tempati. Ada rasa kagum terpahat sejenak dalam diri Alindya.

Bagaimana tidak, tubuh proposional lelaki misterius itu dipadukan dengan seragam yang sedikit berantakan. Sungguh perpaduan yang apik di mata seorang Alindya. Mungkin juga banyak siswi lain yang beranggapan demikian. Terbukti dengan banyaknya netra yang mencuri pandang sama seperti dirinya saat ini.

Entah waktu hendak bergurau atau hanya sebuah kebetulan. Sialnya di saat bersamaan netra cowok itu pun tanpa sengaja beradu pandang dengan netra Alindya. Sungguh Alindya ingin sekali menghilang dari sana saat ini. Di hari pertamanya, Ia sudah tertangkap basah memperhatikan cowok yang notabenya belum ia kenal itu.

Alindya berkali-kali merutuki kejadian yang baru saja menimpanya, malu sudah pasti. Fyi, Alindya ini paling anti dengan yang namanya berhubungan, apalagi sampai menggagumi lelaki seperti yang baru saja ia lakukan.

Yah, baginya lelaki itu bukan dunia yang patut ia kunjungi .

Meskipun jauh di dalam lubuk hati Alindya. Ia juga penasaran bagaimana dunia romansa remaja itu berlangsung. Lebih tepatnya bagaimana rasanya berada dalam dunia percintaan yang kata orang indahnya tanpa jeda.

Bel tanda masuk berdering, Alindya dengan segera memasuki lapangan. Ini adalah hari senin, hari di mana sudah pasti akan diadakan upacara bendera sebentar lagi. Ritual yang bisa dibilang wajib ini secara tidak langsung memang yang paling banyak dibenci oleh siswa maupun siswi sekolah. Selain harus berdiri dengan waktu yang tidak sebentar merekapun harus berkawan dengan teriknya matahari saat ini.

Alindya berdiri tepat di samping Clara. Di barisan terakhir sebelum barisan siswa lelaki. Berharap bisa mendapat sedikit keteduhan dari pohon yang berada di belakang mereka. Selang beberapa waktu akhirnya upacara selesai. Alindya dan Clara pun bergegas mencari mading. Guna mengetahui di kelas mana mereka akan menimbah ilmu selanjutnya.

Alindya menghelai nafas beratnya. Yah, Alindya dan Clara ternyata mendapat kelas yang berbeda. Alindya memperoleh kelas X Mia 3. Sementara Clara berada di kelas X Mia 2. Dengan berat hati mereka pun berpisah guna menuju kelasnya masing-masing.

Ketika memasuki kelas Alindya sedikit bingung. Bagaimana tidak, dalam satu kelas yang akan ia tempati ini. Tidak ada satupun anak yang termasuk lulusan SMP tempat sekolahnya dahulu. Dengan kata lain, hanya Alindya sendiri yang masuk kelas ini sendrian. Ketika hendak masuk seorang gadis melambaikan tangannya ke arah Alindya. Tanda ia ingin Alindya menghampirinya.

Setelah bercengkrama cukup lama, Alindya akhirnya memiliki teman baru. Alindya memang anak yang mudah bergaul, jadi tidak sulit untuknya mencari yang namanya teman. Neysha, Freya, Naomi, Kayra, dan Julie adalah teman baru Alindya di kelas barunya saat ini.

Saat seorang guru masuk para siswa dan siswi pun berhambur ke tempat duduknya masing-masing. Aduh, pekikan itu keluar dari mulut Alindya begitu saja setelah melihat ke arah samping. Yah, cowok jangkung yang tadi pagi Alindya temui ternyata juga berada di kelas yang sama dengannya saat ini.

Reynaldi Pratama, itulah nama cowok yang beberapa hari ini mengusik dunia Alindya. Meskipun cowok ini terbilang murid baru, tetapi sosoknya sudah tidak asing lagi bagi semua siswa dan siswi disini. Alasannya sudah pasti karena ketampanan dan perannya di Ekstrakurikuler. For your information, Reynaldi ini dari awal sudah mengikuti Ekstrakurikuler paskibra. Belum lagi ia sudah ditunjuk menjadi ketua angkatan kelas X dalam eskul tersebut.

Hari ini diawali dengan mata pelajaran matematika. Mata pelajaran yang bagi kebanyakan murid sudah pasti malas untuk mengikuti. Sedangkan bagi Alindya sendiri, pelajaran satu ini adalah pelajaran favoritnya. Alindya ini termasuk murid berprestasi, jadi tidak mengherankan meskipun termasuk murid baru. Ia sudah menjadi kesayangan beberapa guru di sekolahnya.

Ketika kelas akan dimulai pak karyono yang notabenya guru mata pelajaran matematika di kelasnya. Mengusulkan untuk mengubah formasi tempat duduk. Katanya supaya lebih nyaman saat pelajaran berlangsung. Anak-anakpun menyetujui usulan tersebut dan mulai merapikan tempat duduk mereka. Leter U, itulah formasi tempat duduk yang banyak dipilih oleh para murid.

Alindya tanpa sadar kembali menghelai nafas beratnya. Alasannya sudah pasti karena cowok bernama Reynaldi. Mereka berdua mendapat tempat duduk yang notabenya berhadapan. Sungguh jantung Alindya berdetak tidak karuan.

Entah itu karena masih merasa malu atas kejadian kemaren. Atau mungkin juga karena posisi ini sungguh membuyarkan konsentrasi belajarnya. Alindya tidak bisa fokus dengan formasi duduk seperti ini.

Sepanjang pelajaran berlangsung entah perasaan Alindya saja atau memang Rey sempat mencuri pandang padanya. Alindya tidak ingin mengambil pusing dengan manusia satu di hadapannya itu. Ia memilih untuk fokus pada materi yang sedang diajarkan gurunya saat ini.

Di tengah-tengah pelajaran berlangsung, tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Saat mulai dipersilahkan masuk oleh pak Karyono. Seseorang yang sedari tadi berada di balik pintu pun melangkahkan kakinya memasuki kelas kami saat ini.

Alfarezi Kavindra, siapa yang tidak mengenal ketua osis angkatan kelas XI ini. Hidung yang terpahat sempurna, mata tajam dengan bulu mata lentik, tubuh proposional dan masih banyak lagi kelebihan yang ia miliki. Dengan kata lain, Alfa itu tipikal cowok yang mendekati sempurna. Alindya tersenyum saat Alfa menoleh ke arahnya. Tidak banyak yang tahu bahwa Alfa dan Alindya sudah bersahabat sejak Alindya masih berumur 10 tahun dan Alfa berumur 11 tahun kala itu. Lebih tepatnya sudah 6 tahun mereka bersahabat.

Bagi Alindya satu-satunya cowok yang ada dalam hidupnya hanyalah seorang Alfa. Tipikal Alindya yang sulit berinteraksi dengan lawan jenis membuatnya jarang memiliki kawan laki-laki. Alfa adalah satu-satunya yang mampu membuat Alindya mengubah sudut pandangnya itu.

Alfa membisikan sesuatu di telinga pak Karyono, setelah itu mereka berdua keluar meninggalkan kelas. Selang beberapa menit, Pak Karyono masuk kembali dan memberitahukan pada semua murid bahwa ada rapat antar guru. Beliau akhirnya memberikan tugas untuk mencatat materi saja pada pertemuan kali ini.

Bosan sudah pasti, bagaimana tidak? Ketika Alindya telah menyelesaikan tugasnya. Tidak ada satu pun kegiatan yang bisa ia lakukan. Akhirnya Alindya memilih mengikuti kelima temannya menuju kantin. Tidak bisa dipungkiri meskipun masih jam pelajaran, tetapi karena sedang diadakan rapat antar guru. Murid-murid pun memilih berhamburan ke segala arah tidak terkecuali kantin.

Ketika akan memesan makanan Alfa tiba-tiba duduk di samping Alindya. Sontak saja hal tersebut langsung menjadi pusat perhatian. Ketua osis angkatan kelas XI duduk bersama siswi baru kesayangan guru-guru. Dengan reflek Alindya memukul lengan Alfa. Alfa pun di buat terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Alindya.

"Elo ngapain sih lin? Sakit tahu," Keluh Alfa pada Alindya.

"Pindah sana malu tahu diliatin," Ujar Alindya.

Alfa hanya terkekeh mendengar penuturan Alindya. Bagi Alfa itu hal biasa saat dirinya bersama Alindya di mana pun pasti akan jadi pusat perhatian. Alfa suka hal itu, tetapi berbeda dengan Alindya sendiri. Ia tipikal gadis yang tidak suka menjadi pusat perhatian orang banyak.

"Iya ini gue mau pindah ko. Cuman mau mastiin pulang nanti jadi bareng kan?" ungkap Alfa.

Alindya hanya menjawab dengan anggukan sembari mendorong tubuh Alfa untuk lekas menjauh.

Sorot mata tajam ke lima teman Alindya pun tidak bisa dihindari. Alindya kembali menghelai nafas beratnya.

Di lain tempat Rey memperhatikan kejadian barusan. Ada banyak tanda tanya yang muncul di benak Rey. Rey pun dengan reflek berjalan mendekat ke arah Alindya duduk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!