05. Perpustakaan

Alindya memasuki kelas dengan sedikit tergesah-gesah. Alindya lupa kalau hari ini ia ada piket kelas. Masih ada waktu 10 menit lagi sebelum bel masuk berbunyi. Ketika berjalan, Alindya sadar semua murid memperhatikannya. Ada yang menunjukkan secara terang-terangan, ada yang berbisik, dan ada juga yang dengan sengaja menggodanya. Alindya akhirnya ingat, alasan mengapa teman-temannya begitu. Karena terlalu hanyut dengan keadaan kemaren bersama Alfa. Alindya jadi melupakkan soal cowok bernamakan Reynaldi.

Alindya jadi ragu untuk memasuki kelas. Sungguh bisakah ia menghilang saja detik ini. Alindya masih berdiri mematung di depan kelasnya.

"Hey Lin.." Sapa Freya dari belakang sembari menggandeng tangan Alindya untuk masuk ke kelas mereka.

Sontak netra semua murid tertuju pada Alindya ketika ia memasuki kelas. Alindya hanya tersenyum kemudian memilih untuk segera duduk di tempatnya. Ia mengurungkan niatnya untuk melaksanakan piket kelas. Apalagi alasannya jika bukan karena Reynaldi terus menatapnya. Alindya jadi bingung dibuatnya.

Selang beberapa menit pintu di ketuk dari luar. Alfarezi Kavindra memasuki kelas setelah meminta ijin pada seluruh penghuni di sana. Alfa menghampiri Alindya sembari membawa sebuah buku paket Kimia.

"Lin buku elo ketinggalan." Ucap Alfa sembari memberikan buku ke Alindya.

"Ya ampun gue lupa. Maaf ya Al ngerepotin." Ungkap Alindya.

"Enggak papa Lin. Btw mukanya kenapa tegang gitu? Karena Rey ya ?" goda Alfa sembari berbisik dengan suara pelan. Tentu saja yang mendengar semua itu hanya mereka berdua.

Sontak Alindya membulatkan kedua bola matanya. Karena reflek Alindya mencubit perut Alfa. Alfa hanya terkekeh sembari mengelus kepala Alindya.

"Gue balik ke kelas dulu. Semangat belajarnya Lin." Ungkap Alfa seakan-akan sengaja membuat Rey naik pitam.

Di sisi lain, Rey duduk sembari memegang gitarnya. Ketika Alindya memasuki kelas. Sontak mata Rey tertuju pada gadis itu. Entah karena alasan apa. Rey sungguh sulit memalingkan wajahnya ke arah lain. Alindya begitu menarik di matanya. Fokus Rey buyar tatkala seseorang memasuki kelasnya.

Alfarezi Kavindra berjalan sembari membawa sebuah buku. Rey bisa menebak bahwa ketua osis angkatan kelas XI itu. Pasti akan mendekat dan menghampiri Alindya. Bukan tebakan yang sulit. Bahkan semua murid pun pasti akan dengan benar menebaknya.

Siapa yang tidak tahu hubungan Alfa dengan Alindya. Sahabat?? Bagi Rey itu hanya manipulasi dari seorang Alfa. Seseorang yang menggunakan topeng persahabatan. Bukankah dia tidak pantas disebut seorang pria sejati. Itulah pandangan Rey pada seseorang bernamakan Alfarezi Kavindra.

Alfa berbisik di telinga Alindya. Reynaldi sedikit penasaran sebenarnya apa yang dikatakan Alfa kepada Alindya. Wajah gadis itu sedikit memerah. Apalagi saat Alfa mengelus kepala gadis itu dengan lembut. Sungguh ada bara yang sedikit menyala dalam hati Reynaldi. Namun ia menahannya, untuk saat ini ia memang tidak berhak. Alindya belum memberikan jawabannya. Sungguh Alfa seperti mengangkat pedang perang ke arahnya. Reynaldi mengalihkan fokusnya pada gitar yang ia pegang. Rey tidak ingin Alindya menyadari bahwa Reynaldi sedang memperhatikannya dengan Alfa.

Setelah Alfa pergi, Reynaldi menghampiri Alindya. Namun niatnya tertahan, karena bel tanda masuk berdering. Reynaldi kembali ke tempat duduknya. Bersamaan dengan masuknya guru kimia mereka, Pak Dedi. Selang beberapa waktu bel tanda istirahat berbunyi. Pak Dedi pun mengakhiri kegiatan mengajarnya.

Alindya dengan segera berdiri dan keluar dari kelas. Setelah berpamitan dengan kelima temannya. Alindya akan ke perpustakaan karena ia harus mengantarkan buku yang dua hari lalu ia pinjam. Sesampainya di perpustakaan Alindya memilih untuk duduk dan sejenak membaca buku. Sembari menunggu petugas datang untuk menyerahkan buku pinjamannya itu.

Reynaldi tiba-tiba duduk di samping Alindya. Sontak Alindya dibuat terkejut dengan kehadiran Reynaldi. Reynaldi datang ke perpustakaan dengan kedua temannya, Javas Athaya dan Syauqi Arjune. Sungguh pemandangan yang langka menurut Alindya. Ditambah lagi keadaan perpus saat itu sungguh sepi. Hanya mereka berempat yang berada di tempat itu. Javas dan Arjune memilih duduk jauh dari Alindya dan Reynaldi. Sungguh Alindya tidak tahu harus bereaksi apa. Hingga yang tercipta adalah keheningan diantara mereka.

Karena bosan, Arjune dan Javas berpamitan pada Rey untuk ke kantin terlebih dahulu. Meninggalkan mereka berdua di sana. Sungguh kemana perginya petugas perpus saat ini. Alindya ingin sekali menghilang dari sana detik itu juga.

"Lin elo enggak ke kantin?" tanya Rey memecah keheningan.

"Bentar lagi ko Rey. Cuman mau nungguin mba Kolbi. Kan gue mau balikin buku ini." Jawab Alindya sembari menunjuk dua buku dihadapannya.

"Elo canggung gitu sama gue. Santai aja kali Lin. Gue ga bakal minta elo jawab sekarang. Jalanin aja dan gue pasti bakal nunggu sampai elo siap buat jawab itu." Ungkap Rey sembari menatap Alindya .

"Thanks ya Rey." Jawab Alindya sembari tersenyum kecil.

"Pulang nanti elo ada latihan KIR kan?" tanya Rey.

Alindya hanya mengangguk sembari tersenyum kecil.

Fyi, Alindya itu sudah ditunjuk menjadi kandidat dalam pemilihan ketua Ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) di sekolahnya. Dua hari lagi adalah vote umum pemilihannya itu. Ia dicalonkan dengan dua kandidat lainnya. Anehnya, semua kandidat itu adalah perempuan. Memang tidak bisa dipungkiri, satu-satunya eskul yang mayoritas anggotanya perempuan sudah pasti eskul KIR. Alindya sendiri masuk eskul tersebut karena ia sangat menyukai dunia sains.

Pulang sekolah Alindya kembali disibukkan dengan kegiatan eskulnya. Ditengah-tengah kegiatan, karena terik matahari siang itu. Alindya beristirahat sejenak di depan perpustakaan. Sembari membersihkan keringatnya yang mulai bercucuran. Rey tiba-tiba menghampiri Alindya. Rey saat itu juga memang sedang mengikuti latihan eskul paskibranya.

"Haus enggak Lin?" ucap Reynaldi. Sontak saja Alindya terkejut dibuatnya.

"Sedikit Rey." Jawab Alindya sembari mengalihkan pandangannya ke arah anak-anak eskul lainnya.

"Ini gue tadi beli minuman." Ungkap Reynaldi sembari menyodorkan botol minuman dingin pada Alindya.

"Enggak usah Rey. Buat elo aja, kan elo juga capek abis latihan paskib." Tolak Alindya.

"Enggak papa Lin, please ambil ya." Ujar Rey sembari memohon.

"Tapi gue ganti uangnya ya." Ungkap Alindya.

"Enggak usah Lin ambil aja, gue ikhlas ko." Jawab Reynaldi.

Alindya akhirnya mengambil botol minuman tersebut. Ia kemudian berpamitan pada Rey untuk kembali berkumpul dengan teman-teman eskulnya.

"Cie yang dikasih perhatian." Ucap Neysha sembari menggoda Alindya.

Alindya hanya menunduk dan sedikit salah tingkah di depan Neysha.

Neysha dan Alindya memang berada di eskul yang sama. Sementara Naomi dan Kayra berada di eskul paskibra. Kalau Julie, ia tidak mengikuti eskul apapun. Dan Freya, dia berada di eskul PMR. Eskul yang sama dengan Alfarezi Kavindra.

Di lain sisi, Alfa memperhatikkan Alindya dan Reynaldi dari kelas tempat ia melaksanakkan eskulnya. Hanya senyum yang bisa ia tunjukkan saat melihat Alindya dengan Reynaldi. Ia kemudian masuk ke kelas dan kembali menyibukkan diri dengan kegiatan eskulnya.

Menjelang sore hari, anak-anak eskul berhamburan keluar halaman sekolah. Mereka akan pulang ke rumahnya masing-masing dan menutup kegiatan sekolahnya hari ini. Alindya keluar gerbang bersama keempat temannya. Freya, Naomi, Kayra, dan Neysha. Setelah berpamitan merekapun berpisah.

Alfa datang dengan motor Suzuki GSX 150 hitam miliknya dari arah belakang Alindya.

"Mau bareng enggak Lin." Tanya Alfa sembari sengaja mengagetkan Alindya yang sedang fokus dengan gadgetnya.

"Ya ampun Al, hobi banget ngagetin anak orang. Untung jantung gue udah terlatih." keluh Alindya.

"Iya deh iya maaf maaf." Ucap Alfa sembari tersenyum.

Mereka akhirnya pulang bersama meninggalkan halaman sekolahnya itu. Dari jauh Reynaldi memperhatikkan mereka.

"Tetaplah disampingnya, jika suatu hari nanti ia berhasil gue raih. Jangan pernah berharap kesempatan kedua ada buat elo Al." Ucap Reynaldi sembari mengepalkan satu tangannya.

Javas dan Arjune hanya bergidik melihat tatapan dan ucapan Rey saat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!