Alindya kembali menaiki motor Alfa. Mereka berjalan membelah jalanan yang ramai. Menikmati sepoi angin yang menerpa kulit keduanya dengan lembut. Udara setelah hujan memang sangatlah menyejukan.
Masih teringat jelas di ingatan Alindya. Bagaimana senyum Rey beberapa saat yang lalu. Saat mereka bercengkrama untuk pertama kalinya. Itu tidak lepas dari campur tangan sahabat terbaiknya. Siapa lagi kalau bukan Alfarezi Kavindra.
Sesampainya di depan rumah. Alindya pun beranjak turun dari motor milik Alfa. Ia sempat menawari Alfa untuk mampir terlebih dahulu. Tetapi Alfa menolak, karena hari memang sudah petang. Saat hendak membuka gerbang tiba-tiba Alfa memanggil nama Alindya. Sontak saja Alindya menoleh ke arah Alfa.
"Kenapa Al??" tanya Alindya.
"Rey itu menurut elo gimana Lin?" ungkap Alfa.
Alindya tersenyum kecil kemudian menjawab.
"Dia baik dan juga menyenangkan, emangnya kenapa Al?" tanya Alindya.
"Enggak papa nanya doank." Jawab Alfa sembari menggaruk rambutnya yang tidak gatal.
Setelah mengucapkan kalimat itu Alfa berpamitan untuk segera pulang.
Alindya akhirnya bisa merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Jujur hari ini sungguh melelahkan baginya. Tiba-tiba Pertanyaan Alfa tadi kembali berputar di kepalanya. Meskipun Alindya bisa menjawab dengan tenang dan tanpa rasa gugup sedikitpun. Tetapi tetap saja di dalam hatinya ia sendiri masih bingung. Sebenarnya bagaimana tanggapan ia terhadap Reynaldi. Tidak ingin mengambil pusing. Alindya memutuskan untuk membersihkan tubuhnya yang sempat terkena air hujan.
Setelah selesai membersihkan diri. Alindya memutuskan untuk menyibukan diri dengan gadget miliknya. Hari ini tidak ada tugas. Jadi ia bisa bersenang-senang sejenak. Saat baru menyalakan gadget. Notifikasi muncul berkali-kali. Yah, pasti notifikasi dari group kelima teman Alindya. Fyi, mereka membuat group di aplikasi hijau dengan nama SixPrincess. Tentu saja di dalamnya hanya terdapat mereka berenam. Hal yang banyak mereka bicarakan di dalam group sudah pasti tidak pernah berarah. Tapi Alindya sungguh bersyukur bisa mengenal mereka. Dan karena mereka juga hidup Alindya menjadi berwarna setiap harinya.
(GROUP)
SixPrincess
Freya Zemira
Lin ...
Lin ...
Lin ...
Lin ...
^^^Naomi Divya^^^
^^^Kenapa sih ra?^^^
Freya Zemira
Gue bukan manggil elo Div
^^^Naomi Divya^^^
^^^Ya ampun gue walinya, kenapa emang?^^^
Freya Zemira
Enggak waras ya elo Div
^^^Neysha Azkia^^^
^^^Tim menyimak^^^
Julie Valda Angelista
Tim menyimak 2
^^^Kayra Almira^^^
^^^Tim menyimak 3^^^
Alindya Sheila Puteri
Kenapa ra?
^^^Kayra Almira^^^
^^^Tuh nongol anaknya ra^^^
Freya Zemira
Kangen lin ... !!
^^^Alindya Sheila Puteri^^^
^^^No coment^^^
Julie Valda Angelista
No coment 2
^^^Kayra Almira^^^
^^^No coment 3^^^
Naomi Divya
No coment 4
Setelah membalas pesan tidak jelas dari kelima temannya itu. Alindya memutuskan untuk beristirahat secepatnya. Ia ingin pagi lebih cepat membangunkannya. Entah kenapa Alindya ingin sekali segera berangkat ke sekolah.
Keesokan harinya, Alindya dijemput Alfa dengan motor Suzuki GSX 150 hitam miliknya. Alindya tidak berniat menolak ajakan Alfa. Karena hari ini Alindya memang bangun kesiangan. Entah apa alasannya padahal ia tidur lebih awal.
Setelah sampai di halaman sekolah. Alfa memarkirkan motornya di dekat pohon yang teduh. Alindya menunggu Alfa sembari membawa hasil prakarya di tangannya. Ini adalah prakarya milik Alfa. Pria itu sepertinya mendapat tugas untuk membuat prakarya dan membawanya hari ini.
Alfa menoleh ke arah Alindya dan mengambil prakarya miliknya.
"Gue duluan ke kelas ya Lin." Ungkap Alfa.
Alindya hanya mengangguk kemudian merekapun berpisah. Guna menuju kelasnya masing-masing.
Di tengah koridor Alindya kembali menoleh ke belakang. Ini di karenakan seseorang memanggil namanya. Saat menoleh Alindya sedikit terkejut. Asal suara itu berasal dari Rey. Yah, Rey yang memanggil namanya tadi.
"Kenapa Rey?" tanya Alindya.
"Boleh minta nomor elo enggak?" ungkap Rey.
"Buat ... ????" tanya Alindya dengan polosnya.
"Tambah kontak aja Lin." Jawab Rey.
Alindya akhirnya memberikan nomor ponselnya ke Rey. Tanpa sedikitpun menaruh curigah atau semacamnya. Kan bagus kalau punya banyak teman. Begitu kiranya ungkapan hati seorang Alindya.
Sesampainya di kelas Alindya menghampiri kelima temannya. Sontak Freya, Naomi, Kayra, Julie, dan Nesya menoleh serempak ke arah Alindya.
"Lin boleh nanya enggak?" ungkap Nesya.
Alindya hanya mengangguk tanda mengiyakan pertanyaan Nesya.
"Elo sama Alfa sebenarnya ada hubungan apa?" tanya Freya.
Alindya hanya tertawa mendengar penuturan kelima temannya itu. Alindya mengerti, pasti kelima temannya ini terlalu kepo dengan sosok Alfa.
Alindya akhirnya menceritakan alasan kenapa ia dan Alfa sangat dekat. Kelima temannya pun akhirnya mengerti akan hal itu.
"Lin menurut elo Alfa itu gimana?" tanya Julie tiba-tiba.
"Dia berarti buat gue." Ungkap Alindya penuh arti.
Tanpa sadar senyum terlukis di bibir Alfa yang sedari tadi berada di balik pintu.
"Elo juga lebih dari berarti buat gue Lin." Ucap Alfa.
Alfa mengurungkan niatnya untuk kembali menemui Alindya. Menurutnya sedikit aneh jika dia muncul setelah mendengar penuturan Alindya tadi. Alfa kembali ke arah lorong dekat tangga guna menuju kelasnya. Ada rasa bahagia yang tidak bisa dijabarkan oleh rangkaian kata-kata. Saat ini untuk detik ini saja Alfa ingin waktu berhenti. Sampai akhirnya ia menggelengkan kepalanya. Tanda ia harus membuang sesuatu yang begitu salah di benaknya.
Lain halnya dengan Alindya. Ia kembali diam setelah mengatakan kalimat tadi di depan kelima temannya. Ada rasa yang lebih dalam. Ada harap yang ia sendiri tidak tahu akan kemana singgahnya. Dia sepenuhnya mengerti. Hanya saja ini sesuatu yang harusnya tidak boleh ia sirami terus menerus.
Lamunan Alindya buyar seketika saat menyadari Rey sudah duduk di sampingnya.
"Oh hey Rey." Sapa Alindya dengan penuh rasa canggung.
"Elo dari tadi enggak nyadar gue disini Lin?" ungkap Reynaldi sembari menaikkan satu alisnya.
Alindya hanya membalas dengan senyuman kecil. Jujur Alindya merasa sedikit tidak nyaman dan malu. Dikarenakan tatapan-tatapan dari teman sekelasnya. Termasuk kelima teman Alindya yang berada tidak jauh dari radarnya.
"Kenapa ya Rey tumben elo ke sini ?" tanya Alindya.
"Pulang sekolah ajarin gue matematika mau enggak?" ungkap Rey.
"Matematika? Gue?" ucap Alindya sembari menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Iya elo , tadi gue nanya pak Karyono. Kata beliau karena nilai matematika gue di bawah KKM. Gue di suruh belajar sama elo." Jawab Reynaldi dengan jujur.
Alindya hanya mengiyakan karena setau ia. Reynaldi memang tidak terlalu menguasai dalam hal Intrakurikuler. Meskipun di luar itu dialah sang pemilik tahta tertinggi. Sejajar dengan sahabat terbaiknya Alfarezi Kavindra.
Ditambah lagi pesan yang dibawa oleh Freya. Yang mengatakan bahwa Pak Karyono memang memberi tugas tambahan itu untuk Alindya. Agar Alindya mengajari temannnya materi matematika setelah pulang nanti.
Bel tanda pulang berdering. Tanda pelajaran dan kegiatan kelas usai saat itu. Murid-murid dengan riang keluar dari kelasnya masing-masing. Saling berdesakan seakan-akan mereka baru saja bebas dari kurungan.
Alindya mulai menyiapkan berbagai peralatan untuk memulai tugas tambahannya. Yah, membantu temannya belajar materi matematika. Alindya sedikit terkejut ternyata bukan hanya Reynaldi. Melainkan hampir setengah murid di kelasnya ikut juga. Alindya menghelai nafas beratnya. Hari ini ia memiliki janji dengan Alfa untuk berkunjung ke rumahnya.
Akhirnya sebelum memulai kegiatannya itu. Ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Alfa. Untungnya hari ini juga, Alfa ada perkumpulan untuk tugas kelompok. Jadi Alindya sedikit lega setelah mendengar hal itu. Planningnya dengan Alfa hari ini bisa berjalan dengan lancar.
Saat memulai membuka buku, Alindya tertuju pada netra Rey. Alindya sadar Rey tidak memperhatikan buku yang berada di tangannya. Melainkan tertuju pada ia yang tengah sibuk menjelaskan materi.
"Udah kali Rey liatinnya. Buku elo itu ada ditangan. Baca kali bukan di anggurin." Celetuk Naomi memecah keheningan.
Anak-anak lain hanya memberi sorakan pada Rey dan Alindya. Alindya hanya menunduk malu. Sedangkan Rey menggaruk rambutnya yang tidak gatal sembari sedikit membuka-buka buku tidak berarah.
Setelah selesai, Alindya segera beranjak menuju parkiran. Karena Alfa sudah menunggunya di sana. Alindya pun berpamitan kepada teman-temannya .
Sesampainya di parkiran, Alindya memutar bola matanya guna mencari keberadaan Alfa . Setelah menemukan sosok Alfa . Ia pun menghampiri Alfa dengan senyum sumringan di wajahnya.
"Hey ... " Sapa Alindya dari belakang sembari menepuk punggung lebar dan kekar milik Alfarezi Kavindra.
"Seneng banget kayanya." Ejek Alfa sembari mengacak-acak puncak rambut Alindya.
"Ihhhh rambut gue berantakan tahu Al." Ungkap Alindya sembari cemberut.
Alfa hanya terkekeh melihat tingkah Alindya saat ini. Ia kemudian menyuruh Alindya untuk segera naik ke motornya. Hari ini mereka berdua akan berkunjung ke rumah Alfa. Lebih tepatnya ke rumah kecil pohon yang tepat berada di belakang halaman rumah Alfa. Mereka menyebutnya sebagai Kastil.
Tempat yang sedari dulu menjadi persinggahan mereka saat salah satu diantara mereka sedih atau pun ingin bertukar cerita. Planning mereka yaitu membersihkan kastil kecil mereka itu. Dan berniat mengganti warna dindingnya.
Setelah sampai, Alindya di sambut oleh ibu paruh baya tepat di depan pintu. Itu adalah mama Alfa yang sedang berdiri bersama adik perempuan Alfa yang berusia 14 tahun.
Fyi, Alfa itu anak tertua dari dua bersaudara. Sementara Alindya adalah anak tunggal. Jadi saat Alindya kesepian ia sering berkunjung ke rumah Alfa. Tidak heran jika keluarga Alfa dan Alindya sudah mengenal baik satu sama lain.
Alfa, Alindya, dan Keisha Aurora Kavindra atau biasa dipanggil Caca yang merupakan adik Alfa. Memutuskan untuk langsung menuju halaman belakang. Sementara mama Alfa masuk kembali ke dapur. Guna mengambil camilan untuk mereka bertiga.
"Al gue mau masang stiker Paris di dinding kanan bagus enggak?" ungkap Alindya.
"Okk, bagus juga Lin." Ucap Alfa.
Mereka memang mempunyai banyak kesamaan. Baik Alfa maupun Alindya menyukai semua yang berbau Paris, warna biru, buku novel, dan hujan. Alindya awalnya tidak suka hujan. Dingin dan menakutkan jikalau ada petir menghiasi katanya. Sementara bagi Alfa, hujan itu penenang dan obat kesedihannya . Sejak saat itu Alindya mulai menyukai hujan. Hujan mengingatkannya pada sosok Alfa. Dingin, tenang, dan kenangan mereka.
Satu hal dari mereka yang bertolak belakang. 'Kucing' Alindya paling anti dengan makhluk satu itu. Sementara Alfarezi Kavindra adalah penyuka berat kucing. Sungguh Alindya masih kesal jika mengingat kejadian 2 tahun yang lalu. Saat dirinya masih duduk di bangku SMP. Saat itu hari ulang tahunnya. Alfa dengan sengaja memberinya kotak berisi anak kucing. Dan karena hal itu juga Alindya tidak menemui Alfa lebih dari 1 Minggu lamanya.
Berbeda dengan Alfa yang terus-menerus terkekeh jikalau mengingat peristiwa itu.
Selang beberapa waktu karena bosan. Alfa mengambil gitarnya dan bernyanyi.
'Apakah kamu ingat
gang yang sepi itu?
Aku masih ingat sekarang
Hari-hari cemas
Saat aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintaimu
Apakah kamu tahu tentang itu?
Malam yang indah dari
masa lalu saat kita kecil
Aku masih mengingatnya
Apakah kamu terlalu malu untuk mengatakan apapun?
Apakah kamu tidak menyukaiku?
Aku masih belum bisa mengetahuinya
Jika kamu mendengar lagu ini
datanglah kepadaku
Sayangku, aku menunggumu
Malam ini, besok malam
dan malam setelah itu
Aku akan menunggumu selamanya.'
Alindya memejamkan matanya saat Alfa menyanyikan lagu itu.
"I don't wanna hurt you." Ungkap Alindya dalam diam. Sembari menyeka satu tetes air matanya yang berhasil lolos. Beruntung Alfa tidak menyadari hal itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Anny
Ayo Kak semangat nulisnya.
2023-08-06
1