02. Rintik Hujan

Langkah demi langkah kaki Rey membawanya mendekat ke arah Alindya. Bukan tidak menyadari, hanya saja Alindya sungguh tidak ingin berfikir yang bukan-bukan. Dan benar saja ketika jarak mereka hanya tinggal satu langkah. Rey menunduk dan menyibukkan diri dengan tali sepatunya yang lepas. Tanpa sadar Rey kembali mencuri pandang pada Alindya.

Di lain sisi, setelah menghabiskan semua makanannya. Alindya dan kawan-kawan pun memilih untuk kembali ke kelas mereka. Saat akan meninggalkan kantin Alindya kembali menoleh ke belakang, ke arah Rey tepatnya. Alindya sendiri merasa bingung dengan sosok yang satu ini. Ada sesuatu yang tidak bisa Alindya jabarkan. Sungguh Alindya tidak ingin mengambil pusing tentang makhluk satu itu lagi. Alindya tidak ingin menguras otaknya hanya untuk memecahkan teka-teki bernamakan Reynaldi Pratama.

Bel tanda pulang berdering. Seluruh murid berhamburan keluar dengan riangnya. Alindya mulai memasukkan bukunya satu persatu ke dalam tas. Neysha sedang sibuk dengan pantulan dirinya di kaca. Freya sedang sibuk dengan game di layar handphonenya. Naomi sibuk dengan konser tunggal sholawatnya. Sementara Kayra dan Julie sudah pamit pulang terlebih dahulu.

"Lin elo ko bisa akrab gitu sama Alfa?" ungkap Neysha memecah keheningan.

Freya dan Naomi pun reflek menghadap Alindya sembari menunggu jawaban dari Alindya secara langsung.

Alindya tersenyum sembari merapikan rambutnya. Saat hendak mengeluarkan suara.

"Lin ayoo ... !" panggil Alfa dari balik pintu secara tiba-tiba.

Alindya pun menoleh dan langsung berjalan mendekati Alfa. Meninggalkan ketiga temannya yang berteriak memanggil namanya. Sudah pasti mereka dibuat penasaran oleh Alindya.

Alindya kembali menoleh sembari terkekeh melihat raut wajah dari ketiga temannya itu.

Reynaldi masih duduk di tempatnya tanpa sedikitpun ingin beranjak. Melihat apa yang baru saja dilakukan Alindya dan ketiga temannya. Senyum tipis tergambar begitu saja di sudut bibirnya.

"Masih sama." Ungkapnya penuh arti.

Di gerbang sekolah, Alindya dan Alfa berjalan berdampingan. Tentu saja banyak pasang mata yang saat ini memperhatikan gerak- gerik mereka.

"Al bunda gue nitip salam buat elu sama keluarga. Katanya kapan-kapan elo disuruh main ke rumah." Ungkap Alindya.

"Siappp." Jawab Alfa sembari menyalakan motor Suzuki GSX 150 hitam miliknya.

Jujur Alindya paling tidak suka jika Alfa menggunakan motor itu ketika bersamanya. Lebih tepatnya, karena tidak nyaman dan sangat mengundang perhatian. Alindya sungguh tidak menyukai hal seperti itu.

Alindya dan Alfa akhirnya bergegas meninggalkan halaman sekolahnya.

Di tengah perjalanan Alfa menghentikan motornya.

"Mau ngapain ko berhenti Al? " tanya Alindya.

"Beli makanan dulu gue laper. " Jawab Alfa.

Alindya hanya mengangguk sembari turun dari motor Alfa. Ia memilih untuk menunggu di luar saja. Alasannya sudah pasti karena di sekitar tempat Alfa membeli makanan ada banyak kucing. Fyi, Alindya paling takut dengan makhluk satu itu. Tidak, lebih tepatnya hanya sedikit geli katanya. Alfa tahu hal itu, jadi ia tidak memaksa Alindya untuk ikut masuk bersamanya.

Selesai membeli makanan, mereka pun memutuskan untuk segera pulang. Langit memang mulai memberi isyarat bahwa sebentar lagi akan turun rintik hujan. Jadi mereka tidak ingin diguyur hujan. Ditambah lagi mereka juga tidak membawa payung ataupun jas hujan.

Di tengah jalan hujan turun dengan derasnya. Dengan terpaksa mereka berdua berteduh di salah satu cafe terdekat.

"Elo enggak bawa jaket lin?" tanya Alfa.

Alindya hanya menggeleng sembari merapikan rambutnya yang sedikit basah terkena rintik hujan.

Alfa membuka tasnya dan mengeluarkan hoodie hitam miliknya.

"Ini pakai nanti elo sakit." Ungkap Alfa sembari menyodorkan Hoodie miliknya itu.

"Elo gimana Al?" tanya Alindya.

"Gue cowok lin lebih kuat dari yang elo bayangin." Jawab Alfa.

"Alaynya kumat." Sindir Alindya.

Mereka pun terkekeh setelahnya.

Selang beberapa menit hujan belum juga redah. Sosok cowok tinggi berlari ke arah Alindya dan Alfa setelah memarkirkan motornya. Baju cowok itu sudah basah kuyup akibat diguyur hujan. Belum lagi rambut dan kulitnya yang pucat terkena angin. Sial, pekik Alindya dalam hati. Pesona cowok itu sungguh bertambah berkali-kali lipat dari sebelumnya. Siapa lagi jika bukan pemilik nama lengkap Reynaldi Pratama.

"Semesta sungguh sangat suka bergurau." Ungkap Alindya dalam hati berkali-kali.

...'Kamu terlalu jauh untuk aku rengkuh....

...Kedekatan itu pun, hanyalah...

...harap dan luka yang kuciptakan sendiri.'...

..._Reynaldi Pratama_...

Reynaldi baru saja melaju dengan motor Honda CB150 Verza hitam miliknya. Meninggalkan pekarangan sekolah yang mulai ditinggalkan para penghuninya. Ditemani oleh kedua teman sejatinya. Siapa lagi kalau bukan Syauqi Arjune dan Javas Athaya. Ketiganya melaju dengan kecepatan yang tinggi. Hal biasa yang sering mereka lakukan ketika pulang sekolah. Tanpa memikirkan akibat dari tingkah mereka. Bagi mereka ada kesenangan tersendiri saat melakukan hobi anehnya itu.

Di tengah perjalanan, motor Honda CB150 Verza merah milik Javas mogok. Alhasil mereka bertiga harus berhenti sejenak. Guna menemani Javas ke bengkel terdekat. Setelah menemukan tempat yang mereka cari. Mereka memutuskan untuk berpisah. Tentu saja hal ini dikarenakan arah pulang Javas dan Arjune searah. Jadi mereka berdua memutuskan untuk menetap dahulu di bengkel. Sementara Reynaldi, arah rumahnya berbeda dari dua temannya itu. Rey memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Ia pun berpamitan dengan kedua temannya itu.

Lima menit berlalu kala Rey telah melajukan motornya. Rintik hujan turun sedikit demi sedikit. Rey memilih terus melajukan motornya dan tidak menghiraukan tiap rintik yang menyapa tubuh yang masih lengkap dengan seragam itu. Lama-kelamaan bukannya redah hujan malah semakin deras. Dengan terpaksa Rey menghentikan motornya di salah satu cafe yang tidak jauh dari tempat ia sekarang. Sialnya tubuh Rey sudah terlanjur terguyur derasnya hujan. Alhasil ia berteduh dengan tubuh yang basah kuyup. Hawa dingin mulai menggerogoti tubuh Rey.

Ketika sampai di depan cafe mata Rey membulat sempurna. Gadis itu ada di sana juga. Siapa lagi kalau bukan Alindya Sheila Puteri. Gadis yang menurutnya memiliki banyak daya tarik. Rey berusaha bersikap sewajarnya. Ditambah lagi di samping kanan Alindya saat ini ada sosok pria bernamakan Alfarezi Kavindra. Siapa yang tidak mengenal seorang Alfa. Ketua osis angkatan kelas XI. Kakak kelasnya yang tidak kalah populer dari Rey sendiri.

Ingin rasanya Rey menyapa gadis di sampingnya ini. Hanya saja ia sedikit bingung harus memulai dengan cara bagaimana. Harus diawali dengan kata seperti apa. Belum lagi bagaimana jika gadis ini tidak membalas sapaannya. Bagaimana jika laki-laki yang di samping gadis itu bukan sekedar seorang teman. Jujur Rey sedikit merasa aneh dengan sosok Alfa. Bagaimana tidak, seorang Alfa bisa berubah 180 derajat sikapnya saat bersama gadis ini. Itu yang Rey lihat dari kacamata milikinya.

Rey terus saja sibuk dengan otaknya yang semakin berkecambuk itu. Sementara Alindya memalingkan wajahnya menghadap Alfa. Tentu saja Alindya berusaha menyibukkan dirinya. Dengan cara mengalihkan perhatiannya pada Alfa.

"Al elo yakin enggak kedinginan?" tanya Alindya.

"Sedikit sih Lin tapi enggak papa. Hujan juga udah mulai redah ko." Jawab Alfa.

Alindya hanya membalas dengan senyum di wajahnya. Memang benar perkataan Alfa hujan memang sudah mulai redah sekarang.

Di lain sisi, Alfa mulai memalingkan wajahnya ke arah kiri Alindya. Alfa pun tersenyum kecil melihat sosok di samping kiri Alindya.

"Hey Rey elo kehujanan juga ya?" tanya Alfa sembari menepuk bahu Reynaldi.

Rey tersenyum kecil sembari mengangkat tangannya guna menyapa Alfa.

"Iya ni Al, hujannya kaya cinta datangnya tiba-tiba." Jawab Rey sembari menatap Alfa.

Alfa hanya terkekeh mendengar lelucon dari seorang Reynaldi. Tanpa sadar Alindya pun ikut tertawa dibuatnya.

Merekapun bercengkrama cukup lama. Tidak ada lagi canggung diantara ketiganya.

Mereka memutuskan untuk berpisah dikarenakan hari mulai sore. Ditambah keadaan Rey yang basah kuyup. Membuat Alfa dan Alindya tidak tega melihat Rey yang menggigil dan bibir Reynaldi pun mulai membiru.

Setelah berpamitan, Rey melajukan motornya terlebih dahulu. Setelah melihat punggung Rey yang makin menjauh. Alfa mengalihkan pandanganya ke arah Alindya.

"Ayuu pulang." Ucap Alfa.

Alindya hanya mengangguk tanda menyetujui ajakan Alfa.

Setelah sampai di depan rumah Alindya. Alfa pamit kepada Alindya untuk segera pulang. Saat Alindya akan memasuki gerbang rumahnya. Alfa memanggil Alindya. Sontak Alindya menoleh ke arah Alfa.

"Kenapa Al??" tanya Alindya.

"Rey itu menurut elo gimana Lin?" ungkap Alfa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!