Oceane

Oceane

Chapter 1 - Pertemuan

Di tengah malam yang gelap, di tengah samudera, segerombolan makhluk misterius dengan badan setengah ikan sedang berputar-putar mengelilingi sebuah perahu nelayan. Suara senandung yang merdu tapi juga menyeramkan menembus telinga para nelayan yang ada di perahu itu, seolah-olah terbius dengan suara merdu itu membuat mereka linglung dan tidak sadar bahwa mereka berada dalam bahaya.

"Hmmm~ hmm~ hmmm~"

Tidak ada kalimat yang terucap dari bibir segerombolan makhluk misterius itu, tapi suara senandung mereka mampu membius siapapun yang mendengarnya.

Setelah beberapa saat salah satu dari mereka mengibaskan ekornya hingga membelah perahu. Ketika perahu terbelah, dan para nelayan jatuh ke air laut segerombolan makhluk misterius itu langsung menyerang para nelayan. Seketika air laut di sekitar mereka berubah menjadi merah karena tercampur darah.

*

Mereka adalah sekelompok siren, makhluk mitologi yang hampir mirip dengan mermaid. Sama-sama berwajah cantik dan bersuara merdu. Yang membedakan adalah sifat dan warna ekor mereka. Jika mermaid lemah lembut dan penyayang, maka siren sebaliknya. Mereka memiliki sifat yang kejam, dan beringas. Mereka haus darah, dan tidak memiliki rasa kasihan.

Jika mermaid memiliki warna ekor yang cenderung cerah seperti pink, biru, oranye, atau perpaduan dari warna-warna tersebut. Sedangkan Siren cenderung memiliki warna ekor yang gelap dengan sirip yang sangat tajam.

*

Pembunuhan sepuluh orang nelayan sekaligus yang dilakukan oleh sekelompok siren itu ternyata membuat dewi laut murka. Dewi Laut sudah lama menoleransi kejahatan siren karena tahu itu sifat alami mereka, tapi kali ini tidak. Dewi Laut murka karena kali ini mereka sudah kelewatan.

JDARR!! JDARR!! Petir menggelegar menyambar satu persatu siren yang ikut andil dalam menyerang sepuluh nelayan beberapa saat yang lalu.

"Ii! Ii! Ii!"

Mereka berteriak tidak karuan, berenang kesana kemari untuk menghindar dari amarah Dewi Laut. Sekelompok siren itu kalang kabut. Termasuk seorang siren dengan ekor paling panjang diantara kelompoknya dan berwarna hijau gelap berkilauan, sirip yang bahkan lebih tajam dari pisau, dan juga tanda tengkorak memakai mahkota dibelakang telinganya, salah satu siren yang memiliki sifat paling kejam, dia yang tadi mengibaskan ekornya hingga membelah perahu para nelayan itu.

Lima siren yang bersamanya menyerang para nelayan tadi sudah mati ditangan dewi laut. Hanya tersisa dia sendirian.

JDARR!!

"Aaakhh!!"

Dan akhirnya dia terkena petir yang dilepaskan oleh Dewi Laut. Tapi dia tidak mati, dia hanya pingsan. Tubuhnya terombang-ambing di lautan mengikuti arah ombak.

Di sisi lain, seorang cowok diam menatap ke arah laut. Tatapan menggambarkan tatapan mata heran. Dilihatnya sekelilingnya cerah tidak ada mendung, bahkan bulan dan bintang terlihat dengan jelas. Tapi jauh di tengah laut sana, matanya dengan jelas melihat kilat yang menyambar-nyambar bahkan ketika tidak ada mendung di atas sana.

"Apa-apaan itu?" gumam cowok itu, dengan tatapan terpaku pada petir yang masih menyambar ditengah laut.

"Woy Bi! Ngapain lo? Masuk! Udah tengah malam, lo mau di culik setan?!" teriak seorang cowok seumurannya dari balkon perumahan.

Abian Rajakshaa, seorang cowok berusia delapan belas tahun yang malam ini sedang liburan bersama teman-temannya karena sedang libur semester satu. Memiliki sifat kalem, ramah, tapi jika sudah marah seketika dia menjadi sangat menyeramkan.

Cowok itu segera masuk karena memang sudah larut malam. Belum lagi mengenai rumor yang beredar di kalangan nelayan mengenai makhluk mitologi siren yang cukup membuat bulu kuduknya berdiri.

"Ngapain sih lo diluar jam segini?" tanya cowok yang memanggilnya tadi.

"Lihat laut." jawab Abi apa adanya.

"Njirr, lo serius? Keluar tengah malam cuma buat lihat laut?"

"Hmm iya. Lo sendiri? Bukannya biasanya lo juga keluar tengah malam buat lihat bulan?" tanya Abi yang langsung disambut tawa oleh sahabatnya itu.

Iqbal Devandra, salah satu sahabat Abi yang merupakan cowok penyuka bulan dan bintang. Memiliki sifat yang ceria dan juga ceplas-ceplos kalau berbicara. Dan juga agak gesrek otaknya.

"Biarin, bulan mah cantik. Kayak neng Citra." sahut Iqbal.

Plak!

"Bucin Citra melulu, noh Milea nangis nyariin lo." timpal Raditya Maheswara. Cowok penyuka musik dengan kesabaran yang setipis tisu dibagi menjadi dua.

"Apa hubungannya anjer?! Milea mah sama Dilan!"

"Aktornya kan Iqbal." sahut Radit dengan wajah datarnya.

"Terserah lo dah anak anj.." akhirnya Iqbal mengalah daripada kena semprot lagi

Abi tertawa kecil melihat tingkah kedua sahabatnya tersebut. "Udah-udah, ayo tidur. Udah larut." ajak Abi.

Ketika semuanya sudah tertidur lelap, tapi Abi masih belum bisa tertidur. Cowok itu menoleh melihat Iqbal dan Radit yang sudah tertidur pulas. Karena tidak bisa tidur Abi beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon. Matanya mengarah ke tengah laut, petir sudah tidak menyambar-nyambar lagi.

Jujur saja dia sangat penasaran dengan rumor yang tersebar di kalangan nelayan mengenai makhluk mitologi Siren yang katanya selalu membahayakan para nelayan yang pulang terlambat. Makanya dia tadi memberanikan diri mendekati laut ketika tengah malam.

"Laut sudah tenang...." gumam Abi.

Tiba-tiba seseorang memanggilnya dari balkon sebelah.

"Abi!"

Abi menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya. Itu adalah Rania Axellyn. Salah satu sahabat perempuan Abi. Gadis periang, cerewet, memiliki sifat kepo dan juga galak.

"Lo belum tidur?" tanya Abi.

"Belum, gue nggak bisa tidur." jawab Rania sambil menatap ke arah laut.

"Lihat apaan?" Abi bertanya lagi.

"Nggak ada sih, cuma penasaran aja. Akhir-akhir ini lo kayak tertarik sama laut. Ada apa memangnya?" tanya Rania balik dengan ekspresi wajah penasaran.

Abi menggelengkan kepalanya. "Lagi suka laut aja, nggak lebih." jawab Abi. Ketika Rania hendak melontarkan pertanyaan lagi, Abi terlebih dahulu menyela. "Tidurlah, sudah malam." kata Abi lalu segera masuk karena tidak ingin ditanya lebih banyak lagi.

*

Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali, tepatnya ketika matahari akan terbit. Iqbal, Radit, Rania, dan juga Citra langsung pergi ke pantai untuk mencari Abi. Tapi, mereka dikejutkan dengan Abi yang menggendong seorang gadis dengan keadaan telanjang bulat. Tubuh gadis itu hanya ditutupi jaket milik Abi.

"Anjer, lo habis ngapain nying?!" tanya Iqbal dengan wajah shock berat melihat sahabatnya menggendong gadis telanjang.

"Jangan salah paham! Gue nemuin gadis ini terdampar di pinggir pantai!" kata Abi dengan cepat agar teman-temannya tidak salah paham.

"Cantik banget tapi pucat.. kayaknya dia semalaman terombang-ambing di laut." ujar Citra sambil mengelus pipi gadis di gendongan Abi.

"Bawa ke penginapan saja, kita obati luka-lukanya disana." kata Rania yang langsung disetujui oleh semuanya.

Mereka segera kembali ke penginapan. Rania dan Citra membantu gadis itu memakai pakaian lalu mengobati luka-luka yang ada ditubuhnya.

"Kalau dia dari laut, bagaimana bisa dia mendapatkan luka bakar?" gumam Rania bertanya-tanya.

"Sudahlah, obati saja dulu. Nanti setelah dia sadar kita bisa menanyakan langsung kepadanya." sahut Citra sambil mengobati luka bakar di kaki gadis itu.

Citra Fanandira, gadis cerdas dan pemberani. Selalu optimis dan tidak pernah berbohong. Semua kata-kata yang keluar dari bibirnya adalah kebenaran sekalipun itu kebenaran yang pahit dia tetap berkata jujur. Dialah gadis yang berhasil menyita hati Iqbal Devandra.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

labtik new

labtik new

karya imajinatif yang sangat bagus.
terus berkarya dan berkarya.
jangan cepat merasa puas.....
semoga membawa berkah.....

2023-12-25

2

Chici👑👑

Chici👑👑

Mampir nih Ra😎

2023-07-09

1

❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎

❥︎𝐦𝐢𝐧🐱ѕυϲнιє αℓєѕγα❀シ︎

jadi ingat si Kadita njirr 😌

2023-07-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!