Chapter 2 - Gadis Aneh

Waktu berlalu, sekarang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Citra dan Rania sudah pulang terlebih dahulu karena ada urusan keluarga.

Sekarang hanya tersisa Abi, Radit, dan juga Iqbal. Mereka bertiga duduk di sebuah sofa sambil menunggu gadis yang ditemukan Abi siuman.

"Ini serius mau nungguin dia sampai bangun?" tanya Iqbal yang sudah bosan.

"Minggat aja, gapapa." sahut Radit cuek dengan mata yang masih fokus ke handphonenya.

"Ngusir gue?" tanya Iqbal dengan wajah polosnya.

"Iya!" jawab Radit nyolot.

"Njirr, kejam" Iqbal bertingkah seolah akan menangis.

Abi menggelengkan kepalanya menyimak perdebatan kecil kedua sahabatnya itu. Memang sejak dulu mereka berdua tidak pernah akur, selalu saja ada hal yang membuat keduanya adu mulut. Dan Abi selalu menjadi penengah.

"Berisik!" celetuk Abi tiba-tiba. "Pergi aja gapapa kalau bosan." ucapnya lagi.

"Woah oke! Dit! Ayo temani gue di bawah, cari makanan." ajak Iqbal.

"Kita kenal?"

"Gue gaplok juga lo njer!!" semprot Iqbal kemudian menarik jaket Radit memaksa cowok itu untuk pergi bersamanya. "Nanti kita balik lagi!" teriak Iqbal.

Abi tidak menanggapi ocehan sahabatnya. Cowok itu kembali fokus menatap gadis yang terbaring lemah di ranjang. Di amatinya wajah gadis itu. Sangat cantik dan tenang, tapi juga ada sisi misterius di wajah gadis itu. Abi berkali-kali dibuat salah fokus dengan warna rambut gadis itu yang berwarna hijau gelap tapi masih berkilau.

Entah bagaimana bisa, tiba-tiba Abi teringat dengan petir yang menyambar-nyambar di tengah laut semalam. Terbesit di pikirannya bahwa gadis yang dia temukan itu adalah korban badai di tengah laut semalam.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya gadis itu mulai membuka matanya. Melihat sang gadis siuman Abi langsung beranjak dan mendekati gadis itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Abi.

Gadis itu hanya diam menatap Abi. Seolah tidak paham dengan yang di katakan cowok didepannya ini.

"Halo?" Abi menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah gadis itu berharap agar gadis itu merespon pertanyaannya. Tapi percuma, gadis itu hanya diam menatap dirinya dan sesekali melihat ke sekelilingnya.

"Heii, nona? Kau baik-baik saja? Siapa namamu? Bagaimana kau bisa ada di pinggir pantai dengan keadaan maaf telanjang? Apa kau pelaut yang semalam terkena badai?" tanya Abi dengan detail.

Dan lagi-lagi gadis itu hanya diam menatapnya. Seketika Abi merasa seperti orang bodoh yang berbicara sendiri. Cowok itu menghela napasnya dan duduk di ranjang, tepatnya disebelah gadis itu.

"Siapa namamu?" tanya Abi.

Gadis itu masih tetap diam. Karena diamnya gadis itu, Abi mengira bahwa gadis itu bisu. Alias tidak bisa berbicara.

Abi memperhatikan wajah gadis itu yang terlihat kebingungan, gelisah dan ketakutan. Cowok itu memegang tangan gadis di depannya itu. "Kau aman sekarang." ucap Abi berusaha menenangkan gadis itu.

"Aku tidak tahu namamu siapa, jadi karena kau kutemukan di pinggir laut. Aku akan memanggilmu Sean." kata Abi.

Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali. Lalu dengan susah payah mengulangi kata yang di ucapkan Abi. "Sean?" tanya gadis itu.

"Kau bisa bicara???" Abi terlihat terkejut.

Tapi lagi-lagi gadis itu diam. Tidak mengatakan sepatah katapun. Abi menghela napasnya. "Baiklah, aku akan memanggilmu Sean. Nama itu aku ambil dari nama lain laut. Ocean. Oceane." ucap Abi.

"Sampai kau memberitahuku namamu aku akan memanggilmu Sean. Mengerti?" tanya Abi yang kemudian diangguki oleh gadis itu.

"Kau mengerti apa yang aku katakan?" tanya Abi lagi.

Gadis itu tidak menjawab, gadis itu hanya mengatakan "Sean.." ucap gadis itu.

"Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang." tanya Abi.

Tapi gadis itu hanya diam sambil menatap ke arah jendela. Melihat gadis itu hanya diam, Abi beranjak dari ranjang dan berdiri menatap gadis aneh itu. Cowok itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal karena bingung harus apa dengan gadis didepannya ini.

Kruyuuukkk...

Tiba-tiba perut gadis itu berbunyi nyaring. "Iii.. iii..." gadis itu mengeluarkan suara yang aneh.

Abi mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh gadis didepannya ini. "Ada apa?" tanyanya.

"Iiii... iii..." gadis itu hanya mengeluarkan suara aneh sambil memegangi perutnya.

Abi mengedipkan matanya berulang kali, mencoba memahami apa yang di inginkan oleh gadis di depannya ini. "Kau lapar?" tanya Abi mencoba menebak apa yang di inginkan gadis itu.

"Iii.. iii...."

Di waktu yang tepat, Iqbal dan Radit kembali membawa sarapan untuk mereka berempat.

"Oh? Haii! Lo udah bangun?" sapa Iqbal melihat gadis yang duduk di ranjang.

Gadis itu hanya menatap Iqbal dengan tatapan kebingungan. Kemudian mata gadis itu beralih ke tangan Radit yang membawa makanan untuk mereka berempat. Ya, Radit dan Iqbal masih punya hati nurani. Mereka sengaja membeli empat porsi. Yang satu untuk gadis yang ditemukan oleh Abi.

Tapi sialan sih, jatah sarapan mereka bertiga malah dimakan oleh gadis itu. Baik Abi, Iqbal, dan juga Radit terheran-heran melihat cara gadis itu makan. Garpu dan sendok tidak berguna bagi gadis itu. Gadis itu makan langsung menggunakan tangannya dengan belepotan seperti orang yang tidak makan selama bertahun-tahun.

"Dia waras kan?" tanya Radit berbisik kepada Abi.

Sedangkan Abi hanya menggelengkan kepalanya karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu. "Sejak tadi dia hanya diam. Dan tingkahnya sedikit aneh." bisik Abi.

"Help.. makanan gue..." gumam Iqbal meratapi makanannya yang dilahap habis oleh gadis itu.

"Biarin aja, nanti gue traktir kalian." sahut Abi.

Setelah gadis itu selesai memakan makanannya, gadis itu kembali menatap ke arah mereka bertiga. Tatapan itu penuh kebingungan, tapi juga disertai tatapan waspada. Menyadari bahwa gadis itu merasa takut dengan mereka, Abi segera menegaskan bahwa mereka adalah orang yang baik.

"Tenang saja, kami tidak akan menyakitimu." ucap Abi yang membuat tatapan waspada gadis itu sedikit demi sedikit menghilangkan dan hanya tersisa tatapan tanda tanya di mata gadis itu.

"Nama lo siapa?" tanya Radit.

"Sean.." jawab gadis itu.

"Sean? Kok kayak nama cowok?" tanya Iqbal. "Lo waria?" tanyanya lagi.

Plak! Radit memukul pelan lengan Iqbal karena menanyakan hal se konyol itu. "Mingkem lo!" perintah Radit dengan kesal. Cowok cuek itu kembali melihat ke arah gadis yang duduk di ranjang. "Dimana rumah lo?" tanya Radit lagi.

Gadis itu hanya diam lalu menoleh ke arah Abi.

"Sepertinya dia tidak ingat apapun. Nama Sean itu aku yang membuatkan untuknya. Dia tidak tahu namanya sendiri, apalagi rumahnya." jawab Abi dengan tatapan kasihan kepada gadis itu.

"Jadi? Sekarang mau bagaimana? Yakali mau lo ajak pulang." tanya Iqbal.

"Hm, kayaknya sih memang bakal gue bawa pulang. Nggak mungkin kan gue tinggal di panti asuhan?" tanya Abi balik.

"Kalau lo tega sih nggak apa-apa." sahut Radit cuek.

"Somplak!" celetuk Iqbal sambil menatap sinis Radit.

Abi tidak menghiraukan kedua sahabatnya. Cowok itu berjalan mendekati gadis yang sudah dia beri nama Sean. "Sea, kau tidak ingin cuci tangan?" tanya Abi sambil menunjuk tangan Sean yang kotor.

Sean melihat tangannya sendiri yang kotor karena makanan. Gadis itu sepertinya tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Abi. Karena itulah tanpa menunggu jawaban Sean, Abi pergi ke kamar mandi dan mengambil segayung air untuk mencuci tangan Sean.

Melihat Abi membawa segayung air, mata Sean langsung membulat terkejut. "III... III... III..." gadis itu berteriak seolah tidak mau tangannya di celupkan kedalam air.

"Ada apa?!" tanya ketiga cowok itu bersamaan.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

labtik new

labtik new

hebat

2023-12-25

1

დ .•*””*•𝕽𝖎𝖑𝖞𝖞𝖆•*””*•.დ

დ .•*””*•𝕽𝖎𝖑𝖞𝖞𝖆•*””*•.დ

kamu nanyaa😭🤣

2023-07-10

1

Chici👑👑

Chici👑👑

ada kamu iya ada kamu anjayyyy xixi

2023-07-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!