Chapter 3 - Bawa Pulang

Sean yang tadi hanya duduk di tempat tidur, kali ini gadis itu berpindah di sudut kamar. Gadis itu duduk sambil memeluk lututnya. Sesekali matanya melirik ke arah laut yang merupakan rumahnya, tapi dia belum berani kembali kesana karena Dewi Laut benar-benar marah kepada bangsanya yaitu bangsa siren.

Sedangkan Abi, Iqbal, dan juga Radit masih berdiri didekat ranjang menatap aneh Sean dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Kayaknya dia gila." celetuk Radit tiba-tiba.

"Hush! Nggak boleh gitu!" sahut Iqbal sambil menyikut lengan Radit.

"Terus ini mau gimana?" tanya Abi kebingungan.

"Yo ndak tahu, kok tanya saya." jawab Iqbal dan Radit bersamaan.

Abi mendengus kesal mendapatkan respon seperti itu dari sahabatnya. Kesal, tapi Abi tidak marah karena dia tahu memang begitu sifat Iqbal dan Radit. Sama-sama menyebalkan menurutnya.

Abi berjalan mendekati Sean yang duduk di sudut kamar sambil memeluk lututnya. Cowok itu jongkok di depan Sean. Di amatinya wajah gadis itu. Dengan perlahan Abi menepuk pipi Sean meminta gadis itu agar menatapnya.

"Kenapa nggak mau cuci tangan?" tanya Abi.

Gadis itu hanya diam tidak menjawab pertanyaan Abi.

"Baiklah, terserah kau saja. Sekarang kau mau bagaimana? Aku ingin mengantarmu pulang tapi tidak tahu nama ataupun alamat rumahmu." kata Abi dengan lembut. "Kau benar-benar tidak ingat apapun?" tanya Abi lagi.

Sean diam menatap lekat mata Abi, gadis itu merasakan gigi taringnya mulai keluar, serta kukunya mulai memanjang. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya, sebisa mungkin dia menahan agar tidak menyerang cowok di depannya ini. Itu adalah sifat alaminya sebagai seorang siren. Tapi dia tidak ingin menyerang Abi, karena dia tahu bahwa Abi yang secara tidak langsung menyelamatkannya dari kemarahan Dewi Laut.

Abi selalu tertegun ketika berkontak mata dengan gadis yang dia temukan itu. Mata hijau emerald itu selalu membuatnya salah fokus. Setiap menatap mata gadis itu, seolah-olah Abi terbius hingga tidak berkutik sama sekali.

"Kau ingin ikut pulang ke rumahku?" tanya Abi.

"Sudahlah bawa pulang aja, nanti lapor ke polisi kalau ada yang nyari suruh datang ke rumah lo." ujar Iqbal yang juga disetujui oleh Radit.

Abi diam sebentar, benar juga yang dikatakan Iqbal. Daripada terlalu lama disini, lebih baik dia mengajak gadis itu kembali ke rumahnya.

"Ayo.." ajak Abi sambil mengulurkan tangannya.

Gadis itu hanya melihat tangan Abi tanpa ada pergerakan meraih tangan cowok itu.

Abi menghela napasnya lalu memegang pergelangan tangan gadis dan menariknya dengan lembut agar berdiri. Tapi Abi, Iqbal, dan Radit dibuat heran lagi dengan tingkah Sean.

Gadis itu memang berdiri, tapi kakinya terlihat bergetar. Seperti belum terbiasa berdiri. Bahkan tadi saat berpindah dari ranjang ke sudut kamar, Sean tidak berjalan. Gadis itu mengesot dengan kaki yang lurus rapat.

"Lo nggak pernah jalan?" tanya Radit.

Abi menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Cowok itu menggandeng Sean keluar dari kamar penginapan. Layaknya orang tua yang mengajari anaknya berjalan untuk pertama kalinya.

"Lah anjer, main pergi gitu aja? Tungguin kita woy!" teriak Iqbal. Lalu cowok itu berlari menyusul Abi yang sudah berjalan agak jauh.

"Emang gue yang paling kalem." gumam Radit sambil berjalan mengikuti Iqbal dan Abi.

*

Sesuai yang dia katakan. Abi membawa Sean kembali ke rumahnya. Ketika sampai orang rumah dibuat ternganga melihat putra bungsunya pulang membawa seorang gadis. Tepatnya karena gadis yang dibawa Abi wajahnya benar-benar cantik, disamping cantik aura di wajah gadis itu sangat misterius.

"Bi... kamu culik anak siapa Bi?" tanya bundanya dengan ekspresi wajah yang masih terkejut.

Abi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Jujur saja dia bingung harus mulai darimana menceritakan semuanya. Karena dia tahu betul sifat bundanya yang curigaan. "Sialan emang tuh dua curut. Disuruh jadi saksi malah kabur." batin Abi menggerutu dengan sikap Iqbal dan Radit.

"Heh! Ditanya malah diam?!"

"Itu, anu Bun... Abi nemu di pinggir laut." jawab Abi sambil menggaruk lehernya.

Shafira Anandita, Ibunda dari Abi itu mengerutkan keningnya mendapat jawaban aneh dari putranya. Wanita itu menghampiri Sean dan meneliti tubuh gadis itu. Ada bekas luka bakar di kaki dan kengan gadis itu.

"Nama kamu siapa?" tanya Bunda.

Sean mengedipkan matanya beberapa kali, lalu menoleh ke arah Abi. Sean menampilkan gesture waspada terhadap Bunda Shafira.

"Gapapa, dia bundaku." ucap Abi.

Sekalipun Sean tidak mengerti maksud dari Abi, tapi gadis itu merasa bahwa wanita didepannya ini orang yang baik. Maka dari itu dia membuka suaranya menjawab pertanyaan bundanya Abi.

"Sean." jawabnya.

Shafira terpaku melihat visual Sean. Sama seperti Abi, wanita itu juga dibuat salah fokus dengan mata indah Sean yang berwarna hijau emerald. Rambut acak-acakan yang tidak ditata tapi tetap terlihat cantik.

Gadis itu mengedipkan matanya agar wanita didepannya sadar. Setelah Sean mengedipkan mata, barulah Bunda Shafira tersadar. Wanita itu menuntun tangan Sean agar duduk di sofa.

"Rumahmu dimana?" tanya Bunda Shafira.

Bukan Sean yang menjawab, tapi Abi yang menjawab. "Dia tidak ingat apapun. Namanya sendiri saja dia tidak tahu. Sean itu nama yang aku buat untuknya." kata Abi menjawab pertanyaan bundanya.

"NJERR!! LO DAPAT BIDADARI DARI MANA NJAYY?!" teriak Novandra Rajakshaa. Kakak sulung Abi yang paling berisik diantara tiga bersaudara.

"Berisik bang." sahut Farhan Rajakshaa, adik dari Novan dan kakak dari Abi. Cowok yang memiliki sifat dingin, tapi agak selengan.

Novan dan Farhan menghampiri Abi yang berdiri didekat sofa.

"Cewek lo?" tanya Farhan.

"Bukan."

"Lah terus? Siapa? Simpanan lo?" tanya Novan.

Plak! Abi refleks menabok pundak kakaknya. "Mulut lo anjr, gue nemu tuh cewek di pinggir pantai." jawab Abi kesal.

"Berisik!" celetuk Farhan dengan ekspresi wajah datarnya. Cowok itu berjalan naik ke lantai dua tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Sedangkan Novan, cowok berusia dua puluh tiga tahun itu langsung mendekati Sean berusaha berinteraksi dengan gadis yang dibawa adiknya tersebut. Sekalipun Sean sama sekali tidak merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh Novan.

"Bi." panggil Novan.

"Apaan?"

"Nih cewek bisu?" tanya Novan blak-blakan.

Shafira yang ada di samping Novan spontan menyentil mulut putra sulungnya yang selalu saja asal ceplos. "Mulut kamu dikontrol kek!" semprot wanita itu dengan mata melotot.

"Hehe, maaf." jawab Novan sambil cengengesan.

Shafira menggelengkan kepalanya lalu menatap putra bungsunya. "Bi, kamu ajak Sean ke kamar bunda ya. Suruh dia istirahat. Kayaknya dia capek banget." perintah Shafira.

"Iya bun." jawab Abi. Kemudian cowok itu menghampiri Sean dan menggandeng tangannya. Betapa terkejutnya Abi ketika mendapati tangan gadis itu sudah bersih, padahal tadi kotor terkena makanan. Tapi cowok itu tidak menunjukkan keterkejutannya.

"Ayo, aku ajak ke kamar bunda." ajak Abi.

Sean mengangguk dan menurut dengan apa yang dikatakan oleh Abi. Gadis itu mengikuti Abi ke kamar bundanya.

"Nah, kamu bisa istirahat disini. Aku keluar dulu." kata Abi.

Tapi sebelum Abi keluar Sean memanggil namanya, membuat tubuh cowok itu langsung mematung.

"Abi..." panggil Sean dengan lembut.

...***...

...Bersambung......

Terpopuler

Comments

Adiknya OH sehun 😉

Adiknya OH sehun 😉

*lengan
Gak sih

2023-07-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!