NovelToon NovelToon

Oceane

Chapter 1 - Pertemuan

Di tengah malam yang gelap, di tengah samudera, segerombolan makhluk misterius dengan badan setengah ikan sedang berputar-putar mengelilingi sebuah perahu nelayan. Suara senandung yang merdu tapi juga menyeramkan menembus telinga para nelayan yang ada di perahu itu, seolah-olah terbius dengan suara merdu itu membuat mereka linglung dan tidak sadar bahwa mereka berada dalam bahaya.

"Hmmm~ hmm~ hmmm~"

Tidak ada kalimat yang terucap dari bibir segerombolan makhluk misterius itu, tapi suara senandung mereka mampu membius siapapun yang mendengarnya.

Setelah beberapa saat salah satu dari mereka mengibaskan ekornya hingga membelah perahu. Ketika perahu terbelah, dan para nelayan jatuh ke air laut segerombolan makhluk misterius itu langsung menyerang para nelayan. Seketika air laut di sekitar mereka berubah menjadi merah karena tercampur darah.

*

Mereka adalah sekelompok siren, makhluk mitologi yang hampir mirip dengan mermaid. Sama-sama berwajah cantik dan bersuara merdu. Yang membedakan adalah sifat dan warna ekor mereka. Jika mermaid lemah lembut dan penyayang, maka siren sebaliknya. Mereka memiliki sifat yang kejam, dan beringas. Mereka haus darah, dan tidak memiliki rasa kasihan.

Jika mermaid memiliki warna ekor yang cenderung cerah seperti pink, biru, oranye, atau perpaduan dari warna-warna tersebut. Sedangkan Siren cenderung memiliki warna ekor yang gelap dengan sirip yang sangat tajam.

*

Pembunuhan sepuluh orang nelayan sekaligus yang dilakukan oleh sekelompok siren itu ternyata membuat dewi laut murka. Dewi Laut sudah lama menoleransi kejahatan siren karena tahu itu sifat alami mereka, tapi kali ini tidak. Dewi Laut murka karena kali ini mereka sudah kelewatan.

JDARR!! JDARR!! Petir menggelegar menyambar satu persatu siren yang ikut andil dalam menyerang sepuluh nelayan beberapa saat yang lalu.

"Ii! Ii! Ii!"

Mereka berteriak tidak karuan, berenang kesana kemari untuk menghindar dari amarah Dewi Laut. Sekelompok siren itu kalang kabut. Termasuk seorang siren dengan ekor paling panjang diantara kelompoknya dan berwarna hijau gelap berkilauan, sirip yang bahkan lebih tajam dari pisau, dan juga tanda tengkorak memakai mahkota dibelakang telinganya, salah satu siren yang memiliki sifat paling kejam, dia yang tadi mengibaskan ekornya hingga membelah perahu para nelayan itu.

Lima siren yang bersamanya menyerang para nelayan tadi sudah mati ditangan dewi laut. Hanya tersisa dia sendirian.

JDARR!!

"Aaakhh!!"

Dan akhirnya dia terkena petir yang dilepaskan oleh Dewi Laut. Tapi dia tidak mati, dia hanya pingsan. Tubuhnya terombang-ambing di lautan mengikuti arah ombak.

Di sisi lain, seorang cowok diam menatap ke arah laut. Tatapan menggambarkan tatapan mata heran. Dilihatnya sekelilingnya cerah tidak ada mendung, bahkan bulan dan bintang terlihat dengan jelas. Tapi jauh di tengah laut sana, matanya dengan jelas melihat kilat yang menyambar-nyambar bahkan ketika tidak ada mendung di atas sana.

"Apa-apaan itu?" gumam cowok itu, dengan tatapan terpaku pada petir yang masih menyambar ditengah laut.

"Woy Bi! Ngapain lo? Masuk! Udah tengah malam, lo mau di culik setan?!" teriak seorang cowok seumurannya dari balkon perumahan.

Abian Rajakshaa, seorang cowok berusia delapan belas tahun yang malam ini sedang liburan bersama teman-temannya karena sedang libur semester satu. Memiliki sifat kalem, ramah, tapi jika sudah marah seketika dia menjadi sangat menyeramkan.

Cowok itu segera masuk karena memang sudah larut malam. Belum lagi mengenai rumor yang beredar di kalangan nelayan mengenai makhluk mitologi siren yang cukup membuat bulu kuduknya berdiri.

"Ngapain sih lo diluar jam segini?" tanya cowok yang memanggilnya tadi.

"Lihat laut." jawab Abi apa adanya.

"Njirr, lo serius? Keluar tengah malam cuma buat lihat laut?"

"Hmm iya. Lo sendiri? Bukannya biasanya lo juga keluar tengah malam buat lihat bulan?" tanya Abi yang langsung disambut tawa oleh sahabatnya itu.

Iqbal Devandra, salah satu sahabat Abi yang merupakan cowok penyuka bulan dan bintang. Memiliki sifat yang ceria dan juga ceplas-ceplos kalau berbicara. Dan juga agak gesrek otaknya.

"Biarin, bulan mah cantik. Kayak neng Citra." sahut Iqbal.

Plak!

"Bucin Citra melulu, noh Milea nangis nyariin lo." timpal Raditya Maheswara. Cowok penyuka musik dengan kesabaran yang setipis tisu dibagi menjadi dua.

"Apa hubungannya anjer?! Milea mah sama Dilan!"

"Aktornya kan Iqbal." sahut Radit dengan wajah datarnya.

"Terserah lo dah anak anj.." akhirnya Iqbal mengalah daripada kena semprot lagi

Abi tertawa kecil melihat tingkah kedua sahabatnya tersebut. "Udah-udah, ayo tidur. Udah larut." ajak Abi.

Ketika semuanya sudah tertidur lelap, tapi Abi masih belum bisa tertidur. Cowok itu menoleh melihat Iqbal dan Radit yang sudah tertidur pulas. Karena tidak bisa tidur Abi beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju balkon. Matanya mengarah ke tengah laut, petir sudah tidak menyambar-nyambar lagi.

Jujur saja dia sangat penasaran dengan rumor yang tersebar di kalangan nelayan mengenai makhluk mitologi Siren yang katanya selalu membahayakan para nelayan yang pulang terlambat. Makanya dia tadi memberanikan diri mendekati laut ketika tengah malam.

"Laut sudah tenang...." gumam Abi.

Tiba-tiba seseorang memanggilnya dari balkon sebelah.

"Abi!"

Abi menoleh dan melihat siapa yang memanggilnya. Itu adalah Rania Axellyn. Salah satu sahabat perempuan Abi. Gadis periang, cerewet, memiliki sifat kepo dan juga galak.

"Lo belum tidur?" tanya Abi.

"Belum, gue nggak bisa tidur." jawab Rania sambil menatap ke arah laut.

"Lihat apaan?" Abi bertanya lagi.

"Nggak ada sih, cuma penasaran aja. Akhir-akhir ini lo kayak tertarik sama laut. Ada apa memangnya?" tanya Rania balik dengan ekspresi wajah penasaran.

Abi menggelengkan kepalanya. "Lagi suka laut aja, nggak lebih." jawab Abi. Ketika Rania hendak melontarkan pertanyaan lagi, Abi terlebih dahulu menyela. "Tidurlah, sudah malam." kata Abi lalu segera masuk karena tidak ingin ditanya lebih banyak lagi.

*

Keesokan harinya. Pagi-pagi sekali, tepatnya ketika matahari akan terbit. Iqbal, Radit, Rania, dan juga Citra langsung pergi ke pantai untuk mencari Abi. Tapi, mereka dikejutkan dengan Abi yang menggendong seorang gadis dengan keadaan telanjang bulat. Tubuh gadis itu hanya ditutupi jaket milik Abi.

"Anjer, lo habis ngapain nying?!" tanya Iqbal dengan wajah shock berat melihat sahabatnya menggendong gadis telanjang.

"Jangan salah paham! Gue nemuin gadis ini terdampar di pinggir pantai!" kata Abi dengan cepat agar teman-temannya tidak salah paham.

"Cantik banget tapi pucat.. kayaknya dia semalaman terombang-ambing di laut." ujar Citra sambil mengelus pipi gadis di gendongan Abi.

"Bawa ke penginapan saja, kita obati luka-lukanya disana." kata Rania yang langsung disetujui oleh semuanya.

Mereka segera kembali ke penginapan. Rania dan Citra membantu gadis itu memakai pakaian lalu mengobati luka-luka yang ada ditubuhnya.

"Kalau dia dari laut, bagaimana bisa dia mendapatkan luka bakar?" gumam Rania bertanya-tanya.

"Sudahlah, obati saja dulu. Nanti setelah dia sadar kita bisa menanyakan langsung kepadanya." sahut Citra sambil mengobati luka bakar di kaki gadis itu.

Citra Fanandira, gadis cerdas dan pemberani. Selalu optimis dan tidak pernah berbohong. Semua kata-kata yang keluar dari bibirnya adalah kebenaran sekalipun itu kebenaran yang pahit dia tetap berkata jujur. Dialah gadis yang berhasil menyita hati Iqbal Devandra.

...***...

...Bersambung......

Chapter 2 - Gadis Aneh

Waktu berlalu, sekarang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Citra dan Rania sudah pulang terlebih dahulu karena ada urusan keluarga.

Sekarang hanya tersisa Abi, Radit, dan juga Iqbal. Mereka bertiga duduk di sebuah sofa sambil menunggu gadis yang ditemukan Abi siuman.

"Ini serius mau nungguin dia sampai bangun?" tanya Iqbal yang sudah bosan.

"Minggat aja, gapapa." sahut Radit cuek dengan mata yang masih fokus ke handphonenya.

"Ngusir gue?" tanya Iqbal dengan wajah polosnya.

"Iya!" jawab Radit nyolot.

"Njirr, kejam" Iqbal bertingkah seolah akan menangis.

Abi menggelengkan kepalanya menyimak perdebatan kecil kedua sahabatnya itu. Memang sejak dulu mereka berdua tidak pernah akur, selalu saja ada hal yang membuat keduanya adu mulut. Dan Abi selalu menjadi penengah.

"Berisik!" celetuk Abi tiba-tiba. "Pergi aja gapapa kalau bosan." ucapnya lagi.

"Woah oke! Dit! Ayo temani gue di bawah, cari makanan." ajak Iqbal.

"Kita kenal?"

"Gue gaplok juga lo njer!!" semprot Iqbal kemudian menarik jaket Radit memaksa cowok itu untuk pergi bersamanya. "Nanti kita balik lagi!" teriak Iqbal.

Abi tidak menanggapi ocehan sahabatnya. Cowok itu kembali fokus menatap gadis yang terbaring lemah di ranjang. Di amatinya wajah gadis itu. Sangat cantik dan tenang, tapi juga ada sisi misterius di wajah gadis itu. Abi berkali-kali dibuat salah fokus dengan warna rambut gadis itu yang berwarna hijau gelap tapi masih berkilau.

Entah bagaimana bisa, tiba-tiba Abi teringat dengan petir yang menyambar-nyambar di tengah laut semalam. Terbesit di pikirannya bahwa gadis yang dia temukan itu adalah korban badai di tengah laut semalam.

Setelah sekian lama menunggu akhirnya gadis itu mulai membuka matanya. Melihat sang gadis siuman Abi langsung beranjak dan mendekati gadis itu.

"Kau baik-baik saja?" tanya Abi.

Gadis itu hanya diam menatap Abi. Seolah tidak paham dengan yang di katakan cowok didepannya ini.

"Halo?" Abi menggerak-gerakkan tangannya di depan wajah gadis itu berharap agar gadis itu merespon pertanyaannya. Tapi percuma, gadis itu hanya diam menatap dirinya dan sesekali melihat ke sekelilingnya.

"Heii, nona? Kau baik-baik saja? Siapa namamu? Bagaimana kau bisa ada di pinggir pantai dengan keadaan maaf telanjang? Apa kau pelaut yang semalam terkena badai?" tanya Abi dengan detail.

Dan lagi-lagi gadis itu hanya diam menatapnya. Seketika Abi merasa seperti orang bodoh yang berbicara sendiri. Cowok itu menghela napasnya dan duduk di ranjang, tepatnya disebelah gadis itu.

"Siapa namamu?" tanya Abi.

Gadis itu masih tetap diam. Karena diamnya gadis itu, Abi mengira bahwa gadis itu bisu. Alias tidak bisa berbicara.

Abi memperhatikan wajah gadis itu yang terlihat kebingungan, gelisah dan ketakutan. Cowok itu memegang tangan gadis di depannya itu. "Kau aman sekarang." ucap Abi berusaha menenangkan gadis itu.

"Aku tidak tahu namamu siapa, jadi karena kau kutemukan di pinggir laut. Aku akan memanggilmu Sean." kata Abi.

Gadis itu mengedipkan matanya beberapa kali. Lalu dengan susah payah mengulangi kata yang di ucapkan Abi. "Sean?" tanya gadis itu.

"Kau bisa bicara???" Abi terlihat terkejut.

Tapi lagi-lagi gadis itu diam. Tidak mengatakan sepatah katapun. Abi menghela napasnya. "Baiklah, aku akan memanggilmu Sean. Nama itu aku ambil dari nama lain laut. Ocean. Oceane." ucap Abi.

"Sampai kau memberitahuku namamu aku akan memanggilmu Sean. Mengerti?" tanya Abi yang kemudian diangguki oleh gadis itu.

"Kau mengerti apa yang aku katakan?" tanya Abi lagi.

Gadis itu tidak menjawab, gadis itu hanya mengatakan "Sean.." ucap gadis itu.

"Dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang." tanya Abi.

Tapi gadis itu hanya diam sambil menatap ke arah jendela. Melihat gadis itu hanya diam, Abi beranjak dari ranjang dan berdiri menatap gadis aneh itu. Cowok itu menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal karena bingung harus apa dengan gadis didepannya ini.

Kruyuuukkk...

Tiba-tiba perut gadis itu berbunyi nyaring. "Iii.. iii..." gadis itu mengeluarkan suara yang aneh.

Abi mengerutkan keningnya melihat tingkah aneh gadis didepannya ini. "Ada apa?" tanyanya.

"Iiii... iii..." gadis itu hanya mengeluarkan suara aneh sambil memegangi perutnya.

Abi mengedipkan matanya berulang kali, mencoba memahami apa yang di inginkan oleh gadis di depannya ini. "Kau lapar?" tanya Abi mencoba menebak apa yang di inginkan gadis itu.

"Iii.. iii...."

Di waktu yang tepat, Iqbal dan Radit kembali membawa sarapan untuk mereka berempat.

"Oh? Haii! Lo udah bangun?" sapa Iqbal melihat gadis yang duduk di ranjang.

Gadis itu hanya menatap Iqbal dengan tatapan kebingungan. Kemudian mata gadis itu beralih ke tangan Radit yang membawa makanan untuk mereka berempat. Ya, Radit dan Iqbal masih punya hati nurani. Mereka sengaja membeli empat porsi. Yang satu untuk gadis yang ditemukan oleh Abi.

Tapi sialan sih, jatah sarapan mereka bertiga malah dimakan oleh gadis itu. Baik Abi, Iqbal, dan juga Radit terheran-heran melihat cara gadis itu makan. Garpu dan sendok tidak berguna bagi gadis itu. Gadis itu makan langsung menggunakan tangannya dengan belepotan seperti orang yang tidak makan selama bertahun-tahun.

"Dia waras kan?" tanya Radit berbisik kepada Abi.

Sedangkan Abi hanya menggelengkan kepalanya karena tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan gadis itu. "Sejak tadi dia hanya diam. Dan tingkahnya sedikit aneh." bisik Abi.

"Help.. makanan gue..." gumam Iqbal meratapi makanannya yang dilahap habis oleh gadis itu.

"Biarin aja, nanti gue traktir kalian." sahut Abi.

Setelah gadis itu selesai memakan makanannya, gadis itu kembali menatap ke arah mereka bertiga. Tatapan itu penuh kebingungan, tapi juga disertai tatapan waspada. Menyadari bahwa gadis itu merasa takut dengan mereka, Abi segera menegaskan bahwa mereka adalah orang yang baik.

"Tenang saja, kami tidak akan menyakitimu." ucap Abi yang membuat tatapan waspada gadis itu sedikit demi sedikit menghilangkan dan hanya tersisa tatapan tanda tanya di mata gadis itu.

"Nama lo siapa?" tanya Radit.

"Sean.." jawab gadis itu.

"Sean? Kok kayak nama cowok?" tanya Iqbal. "Lo waria?" tanyanya lagi.

Plak! Radit memukul pelan lengan Iqbal karena menanyakan hal se konyol itu. "Mingkem lo!" perintah Radit dengan kesal. Cowok cuek itu kembali melihat ke arah gadis yang duduk di ranjang. "Dimana rumah lo?" tanya Radit lagi.

Gadis itu hanya diam lalu menoleh ke arah Abi.

"Sepertinya dia tidak ingat apapun. Nama Sean itu aku yang membuatkan untuknya. Dia tidak tahu namanya sendiri, apalagi rumahnya." jawab Abi dengan tatapan kasihan kepada gadis itu.

"Jadi? Sekarang mau bagaimana? Yakali mau lo ajak pulang." tanya Iqbal.

"Hm, kayaknya sih memang bakal gue bawa pulang. Nggak mungkin kan gue tinggal di panti asuhan?" tanya Abi balik.

"Kalau lo tega sih nggak apa-apa." sahut Radit cuek.

"Somplak!" celetuk Iqbal sambil menatap sinis Radit.

Abi tidak menghiraukan kedua sahabatnya. Cowok itu berjalan mendekati gadis yang sudah dia beri nama Sean. "Sea, kau tidak ingin cuci tangan?" tanya Abi sambil menunjuk tangan Sean yang kotor.

Sean melihat tangannya sendiri yang kotor karena makanan. Gadis itu sepertinya tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Abi. Karena itulah tanpa menunggu jawaban Sean, Abi pergi ke kamar mandi dan mengambil segayung air untuk mencuci tangan Sean.

Melihat Abi membawa segayung air, mata Sean langsung membulat terkejut. "III... III... III..." gadis itu berteriak seolah tidak mau tangannya di celupkan kedalam air.

"Ada apa?!" tanya ketiga cowok itu bersamaan.

...***...

...Bersambung......

Chapter 3 - Bawa Pulang

Sean yang tadi hanya duduk di tempat tidur, kali ini gadis itu berpindah di sudut kamar. Gadis itu duduk sambil memeluk lututnya. Sesekali matanya melirik ke arah laut yang merupakan rumahnya, tapi dia belum berani kembali kesana karena Dewi Laut benar-benar marah kepada bangsanya yaitu bangsa siren.

Sedangkan Abi, Iqbal, dan juga Radit masih berdiri didekat ranjang menatap aneh Sean dengan tangan yang dilipat di depan dada.

"Kayaknya dia gila." celetuk Radit tiba-tiba.

"Hush! Nggak boleh gitu!" sahut Iqbal sambil menyikut lengan Radit.

"Terus ini mau gimana?" tanya Abi kebingungan.

"Yo ndak tahu, kok tanya saya." jawab Iqbal dan Radit bersamaan.

Abi mendengus kesal mendapatkan respon seperti itu dari sahabatnya. Kesal, tapi Abi tidak marah karena dia tahu memang begitu sifat Iqbal dan Radit. Sama-sama menyebalkan menurutnya.

Abi berjalan mendekati Sean yang duduk di sudut kamar sambil memeluk lututnya. Cowok itu jongkok di depan Sean. Di amatinya wajah gadis itu. Dengan perlahan Abi menepuk pipi Sean meminta gadis itu agar menatapnya.

"Kenapa nggak mau cuci tangan?" tanya Abi.

Gadis itu hanya diam tidak menjawab pertanyaan Abi.

"Baiklah, terserah kau saja. Sekarang kau mau bagaimana? Aku ingin mengantarmu pulang tapi tidak tahu nama ataupun alamat rumahmu." kata Abi dengan lembut. "Kau benar-benar tidak ingat apapun?" tanya Abi lagi.

Sean diam menatap lekat mata Abi, gadis itu merasakan gigi taringnya mulai keluar, serta kukunya mulai memanjang. Dengan cepat dia mengalihkan pandangannya, sebisa mungkin dia menahan agar tidak menyerang cowok di depannya ini. Itu adalah sifat alaminya sebagai seorang siren. Tapi dia tidak ingin menyerang Abi, karena dia tahu bahwa Abi yang secara tidak langsung menyelamatkannya dari kemarahan Dewi Laut.

Abi selalu tertegun ketika berkontak mata dengan gadis yang dia temukan itu. Mata hijau emerald itu selalu membuatnya salah fokus. Setiap menatap mata gadis itu, seolah-olah Abi terbius hingga tidak berkutik sama sekali.

"Kau ingin ikut pulang ke rumahku?" tanya Abi.

"Sudahlah bawa pulang aja, nanti lapor ke polisi kalau ada yang nyari suruh datang ke rumah lo." ujar Iqbal yang juga disetujui oleh Radit.

Abi diam sebentar, benar juga yang dikatakan Iqbal. Daripada terlalu lama disini, lebih baik dia mengajak gadis itu kembali ke rumahnya.

"Ayo.." ajak Abi sambil mengulurkan tangannya.

Gadis itu hanya melihat tangan Abi tanpa ada pergerakan meraih tangan cowok itu.

Abi menghela napasnya lalu memegang pergelangan tangan gadis dan menariknya dengan lembut agar berdiri. Tapi Abi, Iqbal, dan Radit dibuat heran lagi dengan tingkah Sean.

Gadis itu memang berdiri, tapi kakinya terlihat bergetar. Seperti belum terbiasa berdiri. Bahkan tadi saat berpindah dari ranjang ke sudut kamar, Sean tidak berjalan. Gadis itu mengesot dengan kaki yang lurus rapat.

"Lo nggak pernah jalan?" tanya Radit.

Abi menggelengkan kepalanya mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Cowok itu menggandeng Sean keluar dari kamar penginapan. Layaknya orang tua yang mengajari anaknya berjalan untuk pertama kalinya.

"Lah anjer, main pergi gitu aja? Tungguin kita woy!" teriak Iqbal. Lalu cowok itu berlari menyusul Abi yang sudah berjalan agak jauh.

"Emang gue yang paling kalem." gumam Radit sambil berjalan mengikuti Iqbal dan Abi.

*

Sesuai yang dia katakan. Abi membawa Sean kembali ke rumahnya. Ketika sampai orang rumah dibuat ternganga melihat putra bungsunya pulang membawa seorang gadis. Tepatnya karena gadis yang dibawa Abi wajahnya benar-benar cantik, disamping cantik aura di wajah gadis itu sangat misterius.

"Bi... kamu culik anak siapa Bi?" tanya bundanya dengan ekspresi wajah yang masih terkejut.

Abi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. Jujur saja dia bingung harus mulai darimana menceritakan semuanya. Karena dia tahu betul sifat bundanya yang curigaan. "Sialan emang tuh dua curut. Disuruh jadi saksi malah kabur." batin Abi menggerutu dengan sikap Iqbal dan Radit.

"Heh! Ditanya malah diam?!"

"Itu, anu Bun... Abi nemu di pinggir laut." jawab Abi sambil menggaruk lehernya.

Shafira Anandita, Ibunda dari Abi itu mengerutkan keningnya mendapat jawaban aneh dari putranya. Wanita itu menghampiri Sean dan meneliti tubuh gadis itu. Ada bekas luka bakar di kaki dan kengan gadis itu.

"Nama kamu siapa?" tanya Bunda.

Sean mengedipkan matanya beberapa kali, lalu menoleh ke arah Abi. Sean menampilkan gesture waspada terhadap Bunda Shafira.

"Gapapa, dia bundaku." ucap Abi.

Sekalipun Sean tidak mengerti maksud dari Abi, tapi gadis itu merasa bahwa wanita didepannya ini orang yang baik. Maka dari itu dia membuka suaranya menjawab pertanyaan bundanya Abi.

"Sean." jawabnya.

Shafira terpaku melihat visual Sean. Sama seperti Abi, wanita itu juga dibuat salah fokus dengan mata indah Sean yang berwarna hijau emerald. Rambut acak-acakan yang tidak ditata tapi tetap terlihat cantik.

Gadis itu mengedipkan matanya agar wanita didepannya sadar. Setelah Sean mengedipkan mata, barulah Bunda Shafira tersadar. Wanita itu menuntun tangan Sean agar duduk di sofa.

"Rumahmu dimana?" tanya Bunda Shafira.

Bukan Sean yang menjawab, tapi Abi yang menjawab. "Dia tidak ingat apapun. Namanya sendiri saja dia tidak tahu. Sean itu nama yang aku buat untuknya." kata Abi menjawab pertanyaan bundanya.

"NJERR!! LO DAPAT BIDADARI DARI MANA NJAYY?!" teriak Novandra Rajakshaa. Kakak sulung Abi yang paling berisik diantara tiga bersaudara.

"Berisik bang." sahut Farhan Rajakshaa, adik dari Novan dan kakak dari Abi. Cowok yang memiliki sifat dingin, tapi agak selengan.

Novan dan Farhan menghampiri Abi yang berdiri didekat sofa.

"Cewek lo?" tanya Farhan.

"Bukan."

"Lah terus? Siapa? Simpanan lo?" tanya Novan.

Plak! Abi refleks menabok pundak kakaknya. "Mulut lo anjr, gue nemu tuh cewek di pinggir pantai." jawab Abi kesal.

"Berisik!" celetuk Farhan dengan ekspresi wajah datarnya. Cowok itu berjalan naik ke lantai dua tidak peduli dengan apa yang terjadi.

Sedangkan Novan, cowok berusia dua puluh tiga tahun itu langsung mendekati Sean berusaha berinteraksi dengan gadis yang dibawa adiknya tersebut. Sekalipun Sean sama sekali tidak merespon pertanyaan yang dilontarkan oleh Novan.

"Bi." panggil Novan.

"Apaan?"

"Nih cewek bisu?" tanya Novan blak-blakan.

Shafira yang ada di samping Novan spontan menyentil mulut putra sulungnya yang selalu saja asal ceplos. "Mulut kamu dikontrol kek!" semprot wanita itu dengan mata melotot.

"Hehe, maaf." jawab Novan sambil cengengesan.

Shafira menggelengkan kepalanya lalu menatap putra bungsunya. "Bi, kamu ajak Sean ke kamar bunda ya. Suruh dia istirahat. Kayaknya dia capek banget." perintah Shafira.

"Iya bun." jawab Abi. Kemudian cowok itu menghampiri Sean dan menggandeng tangannya. Betapa terkejutnya Abi ketika mendapati tangan gadis itu sudah bersih, padahal tadi kotor terkena makanan. Tapi cowok itu tidak menunjukkan keterkejutannya.

"Ayo, aku ajak ke kamar bunda." ajak Abi.

Sean mengangguk dan menurut dengan apa yang dikatakan oleh Abi. Gadis itu mengikuti Abi ke kamar bundanya.

"Nah, kamu bisa istirahat disini. Aku keluar dulu." kata Abi.

Tapi sebelum Abi keluar Sean memanggil namanya, membuat tubuh cowok itu langsung mematung.

"Abi..." panggil Sean dengan lembut.

...***...

...Bersambung......

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!