Selama Ilker Can Carya memakai pakaiannya. Wajah istri cantiknya yang baik itu menari-nari di hadapannya yang membuat pikirannya terganggu.
Kring! Kring! Kring!
Ponsel yang terletak di atas tempat tidur pun, berbunyi. Dhiya yang duduk langsung menoleh ke arah ponsel yang menyala.
"Dudu," katanya di dalam hati terkejut ketika melihat nama itu.
Dudu adalah panggilan kesayangan untuk Ziya Yilzid yang diberikan Ilker Can Carya kepada pujaan hatinya yang telah lama menjalin hubungan dengannya. Selama mereka menjalin hubungan. Hubungan itu tidak pernah retak. Pertengkaran di antara mereka pun jarang terjadi. Ilker Can Carya sebenarnya pemuda yang cuek tetapi di samping itu ia juga sangat penyayang terlihat dari karakternya oleh sebab itulah Ziya Yilzid tidak pernah mau melepaskan sang kekasih yang telah lama bersamanya.
Di dalam ruangan ganti, Ilker Can Carya yang telah rapi berbalut pakaian modis pemberian dari sang kekasih keluar dengan langkah tergesa-gesa. Sementara di sisi lain dunia Dhiya Kharya hancur akibat melihat panggilan yang masuk di ponsel suaminya.
"Mas! Mas mau pergi?" tanya Dhiya dengan mata berkaca-kaca, menatap suaminya yang berjalan di hadapannya mengambil ponsel. Mendengar pertanyaan itu Ilker sama sekali tidak menjawab. Dia hanya diam saja dan langsung membuang muka. Muka masamnya yang sering dia tunjukkan pada sang istri kini terlihat memenuhi di setiap sudut wajah. Setiap hari selama mereka mengarungi rumah tangga raut muka itu tidak pernah berubah ia masih tetap saja terlihat di sepanjang mata memandang.
"Mas, sebelum pergi. Kita makan dulu, yuk!" ajak Dhiya Kharya langsung beranjak dari tempat tidur mengejar suami yang mau keluar.
Pluk!"
Ilker Can Carya menepis tangan sang istri dengan kasar. "Aku lagi sibuk. Aku banyak urusan . Makan saja sendiri!" katanya kasar, berjalan kencang menuruni anak tangga.
Hati Dhiya Kharya lagi-lagi meringis. Suami yang ada di hadapannya begitu dingin dan cuek semakin hari.
Di lain tempat, Ilker Can Carya yang menuruni setengah anak tangga menoleh ke arah pintu yang sudah tertutup rapat. "Benar!" teriaknya kencang bercampur kesal melihat pintu masih tertutup. Berdiri menoleh ke dapur.
"Iya, Tuan. Ada apa?" tanya Benar berlari kencang bercampur takut.
"Siapa yang menutup pintu ini?" tanya Ilker menunjuk pintu dan yang selalu beranggapan itu adalah ulah istrinya. Berdiri di hadapan Benar dengan muka yang bengis.
"Sa-saya, Tuan," jawab Benar menunduk. Melihat lantai dengan hati yang gusar. Meremas kedua jemari dengan kuat.
"Siapa yang menyuruhmu?" bentak Ilker mendelik yang sudah muak dengan jalan hidupnya.
"Engga ada, Tuan," jawab Benar .
Dari dalam kamar suara teriakkan Ilker Can Carya terdengar oleh sang istri yang tidak, seperti biasanya yang masih bisa berkata pelan meski terlilit segudang masalah ia masih bisa menghadapinya dengan wajah yang tenang dan suara yang datar.
"Dia marah lagi," gumam Dhiya berlari keluar berdiri melihat suaminya dari atas. "Kasihan Benar. Dia pasti panik menghadapinya?!" Tatap Dhiya yang serba salah.
"Tunggu apa lagi! Cepat buka!" pekik Ilker Can Carya pada Benar.
Tak!
Pintu pun terbuka langsung. Ilker pun lalu bergegas melangkah dengan jenjang kakinya yang panjang. Dia mengeluarkan mobil dengan terburu-buru. Dia memang selalu, seperti itu tergesa-gesa jika sudah mengenai kekasih hatinya itu. Siapa pun yang melarangnya tidak ada yang pernah bisa, termasuk ibunya sendiri yaitu, mendiang nyonya Afsheen. Bagi Ilker Can Carya kekasihnya itu adalah hidup dan matinya sampai-sampai dia tega meninggalkan ibunya yang sedang di rawat di rumah sakit.
Sungguh miris dan sedih Dhyia Kharya melihatnya. Wanita itu lebih penting baginya ketimbang rumah tangganya, pikirnya.
Di dalam mobil Ilker yang telah duduk dan memanaskan mobil mewahnya, menghela napas melihat kenyataan yang dilaluinya tiada hari tanpa keributan. "Semuanya jadi, kacau," gumamnya sambil membuka ponselnya.
📱"Sayang, kamu lagi di mana?" tanya sebuah pesan dari chatingan.
Ilker Can Carya langsung terperanjat dan segera membalasnya.
📱"Lagi di jalan Dudu. Sebentar lagi aku akan sampai." Meletakkan ponsel di sampingnya. Melajukan mobil dengan kencang.
Mobil pun melintas keluar melewati gerbang yang telah dibuka oleh penjaga rumah. Memecah kesunyian jalan yang banyak di lalui pengendara dan pohon-pohon yang berbaris rapi di setiap ruas jalan.
Sementara di tempat lain, Ziya Yilzid sedang sibuk untuk berdandan yang cantik, menarik perhatian kekasih idamannya. Memakai pakaian yang setengah lutut dan high heels yang tinggi. Badannya yang tinggi langsing dan terlihat semampai itu sangat cocok jika berjalan bersama Ilker Can Carya.
Rambutnya yang pirang lurus dan berkulit putih itu membuat siapa pun yang memandangnya ingin langsung nekat mendekatinya. Auranya yang seksi membuat para pria tergila-gila dengannya.
📱 "Sayang, kamu lagi di mana?"tanya Yilzid kembali karena sudah lama menunggu. "Jangan lama-lama ya! Jemput aku ke rumah. Muaaach," katanya dengan caption ciuman yang sudah menjadi kebiasaannya demi mendapatkan daya tarik dari pria mana pun.
Ting! Pesan pun masuk kembali dan langsung terdengar oleh Ilker yang sedang mengemudi dengan kekencangan setengah di atas rata-rata, langsung meraih ponsel dengan sebuah tangan kirinya dan menurunkan sedikit kecepatan mobil yang melaju. Membuka ponsel dan membaca isinya . Dengan senyuman manisnya yang sering ia berikan kepada sang kekasih langsung tertoreh dan seketika ia pun menelpon wanitanya itu.
Sementara di kediaman keluarga Carya. Dhyia Kharya duduk bersimpuh di atas sajadahnya yang sering ia jadikan tempat untuk menenangkan jiwa. Duduk bersimpuh sambil menengadahkan kedua tangan meminta petunjuk dari Sang Khalik untuk jalan hidupnya ke depan harus dibawa ke mana.
Lain halnya di kediaman Ziya Yilzid yang sudah dimasuki oleh Ilker Can Carya dengan mobil mewah favoritnya. Berhenti di tengah halaman yang di penuhi oleh bebatuan yang tersusun rapi dan indah berpadu dengan rerumputan hijau di setiap ruas jalan.
"Selamat siang sayang," sambut Ziya Yilzid dari balik pintu memeluk pria itu dengan mesra. Seakan ia tengah memberi suprise.
"Apa kamu sudah lama sayang?" tanya Ilker sambil mencium kening Yilzid. Berpelukan dengan mesra masuk.
"Kalau untuk kamu apa sih yang gak, Mas," ucap Yilzid dengan manja. " 'Kan dari dulu kamu selalu menepati janji." Menatap sang kekasih yang sangat romantis itu. "Aku tau kalau untuk aku. Kamu pasti akan melakukan apa pun?!" pujinya dengan senang dan bahagia serasa dunia ini milik mereka berdua.
Ilker pun tersenyum dengan senang bercampur bahagia menyambut pujian dari wanita pujaan hati yang sedari dulu selalu pandai mengambil hatinya. "Sayang, hari ini aku lagi lelah," ungkap Ilker yang duduk di ruang tv.
"Kalau begitu kita cari tempat yang menyenangkan. Bagaimana, sayang? Biar lelah kamu itu hilang, hm!" rayu Yilzid menggoda kekasihnya. Duduk sambil merapatkan tubuhnya yang menarik itu di samping Ilker.
"Kamu mau kita ke mana?" tanya Ilker terus mencium kening Yilzid dan memeluknya erat.
.
.
.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 160 Episodes
Comments