Pernikahan Karena Sebuah Amanah

Pernikahan Karena Sebuah Amanah

Awal mula pernikahan

Dia tidak pernah mencintaiku dan pernikahan ini terjadi karena sebuah amanah yang harus aku emban, meski banyak duri dan air mata yang menetes," kata Dhiya Kharya di dalam hati dengan sedih menatap nanar sebuah foto pengantin yang tergantung di dinding kamar, tepat di atas head board.

Berdiri seorang diri dengan pakaian yang menutupi sekujur tubuhnya mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Mengingat sang suami yang sudah mulai menyakiti.

"Kalau saja aku dulu bisa menolak permintaan itu. Aku mungkin tidak akan seperti ini," sesalnya di dalam hati, masih saja menatap foto pengantin yang terpajang.

Suami yang selama satu tahun menjadi pendampingnya hingga saat ini belum juga bersikap baik. Jangankan untuk mencintainya, menaruh perhatian saja sangat sulit baginya.

"Wanita itu memang sudah sepantasnya menjadi temanmu, Mas," ungkapnya lagi ketika menatap ke arah suaminya yang berada di dalam foto. "Aku sadar, kalau selama ini, aku telah menjadi perempuan yang jahat. Memisah 'kan mu dari wanita yang sudah lima tahun kau pertahankan," sesalnya, berjalan mendekati jendela kamar yang terbuka.

Mengingat masa lalu atas kecerobohannya yang telah memilih pria yang sudah menjadi suaminya saat ini.

Sesulit apa pun yang dialaminya. Dia tetap bertahan demi menepati janjinya pada sang ibu mertua yang belum sempat melihat pernikahan mereka, yang tidak tahu akan berlabuh ketepian ataukah tenggelam.

Dhiya Kharya terus berdiri di depan jendela, menatap dahan pohon yang bergerak terbawa arah angin. Dia berdiri sambil membenahi kerudung yang terbang terbawa angin.

Melihat ke bawah, ke arah mobil sang suami yang melaju kencang. Air mata tanpa dia sadari sudah menetes membasahi kedua pipi.

***

Nyonya Afsheen yang pernah menjadi majikannya dulu sempat berpesan untuk menemani putra kesayangannya ketika kelak ia sudah tiada.

Pada saat itu, nyonya Afsheen sangat yakin, kalau Dhyia Kharya bisa merubah anaknya menjadi lebih baik. Namun, keinginan tidaklah semudah yang dia bayangkan. Banyak lika-liku yang harus ia lewati.

Mengingat satu tahun yang lalu.

"Dhyia Tante berharap kau bisa merubah Ilker menjadi pria yang lebih baik. Karena Tante melihat kau adalah Anak yang baik dan penyabar."

Saat Dhyia membawa nyonya Afsheen berjemur di pagi hari menggunakan kursi roda.

Kala itu nyonya Afsheen sedang sakit. Tampaknya, sakitnya sudah semakin parah. Dia tidak lagi terlihat, seperti biasa sehingga membuat Dhyia tidak bisa menolak permintaan itu. Di tambah lagi nyonya Afsheen sangat baik dan menyayangi dirinya.

"Andai saja suamiku bisa memahami 'ku. Mungkin aku akan lebih tenang sedikit," gumamnya, sambil melihat mobil suaminya yang sudah menghilang.

Seusai mobil itu menghilang. Dhyia memutar badannya ke arah tempat tidur yang masih berantakan. Dia kemudian merapikannya hingga selesai. Lalu, setelah itu ia melanjutkannya lagi, merapikan ruangan kerja suaminya yang di pasang oleh pintu pemisah.

Ruangan kerja yang besar dan luas yang terdapat meja , kursi dan lemari tempat penyimpanan buku dan juga beberapa koleksi barang antik, ia bersihkan.

Tiba-tiba ia terkejut ketika melihat banyak remukan kertas di atas meja dan lantai. "Aku heran, tidak biasanya dia membuang sampah sembarangan," gumamnya berjalan mengambil pengki. Menyapu lantai dan mengelap meja.

Kursi yang sering diduduki oleh suaminya ketika mengerjakan tugas kantor pun ia rapikan, seperti semula. Tempat sampah yang terletak di atas meja kini ia taruh di sudut dinding, tidak jauh dari meja.

Lembaran foto wanita yang masih menjalin hubungan dengan sang suami. Terpampang jelas di atas meja, meski sedikit ditutupi oleh buku-buku tebal yang berhubungan dengan bisnis.

"Wanita ini lagi," gumamnya lirih, saat menarik ujung lembaran kertas. Sekujur tubuhnya langsung lemas dan ingin terjatuh ke lantai dengan kedua bola mata berkaca-kaca.

Menatap lekat foto yang setiap saat di pandangi oleh lelaki itu ketika ingin memulai pekerjaannya. Wanita itu seakan menjadi penyemangat bagi pria berparas tampan itu.

"Mas, inikah caramu. Agar aku tidak mempertahankanmu lagi," rintihnya di dalam hati. "Aku sudah berusaha sebisa mungkin untuk sabar. Tapi, kau malah melakukan ini." Deraian air mata pun menetes. "Kalau kau keberatan menikahi 'ku. Lalu, kenapa dulu kau mau mengiyakan kata-kata ibumu?" Erangnya di dalam hati.

Betapa hancur hatinya untuk yang ke sekian kali. "Atau inikah caramu? Agar aku tidak mempertahankanmu lagi?" jeritnya membatin sambil menahan isak tangis yang ingin keluar. "Aku sudah berusaha, tapi kau malah melakukan ini." Tatapnya sambil memegang foto yang seksi itu dengan gemetar.

Hal ini sungguh tidak bisa dibayangkan oleh Dhyia Kharya. Hidup berumah tangga tanpa cinta dan kasih sayang, bukanlah impian bagi seorang wanita yang dinikahi secara sah, lalu di duakan dibelakang. Namun, inilah yang terjadi. Dia harus merelakan hidupnya menjadi seorang istri yang malang dan tak pernah disentuh sekali pun.

Dia terus berjalan menopang tubuhnya yang mulai kurus dan lemas menaruh sapu dan pengki di tempatnya sambil mengingat foto yang ditemukannya tadi yang membuatnya shock.

Perlahan ia menyeret kedua kaki dengan gontai, mendekati kursi setelah menyimpan foto itu di tempat semula, mengambil dasi yang terletak di atas sandaran kursi. "Aku engga akan sanggup... ." Dia terus berjalan merintih dan tidak bisa lagi berkata-kata, diikuti tangan memegang knof pintu, keluar dan menutup pintu itu kembali.

Perlahan demi perlahan ia pun menuruni anak tangga dengan muka yang ditekuk sambil membawa dasi. Menapakkan kedua kaki di atas tangga yang panjang.

"Biiii!" teriaknya.

"Iya, Nyonya," sahut bi Benar dari dapur, melihat nyonyanya yang sudah mendekat.

"Sebelum pergi tadi? Tuan ada bilang sesuatu?" tanya Dhyia.

"Tidak ada, Nyonya. Tuan, cuma berpesan, "Dia akan pulang malam," jawab bi Benar.

"Hanya itu saja ?" Dhyia kembali bertanya.

"Iya, Nyonya," jawab Benar pelan. Berdiri sambil memegang kain lap melirik nyonyanya yang masih saja berdiri di tangga.

***

Ilker Can Carya adalah seorang pemuda yang lemah lembut dan bertubuh kekar serta berwajah tampan sehingga membuat wanita banyak yang tergila-gila padanya. Selain itu, ia adalah anak laki-laki, satu-satunya dari seorang pengusaha sukses dan ternama. Meski status yang disandangnya sangat baik. Ini tidak membuatnya sombong.

Dia tetap menjaga nama baik keluarganya. Meski ia sering berteman dengan anak-anak yang memiliki pergaulan bebas. Hal itu justru tidak membuatnya berubah, apalagi berbuat kasar kepada seorang wanita, seperti kebanyakan laki- laki pada umumnya.

Didikan yang di terapkan oleh kedua orang tuanya sangat diembannya dengan baik.

Hal inilah yang memicu masa lalunya tetap mempertahankannya, meski ia mengetahui kalau lelaki itu sudah menikah.

.

.

.

Bersambung...

Episodes
1 Awal mula pernikahan
2 Di meja makan termenung seorang diri
3 Prasangka buruk terhadap Dhiya Kharya
4 Kemesraan di tengah masalah
5 Kejadian sepanjang dalam perjalanan
6 Di cafe
7 Dilema dalam diri masing-masing
8 Keributan di tempat parkir
9 Melihat sebuah foto
10 Kemarahan di diskotik
11 Untuk pertama kalinya
12 Keputusan Dhyia yang disambut Ilker
13 Sedih dan sesal mengenang keputusan Afsheen
14 Menahan rasa yang menganak di dalam hati
15 Keributan di atas tangga
16 Ilker berusaha menjauh
17 Menyembunyikan panggilan dari Yilzid
18 Panggilan di tolak
19 Semburan terhadap Alen
20 Dhyia pertama kalinya ke kantor
21 Berita yang membuat Ilker terkejut
22 Luka yang mengingatkan masa lalu
23 Kekaguman Dhyia terhadap sang suami
24 Kabar berita yang membuat Yilzid terkejut
25 Ke rumah Yilzid melihat foto
26 Kedatangan Gohan Hakan
27 Permintaan yang buat menyesal
28 Terkejut melihat foto
29 Kepanikan Dhyia Kharya
30 Kesenangan Gohan Hakan
31 Yilzid mendadak berdiri
32 Alen dan Cecar
33 Mencari model
34 Kejahilan Balin dan kekesalan Altan
35 Terciduk oleh tingkah sendiri
36 Amplop cokelat yang membuat Dhyia gemetar
37 Kedatangan Yuzer
38 Masalah Yuzer dan Candaan sahabat
39 Perbincangan di kafe dan kebiasaan Alen
40 Mimpi Alen yang tidak terwujud
41 Dugaan Alen jadi, kenyataan
42 Bingung setelah semburan api
43 Teringat amplop cokelat
44 Benar perihatin melihatnya
45 Dhyia dan Benar terkejut
46 Perhatian yang tidak di anggap
47 Jatuh sakit
48 Ketahuan oleh sang istri
49 Dulu dan sekarang berbeda
50 Kekhawatiran sang istri
51 Di balik sifat Altan dan Cecar
52 Penjelasan yang melegakan hati Dhyia
53 Resep dokter
54 Slide masa lalu terdengar kembali
55 Mendapatkan ide brilian
56 Mencoba bersikap sabar
57 Dhyia kembali di uji
58 Mengusir istri dari dalam kamar
59 Kembali ke kamar belakang
60 Keinginan Ayah dan anak yang bertentangan
61 Kekesalan dua anak yang berbeda
62 Dhyia mencoba kembali
63 Selembar memo
64 Perdebatan Ilker dan Yilzid
65 Pertanyaan Ilker tentang mobil yang terlihat olehnya dari CCTV
66 Munajat sang wanita
67 Kegelisahan Ilker
68 Kecemasan Bi Benar
69 Pertama kalinya memberi nasihat
70 Mendadak menerima perhatian
71 Ilker yang terbuai dengan Dhyia
72 Ilker dan Yilzid asyik berbalas pesan
73 Persiapan Ilker dan juga Gohan Hakan
74 Kecurigaan Dhyia terhadap suami
75 Rahasia Ilker dari istri
76 Di ruang rapat
77 Pergi liburan
78 Kebahagiaan Ilker dan Yilzid di tengah duka Dhyia
79 Di dalam mobil dan di atas sajadah
80 Kerinduan sang adik dan kemarahan Yilzid
81 Kegelisahan
82 Tekanan Gohan Hakan terhadap Yuzer dan kemarahannya kepada pengawal
83 Di restoran dan di rumah
84 Keberangkatan Rana dan di tempat parkiran
85 Di atas kapal
86 Kedatangan Rana Carya
87 Kepanikan Ilker
88 Ilker tiba di rumah
89 Mengompres sang istri
90 Rana singgah di kafe Asil
91 Kebahagiaan Gohan Hakan
92 Rana tiba di rumah
93 Perintah Ilker yang membuat Benar pusing
94 Omelan Ilker yang menekan batin Alen dan Cecar
95 Dhyia yang berusaha tegar
96 Kedatangan Yuzer yang membuat Ilker terkejut
97 Benar mendadak pulang
98 Ketakutan Yilzid
99 Kemarahan Rana
100 Cibiran Rana yang menguras air mata
101 Sebuah ancaman yang mematikan Burcu
102 Kecurigaan Yilzid dibalik kerjasama
103 Kebencian Ilker dan kepanikan Dhyia
104 Perdebatan Pevin dan Yilzid
105 Peringatan keras terhadap Pevin
106 Tiket pesawat di dalam saku celana
107 Ilker shock setelah mengetahui yang sebenarnya
108 Memutuskan pergi
109 Ucapan Rana yang membuat Dhyia miris
110 Tiba di rumah kerabat
111 Perlakukan sang Bibi setelah melihat ke datangannya
112 Kekonyolan Pevin demi menolong Yilzid
113 Penemuan tiket pesawat di atas tolet
114 Ilker mendesis kesal
115 Makan siang
116 Makan siang part 2
117 Makan siang part 3
118 Makan siang Part 4
119 Yilzid tiba di rumah
120 Kemarahan Ilker
121 Di ruangan olahraga
122 Di dalam lemari
123 Di tengah jalan
124 Di tengah jalan part 2
125 Pesta
126 Pesta part 2
127 Serangan di tempat pesta
128 Serangan di tempat pesta part 2
129 Pertengkaran di kamar hotel
130 Pergi mencari kerja
131 Pergi mencari kerja part 2
132 Pemotretan yang berujung penyekapan
133 Berita pagi menyibukkan semua orang
134 Berita pagi menyibukkan semua orang part 2
135 Berita yang membuat terpukul
136 Kemarahan Rana dari balik telepon Dan kemarahan Gohan Hakan
137 Ilker dan Yuzer bertemu lagi
138 Duduk di balik pintu kamar
139 Membatalkan pencarian Yilzid
140 Kejadian di lapangan hijau
141 Masih dengan lapangan hijau
142 Malam hari
143 Pertemuan Dhyia dengan Bu Afin
144 Peristiwa yang menimpa Rana
145 Yilzid dan Pevin di rumah gubuk
146 Peristiwa yang menimpa Rana part 2
147 Memenuhi panggilan polisi
148 Memenuhi panggilan polisi part 2
149 Memenuhi panggilan polisi part 3
150 Memenuhi panggilan polisi part 4
151 Kepulangan Rana dari rumah sakit
152 Kebohongan Gohan Hakan
153 Pengusiran Dhyia
154 Kebenaran yang mengejutkan sang mafia
155 Terbongkarnya kejahatan sang mafia
156 Yilzid pergi dari rumah
157 Di depan meja kasir
158 Kedatangan Yilzid
159 Keributan
160 Keputusan Dhyia
Episodes

Updated 160 Episodes

1
Awal mula pernikahan
2
Di meja makan termenung seorang diri
3
Prasangka buruk terhadap Dhiya Kharya
4
Kemesraan di tengah masalah
5
Kejadian sepanjang dalam perjalanan
6
Di cafe
7
Dilema dalam diri masing-masing
8
Keributan di tempat parkir
9
Melihat sebuah foto
10
Kemarahan di diskotik
11
Untuk pertama kalinya
12
Keputusan Dhyia yang disambut Ilker
13
Sedih dan sesal mengenang keputusan Afsheen
14
Menahan rasa yang menganak di dalam hati
15
Keributan di atas tangga
16
Ilker berusaha menjauh
17
Menyembunyikan panggilan dari Yilzid
18
Panggilan di tolak
19
Semburan terhadap Alen
20
Dhyia pertama kalinya ke kantor
21
Berita yang membuat Ilker terkejut
22
Luka yang mengingatkan masa lalu
23
Kekaguman Dhyia terhadap sang suami
24
Kabar berita yang membuat Yilzid terkejut
25
Ke rumah Yilzid melihat foto
26
Kedatangan Gohan Hakan
27
Permintaan yang buat menyesal
28
Terkejut melihat foto
29
Kepanikan Dhyia Kharya
30
Kesenangan Gohan Hakan
31
Yilzid mendadak berdiri
32
Alen dan Cecar
33
Mencari model
34
Kejahilan Balin dan kekesalan Altan
35
Terciduk oleh tingkah sendiri
36
Amplop cokelat yang membuat Dhyia gemetar
37
Kedatangan Yuzer
38
Masalah Yuzer dan Candaan sahabat
39
Perbincangan di kafe dan kebiasaan Alen
40
Mimpi Alen yang tidak terwujud
41
Dugaan Alen jadi, kenyataan
42
Bingung setelah semburan api
43
Teringat amplop cokelat
44
Benar perihatin melihatnya
45
Dhyia dan Benar terkejut
46
Perhatian yang tidak di anggap
47
Jatuh sakit
48
Ketahuan oleh sang istri
49
Dulu dan sekarang berbeda
50
Kekhawatiran sang istri
51
Di balik sifat Altan dan Cecar
52
Penjelasan yang melegakan hati Dhyia
53
Resep dokter
54
Slide masa lalu terdengar kembali
55
Mendapatkan ide brilian
56
Mencoba bersikap sabar
57
Dhyia kembali di uji
58
Mengusir istri dari dalam kamar
59
Kembali ke kamar belakang
60
Keinginan Ayah dan anak yang bertentangan
61
Kekesalan dua anak yang berbeda
62
Dhyia mencoba kembali
63
Selembar memo
64
Perdebatan Ilker dan Yilzid
65
Pertanyaan Ilker tentang mobil yang terlihat olehnya dari CCTV
66
Munajat sang wanita
67
Kegelisahan Ilker
68
Kecemasan Bi Benar
69
Pertama kalinya memberi nasihat
70
Mendadak menerima perhatian
71
Ilker yang terbuai dengan Dhyia
72
Ilker dan Yilzid asyik berbalas pesan
73
Persiapan Ilker dan juga Gohan Hakan
74
Kecurigaan Dhyia terhadap suami
75
Rahasia Ilker dari istri
76
Di ruang rapat
77
Pergi liburan
78
Kebahagiaan Ilker dan Yilzid di tengah duka Dhyia
79
Di dalam mobil dan di atas sajadah
80
Kerinduan sang adik dan kemarahan Yilzid
81
Kegelisahan
82
Tekanan Gohan Hakan terhadap Yuzer dan kemarahannya kepada pengawal
83
Di restoran dan di rumah
84
Keberangkatan Rana dan di tempat parkiran
85
Di atas kapal
86
Kedatangan Rana Carya
87
Kepanikan Ilker
88
Ilker tiba di rumah
89
Mengompres sang istri
90
Rana singgah di kafe Asil
91
Kebahagiaan Gohan Hakan
92
Rana tiba di rumah
93
Perintah Ilker yang membuat Benar pusing
94
Omelan Ilker yang menekan batin Alen dan Cecar
95
Dhyia yang berusaha tegar
96
Kedatangan Yuzer yang membuat Ilker terkejut
97
Benar mendadak pulang
98
Ketakutan Yilzid
99
Kemarahan Rana
100
Cibiran Rana yang menguras air mata
101
Sebuah ancaman yang mematikan Burcu
102
Kecurigaan Yilzid dibalik kerjasama
103
Kebencian Ilker dan kepanikan Dhyia
104
Perdebatan Pevin dan Yilzid
105
Peringatan keras terhadap Pevin
106
Tiket pesawat di dalam saku celana
107
Ilker shock setelah mengetahui yang sebenarnya
108
Memutuskan pergi
109
Ucapan Rana yang membuat Dhyia miris
110
Tiba di rumah kerabat
111
Perlakukan sang Bibi setelah melihat ke datangannya
112
Kekonyolan Pevin demi menolong Yilzid
113
Penemuan tiket pesawat di atas tolet
114
Ilker mendesis kesal
115
Makan siang
116
Makan siang part 2
117
Makan siang part 3
118
Makan siang Part 4
119
Yilzid tiba di rumah
120
Kemarahan Ilker
121
Di ruangan olahraga
122
Di dalam lemari
123
Di tengah jalan
124
Di tengah jalan part 2
125
Pesta
126
Pesta part 2
127
Serangan di tempat pesta
128
Serangan di tempat pesta part 2
129
Pertengkaran di kamar hotel
130
Pergi mencari kerja
131
Pergi mencari kerja part 2
132
Pemotretan yang berujung penyekapan
133
Berita pagi menyibukkan semua orang
134
Berita pagi menyibukkan semua orang part 2
135
Berita yang membuat terpukul
136
Kemarahan Rana dari balik telepon Dan kemarahan Gohan Hakan
137
Ilker dan Yuzer bertemu lagi
138
Duduk di balik pintu kamar
139
Membatalkan pencarian Yilzid
140
Kejadian di lapangan hijau
141
Masih dengan lapangan hijau
142
Malam hari
143
Pertemuan Dhyia dengan Bu Afin
144
Peristiwa yang menimpa Rana
145
Yilzid dan Pevin di rumah gubuk
146
Peristiwa yang menimpa Rana part 2
147
Memenuhi panggilan polisi
148
Memenuhi panggilan polisi part 2
149
Memenuhi panggilan polisi part 3
150
Memenuhi panggilan polisi part 4
151
Kepulangan Rana dari rumah sakit
152
Kebohongan Gohan Hakan
153
Pengusiran Dhyia
154
Kebenaran yang mengejutkan sang mafia
155
Terbongkarnya kejahatan sang mafia
156
Yilzid pergi dari rumah
157
Di depan meja kasir
158
Kedatangan Yilzid
159
Keributan
160
Keputusan Dhyia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!