Mencintai Abang Tiri
Aku berdiri di depan pintu hitam itu sejenak. Nafasku berhembus tidak beratur akibat berlari dari lantai satu ke lantai dua. Sebedarnya aku malu karena mereka menatap setiap langkahku, apalagi laki-laki yang mempunyai tatapan tajam itu_aldo ketua BEM. Tetapi, aku harus tetap tenang jagan sampai terlihat gugup. Sudah terlambat jagan sampai membuat malu disini. Aku segera duduk di kursi yang telah disediakan.
Dari sini aku dapat melihat sekeliling dengan jelas. Jumlah orang-orang disini ada 35 orang dengan 6 meja panjang yang diisi 5 orang. 3 bagian kanan dan tiga lagi bagian kiri. Dibelakang terdapat lemari kaca dan kayu. Dilangit-lagit ada 4 kipas angin yang berputar pelan. Aku yakin kalau selama rapat diadakan pasti mereka tidak akan fokus karena panas. Lihatlah belum dimulai sebagain orang sudah megibas buku tulis.
"Maaf"ujarku pada Aldo yang terlihat sibuk dengan labtopnya. Tidak ada balasan dari laki-laki dingin itu. Aku berali ke laki-laki yang duduk disebelah kanan.
"Bang acaranya udah mulai"ujarku berbisik lagi. "Belum, ketua suruh tunggu lo datang"ujarnya dengan senyum menggoda.
"Lo bisa aja bohongnya kak"
"Gue tidak...."
"Yang bicara bisa keluar"ujar Aldo tegas. Aku segera mengambil buku catatan dengan pena.
Acara segera dimulai dengan pembacaan doa. Berlanjut dengan acara inti. Aldo berdiri dari duduknya dan menatap orang-orang dengan tegas. Mata tajam aldo menatap orang-orang sekitar.
"Saya ucapakan terima kasih atas kerja keras teman-teman semua" suara tepukan tangan terdengar memenuhi ruangan. Aku dapat melihat senyum penuh kepuasan di wajah-wajah mereka. Akhirnya masa-masa sibuk sudah berakhir. Tidak ada lagi pulang malam serta harus berpanas-panasan di lapangan luas. Tidak ada lagi rapat evaluasi setelah ini. Untung saja semuanya berjalan lancar tampa hambatan dan masalah yang berarti.
"Alhamdulilah semuanya dapat berjalan dengan lancar walaupun ada beberapa kedala yang diluar kendali kita." Aku mendengar setiap kalimatnya. Dimataku, Aldo merupakan sosok pemimpin yang tegas dan irit bicara. Dia hanya bicara ketika ada hal-hal penting. Orang-orang banyak yang takut berhadapan langsung dengan sosok satu itu.
Pernah satu hari saat aku datang ke ruang BEM. Ada dua orang berkumpul di depan pintu. Mereka tidak langsung masuk seperti biasa. karena penasaran aku bertanya mengapa mereka tidak masuk? Dan apa jawaban mereka.
"Kami tidak berani masuk"ujar salah satu yang mewakilakan sang teman. Aku binggu dong, untuk apa mereka takut. Tapi tunggu dulu...bukankah mereka bagian dari divisi dekorasi.
"Memang kenapa?" Tanyaku heran, untuk apa takut kalau tidak melakukan kesalahan pikirku saat itu. Kesalahan.. ya kenapa aku lupa akan fakta itu. Aldo akan berubah menjadi sosok yang mengerikan ketika terjadi kesalahan.
"Kesalahan apa yang kalian lakukan?"tanyaku akhirny. Mereka saling lirik satu dan lain. terlihat sekali kalau mereka ragu untuk bicara dan aku dapat melihat ketakutan dari tindakan tangan mereka. Sedari tadi salah satu perempuan memainkan tangannya.
"Tidak masalah jika tidak ingin memberitahu" lagin aku juga tidak dapat memaksa orang itu untuk bicara ujarku dalam hati. Aku melangkah untuk masuk kedalam karena ingin bertemu dengan Aldo. Setelah itu baru kembali bertemu dosen.
"Tunggu"ujar mereka bersamaan. Aku berdiam untuk dengar kelanjutan dari mereka.. Tapi mereka masih saja diam. "Jika tidak ada yang ingin dibicarakan aku akan pergi"ujarku tidak pedulu. Ayolah Aqila, kamu masih banyak urusan yang harus diselesaikan untuk apa menambah beban pikiran.
"Apakah kau bisa tolong kami" aku diam untuk mendengar lebih lanjut. "Tolong kasihkan ini kepada Aldo" aku menatap map lalu kembali menatap mereka. Begitu berulang sembari memikirkan permintaan mereka.
"Kasih sendiri mengapa harus aku" putuskan akhirya.
"Kami tidak berani untuk bertemu kak Aldo" ujar salah satu mahasiswa yang rambutnya terurai
"Bukan urusan aku dong"balasku dan segera bergerak untuk membuka pintu dari tadi.
"Kami mohon kak, tadi kami dengar kak Aldo marah-marah dengan tim bagian konsumen. Kami takut kena semprot juga"
"Lalu, hubunganya dengan saya apa?"
"Kata teman-teman kak Aldo lumai jinak dengan kak'" ya rumor itu lagi. Padahalkan dihatiku masih tertulis akan namanya. Dasar orang-orang mulut besar.
"Gini ya, dia tidak akan marah kalau kalian tidak salah" ujarku lalu segera masuk kerungan.
Sungguh, pertama kali bertemu Aldo smpat berpikiran hal yang serupa.Tetapi berubah saat aku berpikir kalau Aldo lumaian mirip dengan dia. Tolong garis bawahi lumaian mirip.Mereka mempunyai ekspresi yang sama tetapi sifat yang berbeda. Walaupun begitu jiwa kepemimpinan mereka sama. Ah.. mengapa aku harus mengingat nya kembali. Sosok yang mengisi kekosongan hatiku. Aku belajar banyak darinya. Terutama tentang arti cinta. Kata-kata yang sampai sekarang yang aku ingat sampai saat ini.
"Allah telah menentukan jodohmu. Jadi jagan risau akan perkara otu. Karena dia akan datang disaat yang tepat"
Kata perpisahan yang membuatku berharap agar tuhan menjodohkan dengan dia. Tetapi apakah aku terlalu berharap. Hati ini terlalu banyak merasakan sakit sehingga takut untuk terluka yang kesekian kalinya.
"AQILA"aku menatap semua binggung. Mengapa mereka menatapku seperti ini.
"Fokus"ujar Aldo tegas. Ya ampun sudah berapa lama aku melamun. Sepertinya pipiku merah karena malu. Rasanya ingin mengilang saja dari sini. "Aqila kamu keluar dari sini!"ujarnya Aldo tegas tidak ingin dibantah. Mata elangnya menatapku tajam. Sepertinya perasaan laki-laki itu tidak baik saat ini. Dari pada membuat yang lain kena imbasnya, lebih baik aku keluar saja dari ruangan ini.
"Saya paling benci dengan anggota yang tidak disiplin dan tidak fokus "aku berhenti di depan pintu, lalu melanjutkan langkah kembali. Aku sangat tahu pernyaan tersebut dilayangkan untuk aku. Tetapi apa boleh buat, lagi pula aku yang bersalah di sini.
Sekarang aku binggu harus kemana. Hari sudah semakin sore,ingin pulang tetapi rapat belum selesai. Tidak mungkin aku pulang begitu saja yang ada dibilangi orang -orang. Aku menuju ke kursi yg terdapat disekitar ruang rapat. Tidak buruk untuk mencicil tugas yang diberikan dosen. Apalagi harus diantar besok. Sepertinya para dosen tidak senang muridnya tidak bergadang. Bahkan lingkaran hitam dimataku sudah tampak sangat jelas. Aku mengeluarkan kertas dabbel folio berserta buku perpus yang aku pinjam tadi. Karena inilah aku harus datang terlambat ke rapat. Walaupun demikian kalau tidak ada buku ini akan sulit bagiku untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.
Tak lama aku mendengar suara bariton seseorang. Sangking asik mengerjakan tugas aku tidak menyadari kalau rapat telah selesai. Mungkin sebentar lagi aku akan selesai.
"Jelaskan"ujar Aldo yang duduk didepanku. "Saya minta maaf atas keterlambatan saya tadi. Hal itu benar-benar tidak segaja."
"Alasanya?" aku terdiam sejenak. Masa aku bilang alasan karena pinjam buku sih. Bukanya kalau pinjam buku bisa nanti. Aku kawatir dia tidak dapat menerima alsanku ini. Ya allah aku harus bilang apa sekarang.
"Jawab!!"ujar Aldo yang sepertinya akan marah kepadaku. Baikalah lebih baik jujur dari pada tidak sama sekali.
"Sebenarnya aku tadi pinjam buku ini dulu"ujarku pelan. Aku dapat mendengar suara nafas kasar. "Besok datang ke ruangan"ujarnya tenang dan datar. Sepertinya dia sudah tidak marah lagi. Tanpa pamit dia berlalu begitu saja. Untung saya Aldo tidak menghukumku. Hari ini kamu selamat Aqila tidak tahu besok.
Andai saja dia ada disi pasti dia akan menghibur. Ya walaupun dengan cara yang aneh. Tidak Aqila, mengapa kamu jadi teringat dia. Ya allah maafkanlah hamba yang terlalu memikirkan selain dirimu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mawar_Jingga
halo kak salam kenal🤗
aku mampir nih,like dan komen mendarat ya
mampir juga "sepotong sayap patah" di tunggu like dan komentar nya🥳
2023-08-30
0