Sebuah ruagan yang disi oleh empat orang. Dua masih remaja dan dua orang dewasa. Mereka terlihat serius memperhatikan layar putih yang terdapat tulisan data seseorang. Seorang pria dengan pakain formalnya berdiri dihadapat dua orang remaja dan satu orang pria dewasa.
"Ini merupakan orang-orang yang diutus SMA smart untuk mengikuti lomba nanti. Mereka merupakan juara umum dan diajarkan secara langsung oleh alumni mereka yang sudah pernah menjadi juara." Mereka membuka lembaran yang ada dihadapan mereka.
"Mengapa SMAN majapahit belum ada mendaftaran orang yang diutus?"ujar seorang remaja.
"Dari yang saya dengar mereka akan mengutus Fauzi ketua osis tahun ini tetapi mereka belum menemukan pakner yang tepat untuknya"jelas orang yang ada didepan.
"Apakah kita harus waspada kepada mereka pak?"tanya sang teman yang sedari tadi diam.
"Siapapun lawanya kita tidak boleh mengangap remeh. Karena itulah tahun lalu kita gagal membawa piala pulang"ujar pria yang disebut pak tadi.
"Kamu pastikan siapa yang akan diutus oleh SMAN majapahit karena mereka mempunyai peluang untuk menjadi juara. Apalagi jika dia berubah pikiran."ujar orang itu penuh keyakinan.
"Kenapa bapak seyakin itu?"tanya sang anak murid yang masih belum mengerti bagaimana gurunya ini bermain.
"Kamu tidak perlu memikirkan tentang itu. Kalian fokus saja dengan materi. Rapanya sampai disini dulu kalian bisa pergi ke kelas."
..............
Isinya hanya map warna merah.
"kelihatan kali tidak niat belajar"ujar bang ameng ketus setelah melihat isi tasku. Sepertinya dia masih dendam dengan aku perkara tahu goreng tadi.
"Memang, lagi pula belajar bukan untuk diperlihatkan abangku sayang"balasku seadanya.
"Lo bisa tidak jadi cewek jagan genit" sewot kak cantika yang terlihat tidak suka dengan kehadiran aku disini. Kak cantika itu orang pendiam tetapi kalau sudah tidak suka dengan sesuatu dia akan memperlihatkan itu semua. Tetapi dari semua itu dia orang peduli dan baik.
"Santai kak cantika"ujarku sambil tersenyum.
"Sudah, serahkan itu kepada aku"pinta bang ihsan tak ingin dibantah. Dia juga terlihat tidak nyaman dengan keadaan saat ini. Terlihat dari kakinya yang tidak bisa diam.
"Ada uangan ada barang" bang ihsan segera mengeluarkan dompet dari kantong celananya. Tapi ini tidak seru jika hanya begini saja harus ada penyedapnya bukan. petunjukan intinya akan segera dimulai.
"Ini"bang ihsan memberikaku uang merah begitu saja.
"santai bang jangan terlalu terburu-buru"ujarku mencairan suasan yang seperti sangat tegang. Dia meletakan uanganya di atas meja dan masih keras atas pendirianya.
"Heran gue, itu ada uangnya tapi masih aja bertele-tela"ujar bang ikal yang terlihat bosan
"Baiklah-baiklah abang-abng semua. tapi, omong-omong kalian tidak capek apa?" Tanyaku memancing.
"Maksudmu apa?"respon bang ihsan pura-pura tidak paham.
"Hehe.. tidak jadi. Aku permisi ambil air dulu ya?"kataku sembari bersiap untuk berdiri. Tetapi, tanpa diduga bang ihsan berdiri
"Aku saja yang pesan, mau apa?" Tawar bang Ihsan tiba-tiba.
" teh es saja" balasku
"Kak cantika apakah kamu pacar bang ihsan?" Tanyaku yang sedari tadi gatal ingin berkata. Kak cantika tampak terkejut sehingga tersedang. Tentusaja mereka terkejut dan menatap penuh penjelasan.
"Ini"seru bang ihsan lalau duduk kembali. Meresa tatapan aneh dari sang teman ihsan berseru " ada apa?" tanya yang baru saja duduk kembali.
"Kamu pacaran sama cantika"aku tersenyum sembari meminum the es. Kelihatan sekali bang ihsan terlihat gelisah. Dia menatap teman-temanya dan berakhir menatapku tajam. Aku mengangkat alis sebagai respon. Sungguh lucu melihatnya merasa gelisa seperti itu. Tetapi mengapa dia rahasiakan ini semua dari sahabat-sahabatnya.
"AQILLLAAA" aku menatap sumber suara bigung. Tumben Hasan menyariku ke sini. Orang-orang menatap kehadirannya dengan penasaran lalu menatap kepadaku.
"Gue izin ke luar dulu ya" padahal aku tidak rela keluar sebelum melihat tontonan gratis kan lumaian. Aku pergi menyusul Hasan yang ada di depan pintu. Aku kira dia sendiri ternya bersama dengan teman-teman sekelas.
"Hey mengapa kalian ada disini"
"Kamu harus ikut kita sekarang"ujar Hasan dengan menarik tanganku kuat. Untung saja aku dapat memgimbangi langkahnya. Jika tidak aku pasti bisa terjatuh. Aduh tidak terbayang bagaimana rasa sakitnya.
"Iya tapi ada apa. Jagan tarik tangan orang sembarangan gini dong"
"Pokonya lo ikut kita aja"
........
Mereka kembai terdiam saat kepergian Aqila. Mereka mematap ihsan bertanya.
"Sekarang bagaimana?"tanya ikal kepada ihsan.
"Gue rasa dia curiga sama kita"lanjut cantika yang sedari tadi menunggu ihsan bicara. Dia sedikit kesal sifat ihsan kepada Aqila tadi.
"Kamu benar"ucap sesorang yang tadi sembunyi di dapur. Karena itulah Ihsan tidak membiarkan Aqila mesan minuman tadi. Mereka menatap sumber suara tadi. Degan pasti orang tersebut melangah menuju mantan muridnya. Tangannya berusaha memperbaiki kacamata yang sedari tadi merosot.
"Saya masih penasaran mengapa ibu sangat menginginkan Aqila untuk ikut"tanya ameng kesal. Dia meminum air putih yang dibeli dengan cepat. Dia masih tidak terima tahu gorengnya diambil begitu saja. Ini bukan masalah tahu, hanya saja Itu makan favoridnya. Tampa izin diambil seenaknya oleh remaja itu.
"Tenang bro nanti gue belikan lagi. Kalau perlu sama gerobaknya sekalian" seru ikal agar sang sahabat tidak kesal lagi. Pria itu sangat pusing menghadapi sifat kekanakan ameng.
Ameng yang ditawarkan hal demikian tentu saja senang bukan main. Dia mendekati ikal dengan mata penuh binar. Ikal merutuk dirinya karena menjanjikan hal itu. Dia merasa pasti pria itu akan menggangu harinya.
"Lo serius kan?"lihatlah sekarang dia sudah sangat menyebalkan. Ini sebul lima menit tawaranya tadi. "Iya"ujar ikal datar dan tegas. Kalau tidak demikian pasti Ameng tidak akan berhenti.
"Ameng benar, padahal kita tahu sendiri bagaimana nilai gadis itu"seru cantika setuju. Cantika sangat tidak suka dengan Aqila sejak perempuan itu mendekati ihsan dan terlihat sekali mengejeknya.
"Kalian tidak akan bisa melihat apa yang disembunyikan gadis itu selama ini"ujar guru itu lalu pergi melangkah keluar tampa memberikan kejelasan lebih lanjut. Mereka medekati Ihsan yang masih saja betah dengan kebungkaman.
"Gue diluan ya bro sebentar lagi masuk kuliah"ujar ikal sembari membayar makan yang dia makan. Mereka tidak terlalu menangapi sapaan pria tersebut karena lebih penasaran dengan ihsan yang terus saja diam.
Tujuan 4 orang alumni itu adalah untuk menjadi mentor bagi adik-adik yang diutus untuk mengikuti lomba. Tahun lalu mereka menjadi perwakilan sekolah walaupun masih gagal. Tetapi, sekolah berusaha untuk memperbaiki itu semua. Mereka meminta para seniornya hadir untuk memberikan masukan sekaligus gambaran bagi adik-adiknya.
"Apa yang dikatakan bu ika tadi benar karena gue pernah melihatnya sendiri"ujar ihsan degan yakin lalu pergi meninggalkan kebingguan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments