Aku berdiri di depan pintu hitam itu sejenak. Nafasku berhembus tidak beratur akibat berlari dari lantai satu ke lantai dua. Sebedarnya aku malu karena mereka menatap setiap langkahku, apalagi laki-laki yang mempunyai tatapan tajam itu_aldo ketua BEM. Tetapi, aku harus tetap tenang jagan sampai terlihat gugup. Sudah terlambat jagan sampai membuat malu disini. Aku segera duduk di kursi yang telah disediakan.
Dari sini aku dapat melihat sekeliling dengan jelas. Jumlah orang-orang disini ada 35 orang dengan 6 meja panjang yang diisi 5 orang. 3 bagian kanan dan tiga lagi bagian kiri. Dibelakang terdapat lemari kaca dan kayu. Dilangit-lagit ada 4 kipas angin yang berputar pelan. Aku yakin kalau selama rapat diadakan pasti mereka tidak akan fokus karena panas. Lihatlah belum dimulai sebagain orang sudah megibas buku tulis.
"Maaf"ujarku pada Aldo yang terlihat sibuk dengan labtopnya. Tidak ada balasan dari laki-laki dingin itu. Aku berali ke laki-laki yang duduk disebelah kanan.
"Bang acaranya udah mulai"ujarku berbisik lagi. "Belum, ketua suruh tunggu lo datang"ujarnya dengan senyum menggoda.
"Lo bisa aja bohongnya kak"
"Gue tidak...."
"Yang bicara bisa keluar"ujar Aldo tegas. Aku segera mengambil buku catatan dengan pena.
Acara segera dimulai dengan pembacaan doa. Berlanjut dengan acara inti. Aldo berdiri dari duduknya dan menatap orang-orang dengan tegas. Mata tajam aldo menatap orang-orang sekitar.
"Saya ucapakan terima kasih atas kerja keras teman-teman semua" suara tepukan tangan terdengar memenuhi ruangan. Aku dapat melihat senyum penuh kepuasan di wajah-wajah mereka. Akhirnya masa-masa sibuk sudah berakhir. Tidak ada lagi pulang malam serta harus berpanas-panasan di lapangan luas. Tidak ada lagi rapat evaluasi setelah ini. Untung saja semuanya berjalan lancar tampa hambatan dan masalah yang berarti.
"Alhamdulilah semuanya dapat berjalan dengan lancar walaupun ada beberapa kedala yang diluar kendali kita." Aku mendengar setiap kalimatnya. Dimataku, Aldo merupakan sosok pemimpin yang tegas dan irit bicara. Dia hanya bicara ketika ada hal-hal penting. Orang-orang banyak yang takut berhadapan langsung dengan sosok satu itu.
Pernah satu hari saat aku datang ke ruang BEM. Ada dua orang berkumpul di depan pintu. Mereka tidak langsung masuk seperti biasa. karena penasaran aku bertanya mengapa mereka tidak masuk? Dan apa jawaban mereka.
"Kami tidak berani masuk"ujar salah satu yang mewakilakan sang teman. Aku binggu dong, untuk apa mereka takut. Tapi tunggu dulu...bukankah mereka bagian dari divisi dekorasi.
"Memang kenapa?" Tanyaku heran, untuk apa takut kalau tidak melakukan kesalahan pikirku saat itu. Kesalahan.. ya kenapa aku lupa akan fakta itu. Aldo akan berubah menjadi sosok yang mengerikan ketika terjadi kesalahan.
"Kesalahan apa yang kalian lakukan?"tanyaku akhirny. Mereka saling lirik satu dan lain. terlihat sekali kalau mereka ragu untuk bicara dan aku dapat melihat ketakutan dari tindakan tangan mereka. Sedari tadi salah satu perempuan memainkan tangannya.
"Tidak masalah jika tidak ingin memberitahu" lagin aku juga tidak dapat memaksa orang itu untuk bicara ujarku dalam hati. Aku melangkah untuk masuk kedalam karena ingin bertemu dengan Aldo. Setelah itu baru kembali bertemu dosen.
"Tunggu"ujar mereka bersamaan. Aku berdiam untuk dengar kelanjutan dari mereka.. Tapi mereka masih saja diam. "Jika tidak ada yang ingin dibicarakan aku akan pergi"ujarku tidak pedulu. Ayolah Aqila, kamu masih banyak urusan yang harus diselesaikan untuk apa menambah beban pikiran.
"Apakah kau bisa tolong kami" aku diam untuk mendengar lebih lanjut. "Tolong kasihkan ini kepada Aldo" aku menatap map lalu kembali menatap mereka. Begitu berulang sembari memikirkan permintaan mereka.
"Kasih sendiri mengapa harus aku" putuskan akhirya.
"Kami tidak berani untuk bertemu kak Aldo" ujar salah satu mahasiswa yang rambutnya terurai
"Bukan urusan aku dong"balasku dan segera bergerak untuk membuka pintu dari tadi.
"Kami mohon kak, tadi kami dengar kak Aldo marah-marah dengan tim bagian konsumen. Kami takut kena semprot juga"
"Lalu, hubunganya dengan saya apa?"
"Kata teman-teman kak Aldo lumai jinak dengan kak'" ya rumor itu lagi. Padahalkan dihatiku masih tertulis akan namanya. Dasar orang-orang mulut besar.
"Gini ya, dia tidak akan marah kalau kalian tidak salah" ujarku lalu segera masuk kerungan.
Sungguh, pertama kali bertemu Aldo smpat berpikiran hal yang serupa.Tetapi berubah saat aku berpikir kalau Aldo lumaian mirip dengan dia. Tolong garis bawahi lumaian mirip.Mereka mempunyai ekspresi yang sama tetapi sifat yang berbeda. Walaupun begitu jiwa kepemimpinan mereka sama. Ah.. mengapa aku harus mengingat nya kembali. Sosok yang mengisi kekosongan hatiku. Aku belajar banyak darinya. Terutama tentang arti cinta. Kata-kata yang sampai sekarang yang aku ingat sampai saat ini.
"Allah telah menentukan jodohmu. Jadi jagan risau akan perkara otu. Karena dia akan datang disaat yang tepat"
Kata perpisahan yang membuatku berharap agar tuhan menjodohkan dengan dia. Tetapi apakah aku terlalu berharap. Hati ini terlalu banyak merasakan sakit sehingga takut untuk terluka yang kesekian kalinya.
"AQILA"aku menatap semua binggung. Mengapa mereka menatapku seperti ini.
"Fokus"ujar Aldo tegas. Ya ampun sudah berapa lama aku melamun. Sepertinya pipiku merah karena malu. Rasanya ingin mengilang saja dari sini. "Aqila kamu keluar dari sini!"ujarnya Aldo tegas tidak ingin dibantah. Mata elangnya menatapku tajam. Sepertinya perasaan laki-laki itu tidak baik saat ini. Dari pada membuat yang lain kena imbasnya, lebih baik aku keluar saja dari ruangan ini.
"Saya paling benci dengan anggota yang tidak disiplin dan tidak fokus "aku berhenti di depan pintu, lalu melanjutkan langkah kembali. Aku sangat tahu pernyaan tersebut dilayangkan untuk aku. Tetapi apa boleh buat, lagi pula aku yang bersalah di sini.
Sekarang aku binggu harus kemana. Hari sudah semakin sore,ingin pulang tetapi rapat belum selesai. Tidak mungkin aku pulang begitu saja yang ada dibilangi orang -orang. Aku menuju ke kursi yg terdapat disekitar ruang rapat. Tidak buruk untuk mencicil tugas yang diberikan dosen. Apalagi harus diantar besok. Sepertinya para dosen tidak senang muridnya tidak bergadang. Bahkan lingkaran hitam dimataku sudah tampak sangat jelas. Aku mengeluarkan kertas dabbel folio berserta buku perpus yang aku pinjam tadi. Karena inilah aku harus datang terlambat ke rapat. Walaupun demikian kalau tidak ada buku ini akan sulit bagiku untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen.
Tak lama aku mendengar suara bariton seseorang. Sangking asik mengerjakan tugas aku tidak menyadari kalau rapat telah selesai. Mungkin sebentar lagi aku akan selesai.
"Jelaskan"ujar Aldo yang duduk didepanku. "Saya minta maaf atas keterlambatan saya tadi. Hal itu benar-benar tidak segaja."
"Alasanya?" aku terdiam sejenak. Masa aku bilang alasan karena pinjam buku sih. Bukanya kalau pinjam buku bisa nanti. Aku kawatir dia tidak dapat menerima alsanku ini. Ya allah aku harus bilang apa sekarang.
"Jawab!!"ujar Aldo yang sepertinya akan marah kepadaku. Baikalah lebih baik jujur dari pada tidak sama sekali.
"Sebenarnya aku tadi pinjam buku ini dulu"ujarku pelan. Aku dapat mendengar suara nafas kasar. "Besok datang ke ruangan"ujarnya tenang dan datar. Sepertinya dia sudah tidak marah lagi. Tanpa pamit dia berlalu begitu saja. Untung saya Aldo tidak menghukumku. Hari ini kamu selamat Aqila tidak tahu besok.
Andai saja dia ada disi pasti dia akan menghibur. Ya walaupun dengan cara yang aneh. Tidak Aqila, mengapa kamu jadi teringat dia. Ya allah maafkanlah hamba yang terlalu memikirkan selain dirimu.
Awal kisah ini dimulai dari awal masuk sekolah. Saat ini bandung lagi musim penghujan. Jalan-jalan basah karena hujan yang turun tadi malam. Udara sejuk pun masih meninggalkan jejaknya. Rasanya sangat malas untuk bangun dari tempat tidur kalau bukan karena suara sang ibunda tercinta. Demi keselamatan telinga, aku terpaksa bangun dari mimpi indah. Tapi tunggu dulu, tumben sekali bunda ada di rumah. Bukanya bunda lebih suka menghabisakn waktu diluar rumah daripada bertemu sang putri di rumah.
Aku segera keluar dari kamar dan menuju dapur, ternyata di sini aku mendapatkan bunda yang sedang sibuk dengan dokumen yang entah apa isinya. Bahkan di meja makanpun harus membawa perkejaanya. Aku segera makan nasi goreng dengan tenang. Setelah selesai langsung minum sirup jeruk.
"Eh.. sejak kapan ada disitu?" Aku menatap bunda malas. Aku merasa perkejaannya sepenting itu dari pada sang putri yang duduk didekanya ini. "Dari tadi"jawabku seadanya.
Aku segera pergi dari rumah engan untuk bicara lebih jahu. Lebih baik aku cepat-cepat ke halte bis. Biasanya ada bis gelombang kedua yang searah dengan sekolahan sekitaran jam segini. Aku hanya berharap agar jalanan tidak macet dan membuatku harus dihukum dihari pertama masuk sekolah setelah sekian lama libur.
..........
Aku menatap gerbang yang bertulisan SMA majapahit dengan saksama. Tidak terasa sekarang sudah kelas 12 . Kemaren aku saat awal masuk sekolah aku juga berdiri disini dengan tujuan yang sama yakni mencari ilmu. Sekolah yang diburu banyak orang tua karena melahirkan anak-anak hebat dan berbakat yang memenagkan banyak lomba. Terkadang aku mempertanyakan narasi itu. Apakah itu benar ataukah itu semua hanya sampul dari luar saja.
tetapi ketika aku merasakanya sendiri, semua tidak seperti yang aku bayangkan. Aku kira semuanya akan mudah untuk ikut lomba ternyata tidak. Aku bahkan pernah melihat betapa sulitnya sebagian pelajar yang ingin izin untuk mengikuti lomba dengan dana yang dibebankan sekolah.
Sekolah sangat berat sekali mengeluarkan dana jika lomba itu baru diikuti. Bahkan ada sebagian guru yang tidak mau mengerti apabila ada anak yang dispen. Belum lagi tidak ada keringan atas tugas sekolah yang menumpuk.
Tak terasa kantuk menyerangku yang memang dasarnya sulit sekali tidur malam. Aku saja semalam baru bisa tidur saat jam 4 dan terpaksa bangun jam 7.Aku berusaha mencari posisi nyaman di sofa yang sudah lama menghuni tempat ini. Walaupun sudah tua tetap saja ada sensai nyaman bagiku untuk menjelajahi dunia mimpi. Percayalah kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan hari ini. Dari pada mati kebosan lebih baik pergi ke sini bukan. Udara pagi serta pohon besar membuatku tenang dan nyaman.
"KEPADA AQILA CAHAYA AMERTA KELAS Xll mipa 1 harap ke ruang bk" suara tegas berhasil menarik kesadaranku. Aku duduk agar tidak salah dengar. Sura itu hadir kembali beberapa kali. Perasaan hari ini aku tidak ada membuat, masalah mengapa dipanggil. Atau jangan-jangan ibu ika kangen dengan aku. Baiklah ayo kita menghadap guru satu itu. Bukankah seru membuat bu ika marah-marah saat masih pagi.
Hujan kembali turun membuat seragamku basah. Aku segera berlari agar seragam tidak terlalu basah walaupun terlambat. Aku berjalan melewati lorong-lorong kelas. Banyak orang-orang yang berkumpul bersama teman. Terlihat sekali betapa bahagianya mereka saat ini.
Sesampai ditujuan aku masuk tampa permisi. Maklum saja sangking seringnya aku keluar masuk ruangan ini sehingga aku anggap rumah sendiri. Tidak banyak yang berubah dari tempat ini masih sama saat terakhir kali masuk. Hanya cat tembok yang berwarna kunging . Terlihat lebih hidup, berbeda dengan identitas dikalangan pelajat yang lebih menganggap ruang bk sangat mengerikan. Padahal cuman dua minggu tidak berkunjung. Ruanganya tidak terlalu besar, ya hanya minimal mampu menampung 5-7 orang. Disini hanya terdapat dua meja. Satu menghadap pintu dan satunya lagi menghadap dinding debelah kiri saat masuk. Lalu ada pintu mengarah ruangan lain. Tidak terlalu besar tetapi disini terdapat karpet berbulu warna merah. Disana tidak terlalu banyak benda seperti di meja ini. Banyak sekali tumpukan kertas yang memenuhi area meja.
Aku kira hanya akan bertatap muka dengan guru kesayang yang santu ini, ternyata ada tamu. Aku tahu siapa namanya hanya sekedar itu. Banyak anak-anak cewek yang membicarakannya sehingga namanya tidak asing bagiku.
"Astagfirallah Aqila"ujar ibu ika sembari mengelus dada sabar. Aku tersenyum lebar sebagai respon dan segera duduk tampa diminta. Bu ika_seorang wanita umur 30 tahun lulusan jurusan piskologi. Dia sudah menika setahun lalu dengan guru olahraga ya bernama pak guntur.
"Jadi ada apa ibu panggi saya kesini. Padahal saya merasa tidak melakukan kesalahan. Atau jangan-jagan ibu rindu dengan saya"ujarku percaya diri.
Ayolah siapa yang tidak rindu aku. Aku ini orangnya memang sering buat orang-orang disekitar merasa rindu. Degan gemes ibu ika mencubitku di telinga. Tidak terlalu sakit tetapi lumai buat terkejut karena tiba-tiba.
"Pede sekali kamu"ujarnya.
"Aduh bu ampun" ujarku memelas. Kan kasihan nanti telingaku merah.
"Siapa suruh kamu seperti itu"ujar bu ika setelah melepaskan aku.
"Iya-iya" aku menatap seorang pria yang setahuku dia merupakan ketua osis tahun ini
Dia tidak menatapku sama sekali seakan-akan tidak peduli. Jujur aku penasaran dengan dia. Jarang terlihat tetapi namanya selalu disebut oleh orang-orang. Bagi diriku dia terlihat biasa saja.
"Aqila saya tahu Fauzi setampan itu tetapi tolong jaga pandangan" sepontan aku melihat bu ika yang tampak tersenyum menggoda.
"Ih.. siapa juga yang lihati dia"ujarku menghindari tatapan bu ika. Rasanya aku ingin menghilang saja dari sini.
"Yakin... jika demikian mengapa pipi kamu mereh begitu?"aku segera menutup pipiku dengan cepat. Jagan sampai ibu ika melihatnya. Ya...walaupun sudah terlambat.
"Jadi apa alasan ibu panggil saya kesini"ujarku berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ibu ika tertawa dengan keras sebelum kembali dengan wajah seriusnya. Dia menatal Fauzi sebelum kembali ke arahku.
"Begini ibu minta kamu untuk mengikuti perlombaan debat yang diadakan kementrian pendidikan" tunggu dulu aku tidak salah dengarkan. Mana tahu telingaku bermasalah karena teriakan bunda tadi pagi.
"Ibu tidak salah menawaran hal ini kepada saya"ujarku terkejut ,siapa tahu ibu ika becanda. Tetapi dia tetap menatapku dengan serius.
"Tidak salah kok"ujar bu ika dengan yakin.
"Bigini bu"aku berusahan untuk bicara serius dengan ibu ika. Sepertinya kali ini ibu ika serius akan permintaannya.
"Ibu tahu sendiri saya seperti apa. Saya peringkat terakhir di kelas. Dan banyak guru yang menyatakan diri saya tidak pintar lalu mengapa ibu meminta saya untuk bertanding sedangkan masih banyak orang yang mampu daripada saya"lanjutku akhirnya.
"Saya selama ini selalu memperhatikan kamu. Dan saya tahu apa yang kamu tutup dari semua orang"jawab ibu ika dengan pandangan yang sulik aku pahami.
Setelah perdebatan kecil yang terjadi antar aku dan ibu ika berakhir, aku memutuskan untuk pergi ke kantin. Semoga saja kantin pak joko buka. Aku sangat rindu tahu goreng buatan pak joko.
Sensansi rasa manis dari cabe buatan pak joko memang tidak ada lawan. Ditambah dengan rasa tahu yang telah pak joko campur dengan adonan. Meimikirkan itu membuat aku tidak sabar untuk segera sampai. Jagan sampai kalah cepat dengan murid-murid lain.
"Tunggu"suara bas seorang terdengan dekat dibelakangku. Karena penasaran aku berbalik badan untuk memastikan apakah itu ditunjukkan untuk aku atau orang lain. Malu dong aku jika bukan.
Ternyata laki-laki yang ada di ruangan bu ika tadi berdiri dibelakangku. Aku melihat sekitar dan menunjuk diriku sendiri untuk memastikan kepadanya. Dia hanya mengangguk sebagai respon. Aku diam untuk mendengar apa yang ingi dia bicarakan. Sembari menunggu aku menatap sekitar dengan dengan
saksama. Tapi kalau boleh jujur aku senang dengan kegiatan seperti ini. Apalagi kalau duduk ditaman sembari nakan tahu paj joko.
Kalau diperhatikan sebenarnya sekolah ini tidaklah buruk amat. Ya kita tahulah tidak ada yang sempurna.Banyak juga siswa-siswi yang berpertasi disini. Sekolah sangat terbuka bagi siswa-siswi yang ingin mengikuti lomba. Tetapi perlu digaris bawahi bawasanya lomba yang harus mengeluarkan dana lebih itu sangat sulit sekolah untuk mengiyakan. Terlebih lagi guru pembimbing yang kurang memberikan ilmunya kepada anak-anaknya.
aku menatap anak-anak ips yang menatapku sinis. Bukan hanya perempuan tetapi juga laki-laki. Mereka seakan ingin menelanku hidup-hidup. Aku tersenyum sebagai respon akan tatapan mereka.
"Apa?"ujarku untuk mengakhiri drama ini. Bersiaplah Aqila untuk drama yang akan datang.Bukanya menatapku dia malah menatap lantai. Aku melihat ke lantai apakah yang menarik disana tetapi biasa aja tidak ada yang istimewa sama sekali.
"Ibu sekar minta kita ke perpus jam 11 nanti" setelah itu dia pergi bergitu saja tampa pamit. Dasar laki-laki aneh, baru kali ini aku melihat manusia seperti dia. Yaaa sudahlah lebih baik aku pergi ke kantik pak joko. Awas saja karena dia tahu goreng telah habis.
...............
Akhhh.. dasar laki-laki aneh. Kalau bukan karena dia pasti sudah bisa merasakan tahu goreng pak joko. Harus tunggu besok lagi untuk merasakan tahu goreng. Lihat saja aku tidak akan datang ke perpus biar tahu rasa dia. Siapa suruh buat aku kesal.
Aku pergi ke musholah. Biasanya murid-murid jarang kesana. Hanya ada satu atau dua orang yang datang. Apalagi belum masuk waktu sholat.
Dret...dret...dret
Aku mengambil hp yang kuletak di dalam kantong seragam sekolah. Terdapat pesan dari bang ihsan. Tumben sekali dia mengirim pesan.
Ihsan akbar athala merupakan alumni. Dia merupakan mantan ketua osis yang selalu menghukumku waktu itu. Tetapi sejak Fauzi yang menjabat hukuman untuk perempuan yang memberikanya adalah wakilnya yakni caca. Mereka merupakan pasangan yang sangat serasi. Banyak orang bertanya-tanya apakah mereka mempunyai hubungan lebih atau tidak. Terlepas dari itu semua aku tidak peduli.
Ternyata bang Ihsan ada disini. Mungkin ingin mengambil pesanan. Tak lama dia
"Halo" sapa orang disana dingin sama seperti dulu. Aku membalas sapanya.
"Gue tunggu di kantin" dasar tidak pernah berubah. Selalu saja bicara langsung ke intinya. Tidak pernah mau basa-basi. Tetapi jagan salah banyak orang yang tidak kenal kepada bang ihsan. Sebenarnya bang ihsan baik dan ramah. Tetapi jika ada yang buat kesalahan dia tidak akan segan-segan memberikan tindakan yang tegas.
Huuu... akhirnya sampai juga di kantin ujung. Tidak terlalu banyak orang yang berkumpul. Mereka kebanyakan datang lalu pergi sehingga para alumni lebih senang berkumpul disini dari pada kantin depan.
Di depan pintu masuk aku mendengar suata tawa. Tanpa ragu aku masuk begitu saja. Ternyata bukan hanya bang ihsan tetapi abang dan kak almuni osis yang seangkatan dengan laki-laki itu.
"Akhirnya orang yang ditunggu datang juga"ujar bang ikal kuat. Hal itu, menarik perhatian mereka untuk melihatku.
"Sini Aqila"ujar bang ikal sembari menunjuk kursi yang kosong di sebelahnya.
"Halo bro" ujarku kepada bang ikal setelah duduk dan tos bersama.
"Gila banyak berubah lo ya" serunya tidak percaya.
"Nama juga manusia bang tidak seperti abang tambah kurus aja" suara tawa yang lain terdengar.
"Tu bro, lo itu sudah kaya lidi tahu tidak. Sekali ada angin langsung terbang lo"ujar bang ameng keras. Mereka yang ada di kantin kembali ketawa.
"keren bang ameng, lanjutkan bakatmu"ujarku sembari tertawa.
"Tidak asik lo qila"ujar bang ikal cemberus sambil memakan tahu goreng dengan kasar. Aku melihat itu segera mengambil tahu gorenganya. Menjahukan piring dari sang pemilik tagu goreng.
"He itu punya gue"ujarnya kesal.
"Jangan pilet bang kuburanya sempit" kataku sambil memakan tahu goreng.
"Yang sabar bro ini ujian"ujar bang ameng
"Bukan masalah pilet tetapi ini makan kesukan gue. Pokonya gue minta ganti rugi"
"Iya minta sama bang ihsan" sebuah pukulan dari gulungan kertas mendarat dibahuku. Aku menatap sang pelaku tajam.
"Sakit bang"
"Makanya kalau punya mulut dijaga" ujar bang ikal senang.
"Terserah aku mau pergi ke kelas aja"ujarku badmood. Aku berdiri dengan muka yang merengut. Mereka semua diam menatapku heran. Aku tidak peduli aku rasanya ingin tidur hanya itu.
" Tunggu"bang ihsan memengan taganku. Aku menatap orang-orang yang ada didalam ruangan. Tetapi ada sesuatu yang ganjil dan kembali menatap tanganku yang dipengan bang ihsan. Sebuah ide hebat terlintas begitu saja di otakku.
" jagan aneh-aneh qila"ujar bang ihsan yang sepertinya sadar dengan perubahan sikapku. Aku hanya tersenyum sebagai respon.
"Tidak kok, ada apa bang"
"Duduklah ada yang ingin kami
katakan"
"Malas aku mau tidur"ujarku jujur
"Hanya sebentar"aku merasa ada yang tidak beres. Apalagi sikap bang ihsan hari ini bukan seperti diriny. Seperti berusaha untuk bersikap santai tapi terkesan dipaksa sehingga tidak enak dipandang. Baiklah Aqila kamu hanya perlu ikuti saja permainan mereka dan pura-pura tidak tahu. Tetapi kalau diperhatikan ,sikap mereka tidak seperti biasa.
"Baiklah"aku duduk kembalia tetapi kali ini didekat bang ihsan. Mereka saling lirik satu dan yang lain. Ini semakin membuatku curiga. Baikalah saatnya kita jalankan rencana kita.
"Kalau tidak ada yang mau dibicarakan aku tidur aja. Ujarku sambil bersandar di tangan bang ihsan. Aku melihat seorang yang tampak tidak senang dengan itu.
Bang ihsan sediri berusaha mengusirku secara halus.
"Jagan seperti ini"ujar bang ihsan merasa tidak enak. Matanya dari tadi menatap seseorang. Ternyata cukup menghibur juga. Kalau aku tebak sih semua orang juga tidak tahu tentang hal ini.
"Baiklah"ujarku mengalah. Aku tidak ingin membuat hubungan orang lain retak.
"Mana dia makalahnya?"tanya bang ihsan.
Aku membuka tas yang memang sedari tadi aku bawa.Isinya hanya map warna merah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!