penawaran

    Awal kisah ini dimulai dari awal masuk sekolah. Saat ini bandung lagi musim penghujan. Jalan-jalan basah karena hujan yang turun tadi malam. Udara sejuk pun masih meninggalkan jejaknya. Rasanya sangat malas untuk bangun dari tempat tidur kalau bukan karena suara sang ibunda tercinta. Demi keselamatan telinga, aku terpaksa bangun dari mimpi indah. Tapi tunggu dulu, tumben sekali bunda ada di rumah. Bukanya bunda lebih suka menghabisakn waktu diluar rumah daripada bertemu sang putri di rumah.

  Aku segera keluar dari kamar dan menuju dapur, ternyata di sini aku mendapatkan bunda yang sedang sibuk dengan dokumen yang entah apa isinya. Bahkan di meja makanpun harus membawa perkejaanya. Aku segera makan nasi goreng dengan tenang. Setelah selesai langsung minum  sirup jeruk.

  "Eh.. sejak kapan ada disitu?" Aku menatap bunda malas. Aku merasa perkejaannya sepenting itu dari pada sang putri yang duduk didekanya ini. "Dari tadi"jawabku seadanya.

Aku segera pergi dari rumah engan untuk bicara lebih jahu. Lebih baik aku cepat-cepat ke halte bis. Biasanya ada bis gelombang kedua yang searah dengan sekolahan sekitaran jam segini. Aku hanya berharap agar jalanan tidak macet dan membuatku harus dihukum dihari pertama masuk sekolah setelah sekian lama libur.

                     ..........

  Aku menatap gerbang yang bertulisan SMA majapahit dengan saksama. Tidak terasa sekarang sudah kelas 12 . Kemaren aku saat awal masuk sekolah aku juga berdiri disini dengan tujuan yang sama yakni mencari ilmu. Sekolah yang diburu banyak orang tua karena melahirkan anak-anak hebat dan berbakat yang memenagkan banyak lomba. Terkadang aku mempertanyakan narasi itu. Apakah itu benar  ataukah itu semua hanya sampul dari luar saja.

 

  tetapi ketika aku merasakanya sendiri, semua tidak seperti yang aku bayangkan. Aku kira semuanya akan mudah untuk ikut lomba ternyata tidak. Aku bahkan pernah melihat betapa sulitnya sebagian pelajar yang ingin izin untuk mengikuti lomba dengan  dana yang dibebankan sekolah.

Sekolah sangat berat sekali mengeluarkan dana jika lomba itu baru diikuti. Bahkan ada sebagian guru yang tidak mau mengerti apabila ada anak yang dispen.  Belum lagi tidak ada keringan atas tugas sekolah yang menumpuk.

  Tak terasa kantuk menyerangku yang memang dasarnya sulit sekali tidur malam. Aku saja semalam baru bisa tidur saat jam 4 dan terpaksa bangun jam 7.Aku berusaha mencari posisi nyaman di sofa yang sudah lama menghuni tempat ini. Walaupun sudah tua tetap saja ada sensai nyaman bagiku untuk menjelajahi dunia mimpi. Percayalah kegiatan belajar mengajar tidak dilakukan hari ini. Dari pada mati kebosan lebih baik pergi ke sini bukan. Udara pagi serta pohon besar membuatku tenang dan nyaman.

  

"KEPADA AQILA CAHAYA AMERTA KELAS Xll mipa 1 harap ke ruang bk" suara tegas berhasil menarik kesadaranku. Aku duduk agar tidak salah dengar. Sura itu hadir kembali beberapa kali. Perasaan hari ini aku tidak ada membuat, masalah mengapa dipanggil. Atau jangan-jangan ibu ika kangen dengan aku. Baiklah ayo kita menghadap guru satu itu. Bukankah seru membuat bu ika marah-marah saat masih pagi.

  Hujan kembali turun membuat seragamku basah. Aku segera berlari agar seragam tidak terlalu basah  walaupun terlambat. Aku berjalan melewati lorong-lorong kelas. Banyak orang-orang yang berkumpul bersama teman. Terlihat sekali betapa bahagianya mereka saat ini.

  Sesampai ditujuan aku masuk tampa permisi. Maklum saja sangking seringnya aku keluar masuk ruangan ini sehingga aku anggap rumah sendiri. Tidak banyak yang berubah dari tempat ini masih sama saat terakhir kali masuk. Hanya cat tembok yang berwarna kunging . Terlihat lebih hidup, berbeda dengan identitas dikalangan pelajat yang lebih menganggap ruang bk sangat mengerikan. Padahal cuman dua minggu tidak berkunjung. Ruanganya tidak terlalu besar, ya hanya minimal mampu menampung 5-7 orang.  Disini hanya terdapat dua meja.  Satu menghadap pintu dan satunya lagi menghadap dinding debelah kiri saat masuk. Lalu ada pintu mengarah ruangan lain. Tidak terlalu besar tetapi disini terdapat karpet berbulu warna merah. Disana tidak terlalu banyak benda seperti di meja ini. Banyak sekali tumpukan kertas yang memenuhi area meja.

   Aku kira hanya akan bertatap muka dengan guru kesayang yang santu ini, ternyata ada tamu. Aku tahu siapa namanya hanya sekedar itu. Banyak anak-anak cewek yang membicarakannya sehingga namanya tidak asing bagiku.

  "Astagfirallah Aqila"ujar ibu ika  sembari mengelus dada sabar. Aku tersenyum lebar sebagai respon dan segera duduk tampa diminta. Bu ika_seorang wanita umur 30 tahun lulusan jurusan piskologi. Dia sudah menika setahun lalu dengan guru olahraga ya bernama pak guntur.

  "Jadi ada apa ibu panggi saya kesini. Padahal saya merasa tidak melakukan kesalahan. Atau jangan-jagan ibu rindu dengan saya"ujarku percaya diri.

Ayolah siapa yang tidak rindu aku. Aku ini orangnya memang sering buat orang-orang disekitar merasa rindu. Degan gemes ibu ika mencubitku di telinga. Tidak terlalu sakit tetapi lumai buat terkejut karena tiba-tiba.

"Pede sekali kamu"ujarnya.

"Aduh bu ampun" ujarku memelas. Kan kasihan nanti telingaku merah.

"Siapa suruh kamu seperti itu"ujar bu ika setelah melepaskan aku.

"Iya-iya" aku menatap seorang pria yang setahuku dia merupakan ketua osis tahun ini

Dia tidak menatapku sama sekali seakan-akan tidak peduli. Jujur aku penasaran dengan dia. Jarang terlihat tetapi namanya selalu disebut oleh orang-orang. Bagi diriku dia terlihat biasa saja.

  "Aqila saya tahu Fauzi setampan itu tetapi tolong jaga pandangan" sepontan aku melihat bu ika yang tampak tersenyum menggoda.

"Ih.. siapa juga yang lihati dia"ujarku menghindari tatapan bu ika. Rasanya aku ingin menghilang saja dari sini.

  "Yakin... jika demikian mengapa pipi kamu mereh begitu?"aku segera menutup pipiku dengan cepat. Jagan sampai ibu ika melihatnya. Ya...walaupun sudah terlambat.

  "Jadi apa alasan ibu panggil saya kesini"ujarku berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan. Ibu ika tertawa dengan keras sebelum kembali dengan wajah seriusnya. Dia menatal Fauzi sebelum kembali ke arahku.

  "Begini ibu minta kamu untuk mengikuti perlombaan debat yang diadakan kementrian pendidikan" tunggu dulu aku tidak salah dengarkan. Mana tahu telingaku  bermasalah karena teriakan bunda tadi pagi.

  "Ibu tidak salah menawaran hal ini kepada saya"ujarku terkejut ,siapa tahu ibu ika becanda. Tetapi dia tetap menatapku dengan serius.

  "Tidak salah kok"ujar bu ika dengan yakin.

  "Bigini bu"aku berusahan untuk bicara serius dengan ibu ika. Sepertinya kali ini ibu ika serius akan permintaannya.

  "Ibu tahu sendiri saya seperti apa. Saya peringkat terakhir di kelas. Dan banyak guru yang menyatakan diri saya tidak pintar lalu mengapa ibu meminta saya untuk bertanding sedangkan masih banyak orang yang mampu daripada saya"lanjutku akhirnya.

  "Saya selama ini selalu memperhatikan kamu. Dan saya tahu apa yang kamu tutup dari semua orang"jawab ibu ika dengan pandangan yang sulik aku pahami.

  

  

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!