Falling In Love Dengan Pemabuk
Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Malam ini seperti biasanya Lily datang ke Lion Kafe untuk bekerja. Lily berangkat bersama dengan David rekan satu bandnya. Mereka berdua memang dekat karena istri David merupakan sahabat dari Lily.
“Sepertinya akan ramai pengunjung di Lion Kafe.” kata David.
“Benarkah? Ada acara apa memangnya?” tanya Lily.
“Malam ini akan ada perayaan ulang tahun.”
“Wah sepertinya akan menjadi malam yang panjang, apa kau sudah mendapatkan izin untuk pulang terlambat?”
“Terus saja kau mengejekku.”
“Hehehe kau jangan cemberut seperti itu, aku hanya bercanda.”
Sembari berjalan menuju ke ruang ganti, Lily terus saja menggoda David. Kurang lebih 20 menit mereka bersiap-siap, kemudian David mengajak Lily untuk meminum kopi di bar.
“Bagaimana kalau kita minum kopi dulu? Aku sedikit mengantuk. Seharian aku membersihkan rumah bersama dengan Shera. Aku sebenarnya sangat lelah hari ini. Tapi bagaimana lagi, aku harus tetap bekerja.” kata David.
“Kau harus semangat bekerja, jangan mudah menyerah. Lihat saja suatu saat nanti, kita akan menjadi penyanyi yang sukses. Ayo kita minum kopi dulu, lagi pula kita akan pulang terlambat kan hehehe.” canda Lily
“Terus saja kau mengejekku seperti itu. Awas saja ya.”
“Sabar jangan marah-marah seperti itu, nanti kutraktir minum kopinya.”
Sementara di rumah Lily …
Ayahnya yang bernama Andy kehilangan penglihatannya karena kecelakaan pada saat sedang bertugas di Afganistan sebagai pilot pesawat tempur angkatan udara.
Sudah sejak 7 bulan berlalu semenjak Ayah Lily tidak aktif lagi di militer, Lily menjadi tulang punggung di keluarganya. Lily merupakan anak semata wayang dari Andy dan Gwen Anderson.
Sejak kecil Lily dan keluarganya selalu berpindah-pindah tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan Ayahnya. Lily kecil memang tidak banyak mempunyai teman. Lily juga sempat kesulitan beradaptasi dengan lingkungan yang baru kala itu.
“Gwen, apakah Lily sudah berangkat kerja?” tanya Andy.
“Sudah sekitar 30 menit yang lalu, Lily pergi bersama dengan David jadi kau bisa tenang.” jawab Gwen.
“Aku hanya merasa tidak berguna belakangan ini, Lily harus bekerja pada malam hari. Sebenarnya aku agak khawatir. Lily pantas mendapatkan kehidupan yang lebih dari ini.”
“Kau tenang saja, Lily kita akan menjadi penyanyi yang sukses nantinya.”
“Aku berharap demikian, aku ingin sekali melihat Lily menjadi penyanyi yang sukses dan bisa menggapai cita-citanya.”
Sementara itu di Lion Kafe …
”Lily, kau kemana saja? Dari tadi aku mencarimu kemana-mana.” tanya Frans manager Lion Kafe.
“Oh maaf Frans, aku bersama David sedang minum kopi sambil menunggu kami tampil.” jawab Lily.
“Cepatlah kau ke panggung, tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Jangan buat mereka merasa bosan.”
“Baiklah Frans, kami akan segera kesana. Paling tidak biarkan aku menghabiskan kopi ini sebentar saja”
“Baik, tapi jangan terlalu lama.”
David dan Lily segera menghabiskan kopi mereka yang masih tersisa. Sambil menarik tangan David, Lily berjalan menuju panggung dan memang benar malam ini Lion Kafe lebih ramai dari biasanya.
“Apakah kau tahu kalau malam ini Lion Kafe sudah dipesan untuk pesta ulang tahun?” tanya David.
“Iya tadi kau sudah mengatakannya padaku. Apa kau lupa? Lihatlah ... semua pengunjung memakai pakaian serba putih, seperti pesta pernikahan saja.” ucap Lily dengan nada ketus.
“Hush, Lily kau ini! Biarkan saja yang penting kita menyelesaikan pekerjaan kita, lalu kita bisa pulang dan istirahat.”
Setelah menyanyikan beberapa lagu, Lily menepi untuk rehat sejenak. Lily pergi ke bar dan memesan jus jeruk kesukaannya.
“Lucas, dimana jus jeruk punyaku? Kau lupa tidak membuatkan untukku?” canda Lily.
“Mana mungkin aku lupa, tentu sudah aku buatkan.” jawab Lucas salah seorang bartender di Lion Kafe.
“Wah ... Terima kasih Lucas, kau memang bartender terbaik di kota ini.”
Disela-sela percakapan Lily dan Lucas, datang seorang pria berpostur tinggi mendatangi bar. Dia memesan sebotol bir untuknya. Pria itu memiliki badan yang atletis dan berwajah tampan.
“Alfred, kau mengagetkanku saja. Sudah lama tidak bertemu denganmu, kau kemana saja?” tanya Lucas.
“Aku ada beberapa pekerjaan di kota lain, aku kembali karena memenuhi undangan temanku.” jawab Alfred.
“Kau akan tinggal berapa hari di sini?”
“Mungkin hanya 2 hari saja, aku sedang banyak pekerjaan jadi tidak bisa berlama-lama berada di sini.”
Setelah menghabiskan 1 botol bir, Alfred pergi menuju ke area depan panggung untuk menikmati musik. Karena penasaran, Lily bertanya kepada Lucas siapa pria ini sebenarnya.
“Lucas, kau mengenal pria itu?” tanya Lily.
“Tentu saja aku mengenalnya, dulu hampir setiap malam dia kemari. Tapi belakangan ini tidak pernah terlihat lagi. Dia bilang sedang ada pekerjaan di kota lain.” jawab Lucas.
“Siapa namanya?”
“Kau ini kenapa penasaran sekali dengannya. Aku ingatkan kau ya, jangan coba-coba dekat dengan Alfred.”
“Ohhh ... Jadi namanya Alfred? Memang ada apa dengannya? Dia terlihat seperti pria yang baik.”
“Sudahi rasa penasaranmu dengan Alfred dan jangan menanyakan apapun lagi tentangnya.”
"Kau galak sekali, baiklah aku kembali ke panggung dulu. Terima kasih jus jeruknya, Lucas."
Kemudian Lily kembali ke panggung untuk menyelesaikan pekerjaannya. Terlihat banyak tamu juga sangat menikmati pesta ulang tahun itu.
Beberapa tamu juga ikut bernyanyi di atas panggung bersama dengan Lily dan David. Acara sangat meriah dan menyenangkan.
Malam semakin larut dan perlahan tamu-tamu mulai berkurang. Tak sedikit dari mereka yang masih duduk untuk menikmati minumannya.
Dari kejauhan Lily memandang Alfred yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Melihat senyum Alfred, Lily begitu terpesona.
Alfred memang pria yang banyak disukai oleh beberapa wanita karena ketampanannya. Ditambah dengan postur tubuhnya yang atletis dan juga tinggi, tak sedikit wanita yang penasaran dengannya.
“Lily, aku akan pergi ke bar untuk minum sebentar. Apa kau mau ikut?” ajak David.
“Hmmm ... Kau duluan saja. Nanti aku akan menyusul.” jawab Lily.
“Baiklah, aku tunggu kau di sana. Kau mau kupesankan sesuatu?”
“Mungkin teh hangat saja.”
“Baiklah, kau jangan berlama-lama di sini. Aku tunggu kau di bar.”
“Iya ... Iya ... Kau ini! Aku akan segera menyusulmu. Kau tenang saja.” kata Lily sambil mendorong punggung David untuk segera pergi ke bar.
Lily kemudian kembali memandang Alfred dari kejauhan sambil tersenyum. Lucas yang melihat Lily sedang memperhatikan Alfred langsung memanggilnya.
“Lily … Sedang apa kau di sana sendirian? Kemarilah!" teriak Lucas dari kejauhan.
Lily yang sedang asyik memperhatikan Alfred terkejut mendengar teriakan Lucas. Kemudian Lily dengan sengaja berjalan menuju ke bar melewati meja dimana Alfred dan teman-temannya sedang duduk.
Ketika berada tepat di depan Alfred, Alfred melihat Lily dan kemudian tersenyum padanya. Lily pun membalas senyum Alfred dengan melambaikan tangannya.
“Lucas! Kenapa kau berteriak memanggilku? Kau ini membuatku malu saja!” ucap Lily.
“Itu karena kau seperti orang gila berada di sana sendirian. Senyum-senyum tidak jelas.” kata Lucas.
“Kau ini menggangguku saja! Aku sedang memperhatikan Alfred kenapa kau malah memanggilku? Kau ini tidak bisa melihatku senang sebentar saja.”
“Kau keras kepala sekali! Aku sudah mengingatkanmu untuk jangan mendekati Alfred. Ini kau dengan sengaja berjalan di dekatnya dan melambaikan tangan.”
“Dia sangat tampan ya, andai saja aku bisa dekat dengannya.”
“Sudahlah Lucas, percuma kau menasehati Lily panjang lebar. Dia tidak akan mendengarkanmu.” kata David.
“Kau benar David. Lily memang sulit untuk diberi tahu.” ucap Lucas.
“Kalian ini kompak sekali mengejekku ya.” gerutu Lily.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Rosdiana Diana
Bagus kak ceritanya. Sabar ya jika pembacanya sepi.
2023-07-05
3