Episode 3

Sesuai kesepakatan di telepon, Alfred menjemput Lily dirumahnya. Dia mencoba menghubungi Lily namun tidak ada jawaban. Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya Lily keluar dari rumah. Alfred yang tengah berdiri di samping mobilnya terpesona dengan kecantikan Lily malam ini.

“Maaf Alfred kau jadi menunggu lama, ada sedikit pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan.” kata Lily

“Tidak apa-apa Lily, kau terlihat cantik malam ini.” puji Alfred.

“Ah kau bisa saja, ayo kita berangkat sekarang.”

“Aku tidak bohong, kau sungguh terlihat cantik.”

“Sebaiknya kita segera berangkat atau kepalaku akan bertambah besar karena pujianmu itu.”

“Hahaha … Kau bisa saja melucu.”

Di perjalanan Lily menjadi canggung dan tidak tahu bagaimana harus membuka percakapan. Lily masih tidak menyangka jika pria yang disukainya itu saat ini berada di sampingnya.

“Kenapa kau diam saja, Lily?” tanya Alfred.

“Ah iya, aku hanya tidak tahu harus bicara apa.” ucap Lily.

“Apakah kau sudah punya kekasih?”

Dengan terbata-bata Lily menjawab “Be ... Belum. Kenapa memangnya?”

“Kebetulan aku juga tidak punya kekasih, jadi tidak masalah kita pergi bersama kan?”

Suasana menjadi cair, Lily sudah tidak merasa canggung lagi untuk berbincang dengan Alfred. Sepanjang perjalanan menuju ke Lion Kafe, Alfred dan Lily membicarakan banyak hal.

“Apa kau sudah lama bekerja di sana?” tanya Alfred.

“Di Lion Kafe maksudmu? Aku baru beberapa bulan bekerja di sana. Kalau kau sendiri, apa kesibukanmu saat ini?” tanya Lily.

“Aku sibuk pergi bersamamu sekarang.”

“Kau ini jangan bercanda.”

“Aku tidak bercanda, aku memang sedang sibuk pergi bersamamu kan sekarang ini.”

Alfred kemudian tertawa dengan lepas karena melihat tingkah Lily. Melihat Alfred tertawa, Lily merasa gemas.

“Kau tampan sekali jika tertawa seperti itu, rasanya aku ingin mencubit pipimu.” batin Lily

Tak terasa mereka sudah sampai di Lion Kafe.

“Kita sudah sampai, kau akan langsung bekerja atau kau bisa menemaniku minum dulu?” tanya Alfred.

“Aku masih ada waktu untuk menemanimu sekitar 20 menit.” jawab Lily.

“Baguslah, ayo kita ke bar. Apa kau bisa minum bir?”

“Ya ... Aku bisa minum bir tapi mungkin tidak banyak. Kau duluan saja aku akan menyusulmu.”

“Kau mau kemana?”

“Aku akan pergi ke ruang ganti sebentar untuk menemui temanku David, kau tunggu saja di bar.”

“Baiklah kalau begitu, aku tunggu kau di bar.”

Setelah bertemu dengan teman-temannya, Lily menyusul Alfred yang sedang menunggunya di bar.

“Hai Alfred, maaf jika aku membuatmu menunggu lama.” kata Lily

“Tidak apa-apa, ini sudah aku pesankan bir untukmu.” ucap Alfred.

Sembari berbincang dengan Alfred, Lily terus memandang wajah Alfred. Lily benar-benar merasa jatuh cinta padanya.

Tak berselang lama Lucas datang. Dengan wajah sedikit kesal, Lucas mendekati Alfred dan Lily yang sedang duduk di bar.

“Lily ... Sedang apa kau di sini? Bukannya kau harus tampil?” tanya Lucas.

“Aku menemani Alfred sebentar di sini, kau baru datang kenapa wajahmu seperti itu?” tanya Lily

“Ah, tidak apa-apa hanya sedikit kesal dengan mobilku.”

“Kenapa dengan mobilmu?” tanya Alfred.

“Hanya mogok biasa saja, tidak ada masalah. Maklum mobil tua.” jawab Lucas.

Lily mulai bersiap untuk naik ke panggung meninggalkan Alfred dan Lucas.

“Aku bekerja dulu ya, kau akan menungguku selesai atau kau akan pulang lebih dulu?” tanya Lily pada Alfred.

“Aku menjemputmu itu berarti aku akan bertanggung jawab mengantarmu pulang.” jawab Alfred

“Baiklah kalau begitu. Teman-teman sudah menungguku di sana. Kau jangan kemana-mana ya tunggu aku di sini.”

Lily kemudian meninggalkan Alfred dan juga Lucas menuju ke panggung untuk menghibur pengunjung Lion Kafe yang datang malam itu.

Alfred yang gemar minum, sudah menghabiskan 10 botol bir sendirian selama Lily bekerja. Alfred sedikit mabuk malam ini.

“Sudah cukup minumnya, kau akan mengantar Lily pulang. Aku khawatir kau tidak bisa menyetir nanti.” kata Lucas.

“Kau tidak perlu khawatir, aku masih bisa mengantar Lily pulang.” ucap Alfred.

“Alfred, aku ingatkan padamu. Jangan sampai kau melukai hati Lily, kau akan berurusan denganku nanti.”

“Tenanglah, aku tidak berniat untuk menyakiti hatinya. Lily wanita yang baik. Lagi pula ada apa denganmu?”

“Aku hanya tidak ingin Lily bersedih karena kau.”

Kebiasan Alfred minum memang tidak bisa dihentikan, tak siapa pun berani mencoba menghentikan Alfred ketika sedang minum.

Lucas yang mengkhawatirkan Lily segera menghentikan Alfred meminum botol ke 13. Lucas meraih botol bir itu dari tangan Alfred dan membantingnya ke lantai. Suara pecahan botol itu pun didengar oleh pengunjung Lion Kafe yang duduk dekat bar.

“Apa-apaan kau ini!” kata Alfred dengan kesal.

“Sudah cukup! Kau terlalu banyak minum, pulanglah saja biar aku yang akan mengantar Lily pulang.” ucap Lucas.

Alfred yang sangat marah seketika memukul kepala Lucas dengan botol yang ada di meja bar. Lucas yang tidak terima langsung memanjat meja bar dan memukul wajah Alfred. Mereka berkelahi dan tak seorang pun yang berani melerai mereka berdua.

Melihat kegaduhan di bar, Lily seketika meminta teman-temannya menghentikan musik yang sedang mereka mainkan. Dia kemudian berlari mendekati bar dan terkejut mendapati hidung Alfred sudah berdarah.

“Ada apa ini? Kenapa hidungmu berdarah?” tanya Lily.

Lily kemudian merangkul Alfred yang sedang tergeletak di lantai dan membantunya bangun.

“Sudahlah Lily, tinggalkan pria pemabuk ini!” teriak Lucas.

“Sebenarnya apa yang terjadi padanya Lucas? Kenapa kau menghajarnya?”

“Kau tanyakan saja pada pria berengsek ini!”

Karena terlalu emosi Lucas segera meninggalkan kerumunan dan kembali ke tempatnya.

“Kau tidak apa-apa kan? Sini aku obati lukamu.” ucap Lily.

“Aku tidak apa-apa, apa kau sudah selesai? Kalau sudah selesai, aku antar kau pulang sekarang.” kata Alfred.

“Ya, aku sudah selesai, ayo kita pulang.”

Lily pergi menghampiri David dan teman-teman lainnya untuk meminta izin pulang lebih awal.

Lily dan Alfred kemudian berjalan menuju ke arah tempat parkir. Alfred meminta untuk duduk sebentar di bangku dekat tempat parkir karena Alfred sedikit merasa kesakitan.

“Lily, kita duduk sebentar di sini”. pinta Alfred.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Lily.

“Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir.”

Alfred terus memegang perutnya dan sesekali menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

“Alfred, apakah ada tisu di mobilmu?” tanya Lily

“Ada, tolong ambilkan.” pinta Alfred.

Alfred kemudian membuka mobilnya dengan remotnya. Lily segera menuju mobil dan mengambil tisu untuk Alfred. Kemudian Lily membantu Alfred untuk membersihkan darah yang keluar dari hidungnya

“Terima kasih Lily, kau begitu perhatian padaku.” ucap Alfred.

“Iya sama-sama. Aku tidak mungkin membiarkanmu seperti ini.” kata Lily.

“Tidak apa-apa kan kita duduk sebentar di sini? Aku pasti akan mengantarmu pulang.”

“Iya, tidak apa-apa. Kau duduk dulu saja.”

Sekitar 10 menit mereka duduk, kemudian Alfred mengajak Lily untuk segera pulang.

“Ayo Lily kita pulang sekarang saja.” ajak Alfred.

“Apa kau masih bisa menyetir?” tanya Lily

“Ya, aku masih bisa. Kau tenang saja. Aku tidak begitu mabuk.”

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian berkelahi?”

“Tidak apa-apa, lupakan saja.”

“Maaf ya, aku jadi tidak enak padamu.”

“Kenapa kau meminta maaf padaku? Kau tidak salah apa-apa. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu.”

“Apa kau dan Lucas sedang ada masalah?”

“Tidak, kami tidak ada masalah apa pun. Kenapa memangnya?”

“Tidak apa-apa hanya bertanya saja,  ayo kita masuk ke mobil.”

Kemudian Alfred mengantarkan Lily untuk pulang ke rumahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!