NovelToon NovelToon

Falling In Love Dengan Pemabuk

Episode 1

Waktu menunjukkan pukul 7 malam. Malam ini seperti biasanya Lily datang ke Lion Kafe untuk bekerja. Lily berangkat bersama dengan David rekan satu bandnya. Mereka berdua memang dekat karena istri David merupakan sahabat dari Lily.

“Sepertinya akan ramai pengunjung di Lion Kafe.” kata David.

“Benarkah? Ada acara apa memangnya?” tanya Lily.

“Malam ini akan ada perayaan ulang tahun.”

“Wah sepertinya akan menjadi malam yang panjang, apa kau sudah mendapatkan izin untuk pulang terlambat?”

“Terus saja kau mengejekku.”

“Hehehe kau jangan cemberut seperti itu, aku hanya bercanda.”

Sembari berjalan menuju ke ruang ganti, Lily terus saja menggoda David. Kurang lebih 20 menit mereka bersiap-siap, kemudian David mengajak Lily untuk meminum kopi di bar.

“Bagaimana kalau kita minum kopi dulu? Aku sedikit mengantuk. Seharian aku membersihkan rumah bersama dengan Shera. Aku sebenarnya sangat lelah hari ini. Tapi bagaimana lagi, aku harus tetap bekerja.” kata David.

“Kau harus semangat bekerja, jangan mudah menyerah. Lihat saja suatu saat nanti, kita akan menjadi penyanyi yang sukses. Ayo kita minum kopi dulu, lagi pula kita akan pulang terlambat kan hehehe.” canda Lily

“Terus saja kau mengejekku seperti itu. Awas saja ya.”

“Sabar jangan marah-marah seperti itu, nanti kutraktir minum kopinya.”

Sementara di rumah Lily …

Ayahnya yang bernama Andy kehilangan penglihatannya karena kecelakaan pada saat sedang bertugas di Afganistan sebagai pilot pesawat tempur angkatan udara.

Sudah sejak 7 bulan berlalu semenjak Ayah Lily tidak aktif lagi di militer, Lily menjadi tulang punggung di keluarganya. Lily merupakan anak semata wayang dari Andy dan Gwen Anderson.

Sejak kecil Lily dan keluarganya selalu berpindah-pindah tempat tinggal karena tuntutan pekerjaan Ayahnya. Lily kecil memang tidak banyak mempunyai teman. Lily juga sempat kesulitan beradaptasi dengan lingkungan yang baru kala itu.

“Gwen, apakah Lily sudah berangkat kerja?” tanya Andy.

“Sudah sekitar 30 menit yang lalu, Lily pergi bersama dengan David jadi kau bisa tenang.” jawab Gwen.

“Aku hanya merasa tidak berguna belakangan ini, Lily harus bekerja pada malam hari. Sebenarnya aku agak khawatir. Lily pantas mendapatkan kehidupan yang lebih dari ini.”

“Kau tenang saja, Lily kita akan menjadi penyanyi yang sukses nantinya.”

“Aku berharap demikian, aku ingin sekali melihat Lily menjadi penyanyi yang sukses dan bisa menggapai cita-citanya.”

Sementara itu di Lion Kafe …

”Lily, kau kemana saja? Dari tadi aku mencarimu kemana-mana.” tanya Frans manager Lion Kafe.

“Oh maaf Frans, aku bersama David sedang minum kopi sambil menunggu kami tampil.” jawab Lily.

“Cepatlah kau ke panggung, tamu-tamu sudah mulai berdatangan. Jangan buat mereka merasa bosan.”

“Baiklah Frans, kami akan segera kesana. Paling tidak biarkan aku menghabiskan kopi ini sebentar saja”

“Baik, tapi jangan terlalu lama.”

David dan Lily segera menghabiskan kopi mereka yang masih tersisa. Sambil menarik tangan David, Lily berjalan menuju panggung dan memang benar malam ini Lion Kafe lebih ramai dari biasanya.

“Apakah kau tahu kalau malam ini Lion Kafe sudah dipesan untuk pesta ulang tahun?” tanya David.

“Iya tadi kau sudah mengatakannya padaku. Apa kau lupa? Lihatlah ... semua pengunjung memakai pakaian serba putih, seperti pesta pernikahan saja.” ucap Lily dengan nada ketus.

“Hush, Lily kau ini! Biarkan saja yang penting kita menyelesaikan pekerjaan kita, lalu kita bisa pulang dan istirahat.”

Setelah menyanyikan beberapa lagu, Lily menepi untuk rehat sejenak. Lily pergi ke bar dan memesan jus jeruk kesukaannya.

“Lucas, dimana jus jeruk punyaku? Kau lupa tidak membuatkan untukku?” canda Lily.

“Mana mungkin aku lupa, tentu sudah aku buatkan.” jawab Lucas salah seorang bartender di Lion Kafe.

“Wah ... Terima kasih Lucas, kau memang bartender terbaik di kota ini.”

Disela-sela percakapan Lily dan Lucas, datang seorang pria berpostur tinggi mendatangi bar. Dia memesan sebotol bir untuknya. Pria itu memiliki badan yang atletis dan berwajah tampan.

“Alfred, kau mengagetkanku saja. Sudah lama tidak bertemu denganmu, kau kemana saja?” tanya Lucas.

“Aku ada beberapa pekerjaan di kota lain, aku kembali karena memenuhi undangan temanku.” jawab Alfred.

“Kau akan tinggal berapa hari di sini?”

“Mungkin hanya 2 hari saja, aku sedang banyak pekerjaan jadi tidak bisa berlama-lama berada di sini.”

Setelah menghabiskan 1 botol bir, Alfred pergi menuju ke area depan panggung untuk menikmati musik. Karena penasaran, Lily bertanya kepada Lucas siapa pria ini sebenarnya.

“Lucas, kau mengenal pria itu?” tanya Lily.

“Tentu saja aku mengenalnya, dulu hampir setiap malam dia kemari. Tapi belakangan ini tidak pernah terlihat lagi. Dia bilang sedang ada pekerjaan di kota lain.” jawab Lucas.

“Siapa namanya?”

“Kau ini kenapa penasaran sekali dengannya. Aku ingatkan kau ya, jangan coba-coba dekat dengan Alfred.”

“Ohhh ... Jadi namanya Alfred? Memang ada apa dengannya? Dia terlihat seperti pria yang baik.”

“Sudahi rasa penasaranmu dengan Alfred dan jangan menanyakan apapun lagi tentangnya.”

"Kau galak sekali, baiklah aku kembali ke panggung dulu. Terima kasih jus jeruknya, Lucas."

Kemudian Lily kembali ke panggung untuk menyelesaikan pekerjaannya. Terlihat banyak tamu juga sangat menikmati pesta ulang tahun itu.

Beberapa tamu juga ikut bernyanyi di atas panggung bersama dengan Lily dan David. Acara sangat meriah dan menyenangkan.

Malam semakin larut dan perlahan tamu-tamu mulai berkurang. Tak sedikit dari mereka yang masih duduk untuk menikmati minumannya.

Dari kejauhan Lily memandang Alfred yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Melihat senyum Alfred, Lily begitu terpesona.

Alfred memang pria yang banyak disukai oleh beberapa wanita karena ketampanannya. Ditambah dengan postur tubuhnya yang atletis dan juga tinggi, tak sedikit wanita yang penasaran dengannya.

“Lily, aku akan pergi ke bar untuk minum sebentar. Apa kau mau ikut?” ajak David.

“Hmmm ... Kau duluan saja. Nanti aku akan menyusul.” jawab Lily.

“Baiklah, aku tunggu kau di sana. Kau mau kupesankan sesuatu?”

“Mungkin teh hangat saja.”

“Baiklah, kau jangan berlama-lama di sini. Aku tunggu kau di bar.”

“Iya ... Iya ... Kau ini! Aku akan segera menyusulmu. Kau tenang saja.” kata Lily sambil mendorong punggung David untuk segera pergi ke bar.

Lily kemudian kembali memandang Alfred dari kejauhan sambil tersenyum. Lucas yang melihat Lily sedang memperhatikan Alfred langsung memanggilnya.

“Lily … Sedang apa kau di sana sendirian? Kemarilah!" teriak Lucas dari kejauhan.

Lily yang sedang asyik memperhatikan Alfred terkejut mendengar teriakan Lucas. Kemudian Lily dengan sengaja berjalan menuju ke bar melewati meja dimana Alfred dan teman-temannya sedang duduk.

Ketika berada tepat di depan Alfred, Alfred melihat Lily dan kemudian tersenyum padanya. Lily pun membalas senyum Alfred dengan melambaikan tangannya.

“Lucas! Kenapa kau berteriak memanggilku? Kau ini membuatku malu saja!” ucap Lily.

“Itu karena kau seperti orang gila berada di sana sendirian. Senyum-senyum tidak jelas.” kata Lucas.

“Kau ini menggangguku saja! Aku sedang memperhatikan Alfred kenapa kau malah memanggilku? Kau ini tidak bisa melihatku senang sebentar saja.”

“Kau keras kepala sekali! Aku sudah mengingatkanmu untuk jangan mendekati Alfred. Ini kau dengan sengaja berjalan di dekatnya dan melambaikan tangan.”

“Dia sangat tampan ya, andai saja aku bisa dekat dengannya.”

“Sudahlah Lucas, percuma kau menasehati Lily panjang lebar. Dia tidak akan mendengarkanmu.” kata David.

“Kau benar David. Lily memang sulit untuk diberi tahu.” ucap Lucas.

“Kalian ini kompak sekali mengejekku ya.” gerutu Lily.

Episode 2

2 minggu berlalu semenjak pertemuan Lily dan Alfred malam itu, Lily selalu penasaran dengan sosok Alfred. Dia semakin penasaran kenapa Lucas melarangnya untuk mendekati Alfred.

“Kenapa aku selalu memikirkan pria itu ya? Kenapa dia tidak bisa hilang dari otakku?” gumam Lily.

Ditengah-tengah lamunan Lily, tiba-tiba Ibunya menepuk pundak Lily. Tangannya begitu dingin dan wajahnya sangat pucat.

“Lily, bisakah kau mengantar Ibu ke rumah sakit? Ibu tidak enak badan.” kata Gwen.

“Ibu kenapa? Bagaimana bisa seperti ini? Ibu tunggu di sini, aku akan bersiap. Setelah itu kita pergi ke rumah sakit.” ucap Lily.

Lily kemudian membawa Ibunya ke rumah sakit untuk berobat.

“Tenanglah Ibu akan segera sembuh.” kata Lily.

“Semoga saja, Ibu jadi merepotkanmu jika seperti ini.” ucap Gwen

“Ibu jangan berbicara seperti itu, tentu saja Ibu tidak merepotkanku sama sekali. Sudah menjadi kewajibanku untuk merawat Ibu dan Ayah.”

Sementara menunggu Ibunya diperiksa oleh Dokter, Lily merasa sangat haus. Kemudian dia berjalan menuju ruang tunggu untuk membeli minuman kaleng di vending mesin.

Setelah mendapatkan minumannya, Lily berjalan kembali ke ruangan tempat Ibunya diperiksa. Tiba-tiba di tengah perjalanan ada seorang pria menyenggolnya dari belakang sehingga minuman kaleng yang dibawa Lily pun terjatuh di lantai.

“Maaf aku tidak sengaja, maafkan aku.” kata pria itu sambil memberikan minuman kaleng Lily yang terjatuh.

Betapa kagetnya Lily ternyata pria itu adalah Alfred. Pria yang dia temui di Lion Kafe beberapa waktu lalu. Lily tak menyangka jika dia bisa bertemu dengan Alfred di rumah sakit ini.

“Tidak apa-apa, kau Alfred kan?” tanya Lily.

“Bagaimana kau bisa tau namaku?” tanya Alfred dengan penasaran.

“Aku penyanyi di Lion Kafe, kita bertemu 2 minggu lalu disana. Apa kau mengingatnya?”

“Oh benarkah, sepertinya aku mengingatmu. Siapa namamu?”

“Namaku Lily. Sedang apa kau di sini? Apa keluargamu ada yang sedang sakit?”

“Tidak, aku datang untuk menjenguk temanku. Kebetulan dia dirawat di rumah sakit ini. Baiklah Lily, senang bertemu denganmu lagi.”

“Bolehkah aku meminta nomor ponselmu? Itu jika kau tidak keberatan.”

“Tentu saja tidak keberatan, ini kartu namaku. Tolong catatlah juga nomormu di ponselku.”

Alfred menyerahkan ponselnya pada Lily, kemudian Lily mencatat nomor ponselnya di ponsel milik Alfred.

“Baiklah Lily, sepertinya aku harus pergi. Aku buru-buru. Sampai jumpa lagi.”

Lily begitu gembira bisa bertemu lagi dengan Alfred lagi, ditambah dia mendapatkan nomor ponsel Alfred. Lily kemudian berjalan kembali menuju tempat Ibunya diperiksa sambil tersenyum senang.

“Permisi Dokter, apakah sudah selesai?” tanya Lily.

“Iya sudah selesai, ini hanya demam biasa. Aku sudah meresepkan obat untuk Ibumu.” kata Dokter.

“Baiklah terima kasih banyak Dokter.”

Lily dan Ibunya berjalan menuju tempat pengambilan obat untuk menebus obat yang diresepkan oleh dokter tadi.

Sambil menunggu, Gwen memegang tangan Lily dan menyandarkan kepalanya di bahu Lily.

“Tenanglah, Ibu akan segera sembuh.” kata Lily.

“Ibu tidak khawatir dengan keadaan Ibu, Ibu hanya memikirkan kau Lily.” ucap Gwen

“Aku baik-baik saja Ibu, kenapa Ibu malah memikirkan aku? Setelah meminum obat aku yakin Ibu akan segera sembuh. Ibu harus semangat.”

Gwen melepaskan kalung yang dipakainya sambil meraih tangan Lily.

“Lily ... Ini adalah kalung pemberian Nenekmu. Kalung ini diberikan Nenekmu pada Ibu ketika Ibu akan menikah dulu. Dan sekarang Ibu ingin kau memilikinya. Kau simpan baik-baik kalung ini dan jangan sampai hilang.”

“Kenapa Ibu memberikannya padaku?”

“Ibu ingin kau memilikinya, kelak pakailah pada hari pernikahanmu nanti.”

“Baiklah kalau begitu, aku pasti akan menyimpannya dengan baik.”

Lily kemudian memeluk erat Ibunya. Tak lama nama Ibunya dipanggil melalui pengeras suara.

“Atas nama Gwen Anderson.” panggil salah satu petugas apotik.

Lily langsung maju dan membayar tagihan periksa dan obat-obatannya. Petugas apotik itu juga menjelaskan aturan minum obatnya kepada Lily.

“Ayo Ibu kita pulang sekarang, sudah selesai. Aku tidak tega meninggalkan Ayah terlalu lama sendirian di rumah.” ajak Lily.

“Baiklah, terima kasih Lily kau sudah mengantar Ibu ke rumah sakit.” ucap Gwen.

“Ibu tidak perlu berterima kasih seperti itu kepadaku.”

“Bagaimana kalau kita membeli ayam panggang dulu sebelum pulang, pasti Ayahmu akan suka.”

“Ide yang bagus Ibu, aku juga sudah lama tidak makan ayam panggang hehehe.

Sesampainya di rumah …

Lily mempersiapkan makan siang untuk mereka bertiga dan tak lupa menyiapkan juga obat-obatan yang akan diminum oleh Ibunya.

“Ayah… Ibu… Ayo makan dulu. Aku sudah siapkan makan siangnya.” kata Lily.

“Kau masak apa hari ini Lily?” tanya Andy.

“Hari ini aku tidak memasak, Ayah. Aku dan Ibu membeli ayam panggang sewaktu pulang dari rumah sakit.”

Sementara mereka menikmati makan siangnya, ponsel Lily berbunyi. Itu panggilan dari Alfred. Melihat Alfred menghubunginya, Lily langsung buru-buru masuk ke kamar untuk menjawab panggilannya.

“Hallo Alfred.” sapa Lily.

“Hai Lily, kau dimana sekarang?” tanya Alfred.

“Aku ada di rumah, ada apa?”

“Apakah nanti malam kau datang ke Lion Kafe?”

“Ya tentu saja, setiap hari aku datang kesana untuk bekerja.”

“Bagaimana kalau aku menjemputmu malam ini? Kita bisa pergi bersama ke Lion Kafe.”

“Baiklah, aku akan siap pada pukul 7 malam.”

“Kau segera kirim lokasi rumahmu, aku akan datang nanti malam untuk menjemputmu.”

Lily kemudian segera mengirimkan lokasi rumahnya pada Alfred melalui pesan singkat. Setelah itu Lily kembali menuju ke meja makan untuk menyelesaikan makan siangnya.

“Panggilan dari siapa Lily?” tanya Gwen.

“Oh, tadi temanku. Dia mengajakku pergi bersama ke Lion Kafe nanti malam.” jawab Lily.

“Jadi nanti malam kau tidak pergi bersama David?”

“Mungkin tidak, nanti aku akan mengirim pesan kepada David.”

Lily segera menyelesaikan makan siangnya dan kembali ke kamar. Lily merasa berbunga-bunga karena bisa berkomunikasi dengan Alfred. Apalagi nanti malam Alfred mengajaknya pergi bersama ke Lion Kafe. Lily jadi tambah bersemangat dan tidak sabar menunggu Alfred datang menjemputnya nanti. Lily kemudian mengirimkan pesan kepada David.

“David, apa kau masih ingat dengan pria yang kita temui waktu itu di Lion Kafe?” tulis Lily.

Tak lama kemudian David membalas pesan dari Lily.

“Ya, aku masih ingat. Memangnya kenapa?” balas David.

“Tadi siang aku bertemu dengannya di rumah sakit sewaktu aku mengantar Ibuku berobat. Malam ini aku akan pergi bersamanya ke Lion Kafe. Jadi untuk malam ini aku tidak berangkat bersamamu ya.”

“Lily, kau ini berani sekali. Kau kan tidak mengenalnya. Lucas juga sudah melarangmu kan? Tapi yasudah terserah kau saja. Jaga dirimu baik-baik.”

“Hehehe, kau tenang saja David. Aku pasti bisa jaga diri. Sampai ketemu di Lion Kafe.”

Setelah berbalas pesan dengan David, Lily membuka lemari bajunya untuk memilih baju apa yang akan dipakainya nanti malam.

“Aduh ... Pakai baju apa ya?” gumam Lily.

Hampir 10 menit Lily mencari-cari baju yang cocok untuknya tapi belum juga menemukan baju yang pas. Kemudian Lily teringat jika dia mempunyai gaun pendek yang dia pernah pakai untuk lomba menyanyi beberapa bulan yang lalu. Lily mengambil gaun itu dan menggantungkannya di dekat pintu.

Lily merasa sangat lelah setelah mencari-cari baju yang akan dipakainya nanti, dia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur dan memejamkan matanya. Lily kemudian tertidur lelap.

Episode 3

Sesuai kesepakatan di telepon, Alfred menjemput Lily dirumahnya. Dia mencoba menghubungi Lily namun tidak ada jawaban. Sekitar 15 menit menunggu, akhirnya Lily keluar dari rumah. Alfred yang tengah berdiri di samping mobilnya terpesona dengan kecantikan Lily malam ini.

“Maaf Alfred kau jadi menunggu lama, ada sedikit pekerjaan rumah yang harus aku selesaikan.” kata Lily

“Tidak apa-apa Lily, kau terlihat cantik malam ini.” puji Alfred.

“Ah kau bisa saja, ayo kita berangkat sekarang.”

“Aku tidak bohong, kau sungguh terlihat cantik.”

“Sebaiknya kita segera berangkat atau kepalaku akan bertambah besar karena pujianmu itu.”

“Hahaha … Kau bisa saja melucu.”

Di perjalanan Lily menjadi canggung dan tidak tahu bagaimana harus membuka percakapan. Lily masih tidak menyangka jika pria yang disukainya itu saat ini berada di sampingnya.

“Kenapa kau diam saja, Lily?” tanya Alfred.

“Ah iya, aku hanya tidak tahu harus bicara apa.” ucap Lily.

“Apakah kau sudah punya kekasih?”

Dengan terbata-bata Lily menjawab “Be ... Belum. Kenapa memangnya?”

“Kebetulan aku juga tidak punya kekasih, jadi tidak masalah kita pergi bersama kan?”

Suasana menjadi cair, Lily sudah tidak merasa canggung lagi untuk berbincang dengan Alfred. Sepanjang perjalanan menuju ke Lion Kafe, Alfred dan Lily membicarakan banyak hal.

“Apa kau sudah lama bekerja di sana?” tanya Alfred.

“Di Lion Kafe maksudmu? Aku baru beberapa bulan bekerja di sana. Kalau kau sendiri, apa kesibukanmu saat ini?” tanya Lily.

“Aku sibuk pergi bersamamu sekarang.”

“Kau ini jangan bercanda.”

“Aku tidak bercanda, aku memang sedang sibuk pergi bersamamu kan sekarang ini.”

Alfred kemudian tertawa dengan lepas karena melihat tingkah Lily. Melihat Alfred tertawa, Lily merasa gemas.

“Kau tampan sekali jika tertawa seperti itu, rasanya aku ingin mencubit pipimu.” batin Lily

Tak terasa mereka sudah sampai di Lion Kafe.

“Kita sudah sampai, kau akan langsung bekerja atau kau bisa menemaniku minum dulu?” tanya Alfred.

“Aku masih ada waktu untuk menemanimu sekitar 20 menit.” jawab Lily.

“Baguslah, ayo kita ke bar. Apa kau bisa minum bir?”

“Ya ... Aku bisa minum bir tapi mungkin tidak banyak. Kau duluan saja aku akan menyusulmu.”

“Kau mau kemana?”

“Aku akan pergi ke ruang ganti sebentar untuk menemui temanku David, kau tunggu saja di bar.”

“Baiklah kalau begitu, aku tunggu kau di bar.”

Setelah bertemu dengan teman-temannya, Lily menyusul Alfred yang sedang menunggunya di bar.

“Hai Alfred, maaf jika aku membuatmu menunggu lama.” kata Lily

“Tidak apa-apa, ini sudah aku pesankan bir untukmu.” ucap Alfred.

Sembari berbincang dengan Alfred, Lily terus memandang wajah Alfred. Lily benar-benar merasa jatuh cinta padanya.

Tak berselang lama Lucas datang. Dengan wajah sedikit kesal, Lucas mendekati Alfred dan Lily yang sedang duduk di bar.

“Lily ... Sedang apa kau di sini? Bukannya kau harus tampil?” tanya Lucas.

“Aku menemani Alfred sebentar di sini, kau baru datang kenapa wajahmu seperti itu?” tanya Lily

“Ah, tidak apa-apa hanya sedikit kesal dengan mobilku.”

“Kenapa dengan mobilmu?” tanya Alfred.

“Hanya mogok biasa saja, tidak ada masalah. Maklum mobil tua.” jawab Lucas.

Lily mulai bersiap untuk naik ke panggung meninggalkan Alfred dan Lucas.

“Aku bekerja dulu ya, kau akan menungguku selesai atau kau akan pulang lebih dulu?” tanya Lily pada Alfred.

“Aku menjemputmu itu berarti aku akan bertanggung jawab mengantarmu pulang.” jawab Alfred

“Baiklah kalau begitu. Teman-teman sudah menungguku di sana. Kau jangan kemana-mana ya tunggu aku di sini.”

Lily kemudian meninggalkan Alfred dan juga Lucas menuju ke panggung untuk menghibur pengunjung Lion Kafe yang datang malam itu.

Alfred yang gemar minum, sudah menghabiskan 10 botol bir sendirian selama Lily bekerja. Alfred sedikit mabuk malam ini.

“Sudah cukup minumnya, kau akan mengantar Lily pulang. Aku khawatir kau tidak bisa menyetir nanti.” kata Lucas.

“Kau tidak perlu khawatir, aku masih bisa mengantar Lily pulang.” ucap Alfred.

“Alfred, aku ingatkan padamu. Jangan sampai kau melukai hati Lily, kau akan berurusan denganku nanti.”

“Tenanglah, aku tidak berniat untuk menyakiti hatinya. Lily wanita yang baik. Lagi pula ada apa denganmu?”

“Aku hanya tidak ingin Lily bersedih karena kau.”

Kebiasan Alfred minum memang tidak bisa dihentikan, tak siapa pun berani mencoba menghentikan Alfred ketika sedang minum.

Lucas yang mengkhawatirkan Lily segera menghentikan Alfred meminum botol ke 13. Lucas meraih botol bir itu dari tangan Alfred dan membantingnya ke lantai. Suara pecahan botol itu pun didengar oleh pengunjung Lion Kafe yang duduk dekat bar.

“Apa-apaan kau ini!” kata Alfred dengan kesal.

“Sudah cukup! Kau terlalu banyak minum, pulanglah saja biar aku yang akan mengantar Lily pulang.” ucap Lucas.

Alfred yang sangat marah seketika memukul kepala Lucas dengan botol yang ada di meja bar. Lucas yang tidak terima langsung memanjat meja bar dan memukul wajah Alfred. Mereka berkelahi dan tak seorang pun yang berani melerai mereka berdua.

Melihat kegaduhan di bar, Lily seketika meminta teman-temannya menghentikan musik yang sedang mereka mainkan. Dia kemudian berlari mendekati bar dan terkejut mendapati hidung Alfred sudah berdarah.

“Ada apa ini? Kenapa hidungmu berdarah?” tanya Lily.

Lily kemudian merangkul Alfred yang sedang tergeletak di lantai dan membantunya bangun.

“Sudahlah Lily, tinggalkan pria pemabuk ini!” teriak Lucas.

“Sebenarnya apa yang terjadi padanya Lucas? Kenapa kau menghajarnya?”

“Kau tanyakan saja pada pria berengsek ini!”

Karena terlalu emosi Lucas segera meninggalkan kerumunan dan kembali ke tempatnya.

“Kau tidak apa-apa kan? Sini aku obati lukamu.” ucap Lily.

“Aku tidak apa-apa, apa kau sudah selesai? Kalau sudah selesai, aku antar kau pulang sekarang.” kata Alfred.

“Ya, aku sudah selesai, ayo kita pulang.”

Lily pergi menghampiri David dan teman-teman lainnya untuk meminta izin pulang lebih awal.

Lily dan Alfred kemudian berjalan menuju ke arah tempat parkir. Alfred meminta untuk duduk sebentar di bangku dekat tempat parkir karena Alfred sedikit merasa kesakitan.

“Lily, kita duduk sebentar di sini”. pinta Alfred.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Lily.

“Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir.”

Alfred terus memegang perutnya dan sesekali menyeka darah yang keluar dari hidungnya.

“Alfred, apakah ada tisu di mobilmu?” tanya Lily

“Ada, tolong ambilkan.” pinta Alfred.

Alfred kemudian membuka mobilnya dengan remotnya. Lily segera menuju mobil dan mengambil tisu untuk Alfred. Kemudian Lily membantu Alfred untuk membersihkan darah yang keluar dari hidungnya

“Terima kasih Lily, kau begitu perhatian padaku.” ucap Alfred.

“Iya sama-sama. Aku tidak mungkin membiarkanmu seperti ini.” kata Lily.

“Tidak apa-apa kan kita duduk sebentar di sini? Aku pasti akan mengantarmu pulang.”

“Iya, tidak apa-apa. Kau duduk dulu saja.”

Sekitar 10 menit mereka duduk, kemudian Alfred mengajak Lily untuk segera pulang.

“Ayo Lily kita pulang sekarang saja.” ajak Alfred.

“Apa kau masih bisa menyetir?” tanya Lily

“Ya, aku masih bisa. Kau tenang saja. Aku tidak begitu mabuk.”

“Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kalian berkelahi?”

“Tidak apa-apa, lupakan saja.”

“Maaf ya, aku jadi tidak enak padamu.”

“Kenapa kau meminta maaf padaku? Kau tidak salah apa-apa. Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu.”

“Apa kau dan Lucas sedang ada masalah?”

“Tidak, kami tidak ada masalah apa pun. Kenapa memangnya?”

“Tidak apa-apa hanya bertanya saja,  ayo kita masuk ke mobil.”

Kemudian Alfred mengantarkan Lily untuk pulang ke rumahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!