Episode 2

2 minggu berlalu semenjak pertemuan Lily dan Alfred malam itu, Lily selalu penasaran dengan sosok Alfred. Dia semakin penasaran kenapa Lucas melarangnya untuk mendekati Alfred.

“Kenapa aku selalu memikirkan pria itu ya? Kenapa dia tidak bisa hilang dari otakku?” gumam Lily.

Ditengah-tengah lamunan Lily, tiba-tiba Ibunya menepuk pundak Lily. Tangannya begitu dingin dan wajahnya sangat pucat.

“Lily, bisakah kau mengantar Ibu ke rumah sakit? Ibu tidak enak badan.” kata Gwen.

“Ibu kenapa? Bagaimana bisa seperti ini? Ibu tunggu di sini, aku akan bersiap. Setelah itu kita pergi ke rumah sakit.” ucap Lily.

Lily kemudian membawa Ibunya ke rumah sakit untuk berobat.

“Tenanglah Ibu akan segera sembuh.” kata Lily.

“Semoga saja, Ibu jadi merepotkanmu jika seperti ini.” ucap Gwen

“Ibu jangan berbicara seperti itu, tentu saja Ibu tidak merepotkanku sama sekali. Sudah menjadi kewajibanku untuk merawat Ibu dan Ayah.”

Sementara menunggu Ibunya diperiksa oleh Dokter, Lily merasa sangat haus. Kemudian dia berjalan menuju ruang tunggu untuk membeli minuman kaleng di vending mesin.

Setelah mendapatkan minumannya, Lily berjalan kembali ke ruangan tempat Ibunya diperiksa. Tiba-tiba di tengah perjalanan ada seorang pria menyenggolnya dari belakang sehingga minuman kaleng yang dibawa Lily pun terjatuh di lantai.

“Maaf aku tidak sengaja, maafkan aku.” kata pria itu sambil memberikan minuman kaleng Lily yang terjatuh.

Betapa kagetnya Lily ternyata pria itu adalah Alfred. Pria yang dia temui di Lion Kafe beberapa waktu lalu. Lily tak menyangka jika dia bisa bertemu dengan Alfred di rumah sakit ini.

“Tidak apa-apa, kau Alfred kan?” tanya Lily.

“Bagaimana kau bisa tau namaku?” tanya Alfred dengan penasaran.

“Aku penyanyi di Lion Kafe, kita bertemu 2 minggu lalu disana. Apa kau mengingatnya?”

“Oh benarkah, sepertinya aku mengingatmu. Siapa namamu?”

“Namaku Lily. Sedang apa kau di sini? Apa keluargamu ada yang sedang sakit?”

“Tidak, aku datang untuk menjenguk temanku. Kebetulan dia dirawat di rumah sakit ini. Baiklah Lily, senang bertemu denganmu lagi.”

“Bolehkah aku meminta nomor ponselmu? Itu jika kau tidak keberatan.”

“Tentu saja tidak keberatan, ini kartu namaku. Tolong catatlah juga nomormu di ponselku.”

Alfred menyerahkan ponselnya pada Lily, kemudian Lily mencatat nomor ponselnya di ponsel milik Alfred.

“Baiklah Lily, sepertinya aku harus pergi. Aku buru-buru. Sampai jumpa lagi.”

Lily begitu gembira bisa bertemu lagi dengan Alfred lagi, ditambah dia mendapatkan nomor ponsel Alfred. Lily kemudian berjalan kembali menuju tempat Ibunya diperiksa sambil tersenyum senang.

“Permisi Dokter, apakah sudah selesai?” tanya Lily.

“Iya sudah selesai, ini hanya demam biasa. Aku sudah meresepkan obat untuk Ibumu.” kata Dokter.

“Baiklah terima kasih banyak Dokter.”

Lily dan Ibunya berjalan menuju tempat pengambilan obat untuk menebus obat yang diresepkan oleh dokter tadi.

Sambil menunggu, Gwen memegang tangan Lily dan menyandarkan kepalanya di bahu Lily.

“Tenanglah, Ibu akan segera sembuh.” kata Lily.

“Ibu tidak khawatir dengan keadaan Ibu, Ibu hanya memikirkan kau Lily.” ucap Gwen

“Aku baik-baik saja Ibu, kenapa Ibu malah memikirkan aku? Setelah meminum obat aku yakin Ibu akan segera sembuh. Ibu harus semangat.”

Gwen melepaskan kalung yang dipakainya sambil meraih tangan Lily.

“Lily ... Ini adalah kalung pemberian Nenekmu. Kalung ini diberikan Nenekmu pada Ibu ketika Ibu akan menikah dulu. Dan sekarang Ibu ingin kau memilikinya. Kau simpan baik-baik kalung ini dan jangan sampai hilang.”

“Kenapa Ibu memberikannya padaku?”

“Ibu ingin kau memilikinya, kelak pakailah pada hari pernikahanmu nanti.”

“Baiklah kalau begitu, aku pasti akan menyimpannya dengan baik.”

Lily kemudian memeluk erat Ibunya. Tak lama nama Ibunya dipanggil melalui pengeras suara.

“Atas nama Gwen Anderson.” panggil salah satu petugas apotik.

Lily langsung maju dan membayar tagihan periksa dan obat-obatannya. Petugas apotik itu juga menjelaskan aturan minum obatnya kepada Lily.

“Ayo Ibu kita pulang sekarang, sudah selesai. Aku tidak tega meninggalkan Ayah terlalu lama sendirian di rumah.” ajak Lily.

“Baiklah, terima kasih Lily kau sudah mengantar Ibu ke rumah sakit.” ucap Gwen.

“Ibu tidak perlu berterima kasih seperti itu kepadaku.”

“Bagaimana kalau kita membeli ayam panggang dulu sebelum pulang, pasti Ayahmu akan suka.”

“Ide yang bagus Ibu, aku juga sudah lama tidak makan ayam panggang hehehe.

Sesampainya di rumah …

Lily mempersiapkan makan siang untuk mereka bertiga dan tak lupa menyiapkan juga obat-obatan yang akan diminum oleh Ibunya.

“Ayah… Ibu… Ayo makan dulu. Aku sudah siapkan makan siangnya.” kata Lily.

“Kau masak apa hari ini Lily?” tanya Andy.

“Hari ini aku tidak memasak, Ayah. Aku dan Ibu membeli ayam panggang sewaktu pulang dari rumah sakit.”

Sementara mereka menikmati makan siangnya, ponsel Lily berbunyi. Itu panggilan dari Alfred. Melihat Alfred menghubunginya, Lily langsung buru-buru masuk ke kamar untuk menjawab panggilannya.

“Hallo Alfred.” sapa Lily.

“Hai Lily, kau dimana sekarang?” tanya Alfred.

“Aku ada di rumah, ada apa?”

“Apakah nanti malam kau datang ke Lion Kafe?”

“Ya tentu saja, setiap hari aku datang kesana untuk bekerja.”

“Bagaimana kalau aku menjemputmu malam ini? Kita bisa pergi bersama ke Lion Kafe.”

“Baiklah, aku akan siap pada pukul 7 malam.”

“Kau segera kirim lokasi rumahmu, aku akan datang nanti malam untuk menjemputmu.”

Lily kemudian segera mengirimkan lokasi rumahnya pada Alfred melalui pesan singkat. Setelah itu Lily kembali menuju ke meja makan untuk menyelesaikan makan siangnya.

“Panggilan dari siapa Lily?” tanya Gwen.

“Oh, tadi temanku. Dia mengajakku pergi bersama ke Lion Kafe nanti malam.” jawab Lily.

“Jadi nanti malam kau tidak pergi bersama David?”

“Mungkin tidak, nanti aku akan mengirim pesan kepada David.”

Lily segera menyelesaikan makan siangnya dan kembali ke kamar. Lily merasa berbunga-bunga karena bisa berkomunikasi dengan Alfred. Apalagi nanti malam Alfred mengajaknya pergi bersama ke Lion Kafe. Lily jadi tambah bersemangat dan tidak sabar menunggu Alfred datang menjemputnya nanti. Lily kemudian mengirimkan pesan kepada David.

“David, apa kau masih ingat dengan pria yang kita temui waktu itu di Lion Kafe?” tulis Lily.

Tak lama kemudian David membalas pesan dari Lily.

“Ya, aku masih ingat. Memangnya kenapa?” balas David.

“Tadi siang aku bertemu dengannya di rumah sakit sewaktu aku mengantar Ibuku berobat. Malam ini aku akan pergi bersamanya ke Lion Kafe. Jadi untuk malam ini aku tidak berangkat bersamamu ya.”

“Lily, kau ini berani sekali. Kau kan tidak mengenalnya. Lucas juga sudah melarangmu kan? Tapi yasudah terserah kau saja. Jaga dirimu baik-baik.”

“Hehehe, kau tenang saja David. Aku pasti bisa jaga diri. Sampai ketemu di Lion Kafe.”

Setelah berbalas pesan dengan David, Lily membuka lemari bajunya untuk memilih baju apa yang akan dipakainya nanti malam.

“Aduh ... Pakai baju apa ya?” gumam Lily.

Hampir 10 menit Lily mencari-cari baju yang cocok untuknya tapi belum juga menemukan baju yang pas. Kemudian Lily teringat jika dia mempunyai gaun pendek yang dia pernah pakai untuk lomba menyanyi beberapa bulan yang lalu. Lily mengambil gaun itu dan menggantungkannya di dekat pintu.

Lily merasa sangat lelah setelah mencari-cari baju yang akan dipakainya nanti, dia membaringkan tubuhnya ke tempat tidur dan memejamkan matanya. Lily kemudian tertidur lelap.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!