Di dalam mobil, Alfred menyetir sambil terdiam. Sesekali dia menyeka darah yang keluar dari hidungnya. Lily benar-benar ketakutan melihat wajah Alfred yang menyeramkan. Wajahnya memerah karena terlalu banyak minum dan beberapa bagian di wajahnya membiru karena perkelahiannya dengan Lucas.
“Aku tidak ingin pulang, aku bisa menemani dan merawat lukamu jika kau mau.” kata Lily membuka percakapan.
“Aku baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir.” jawab Alfred.
“Baik-baik saja bagaimana? Hidungmu berdarah seperti itu, tentu saja aku khawatir.”
Lily meraih tangan Alfred dan menggenggamnya. Alfred membalas dengan mencium kepala Lily.
“Kau yakin tidak ingin pulang ke rumah? Bagaimana dengan orang tuamu? Pasti mereka juga khawatir mencarimu.”
“Aku sudah mengirim pesan kepada Ibuku kalau aku tidak akan pulang malam ini.”
“Jadi kau sudah mengatakan pada Ibumu jika kau tidak akan pulang kerumah sebelum menanyakannya padaku? Bagaimana kalau tadi aku tidak mau kau menginap di rumahku?”
“Kalau kau tidak mengizinkanku menginap di rumahmu, aku akan turun di jalan dan pergi meninggalkanmu.”
“Kau ini ada-ada saja.”
Sampai di depan rumah Alfred, Lily sangat terkejut dan gugup melihat rumah Alfred yang begitu besar. Tangan Lily terasa sangat dingin dan badannya seketika menjadi kaku.
“Hmm Alfred, ini rumahmu?" tanya Lily.
“Bukan, ini rumah orang tuaku. Tapi tenanglah mereka sedang tidak ada dirumah.” jawab Alfred.
“Syukurlah kalau begitu. Aku sedikit lega.”
“Memangnya kenapa jika ada orang tuaku?”
“Tentu saja aku takut, maksudnya aku takut mereka berprasangka buruk padaku karena aku ikut pulang denganmu tengah malam begini.”
“Aku hanya sebentar saja di sini untuk mengambil beberapa baju, kau tunggu saja di dalam mobil.”
“Lalu setelah ini kita mau kemana?”
“Nanti kau akan tahu, tunggulah di sini.”
Alfred pergi masuk ke dalam rumah sementara Lily menunggu di dalam mobil. Tak lama setelah Alfred masuk, kaca mobilnya tiba-tiba diketuk oleh seseorang.
Lily terkejut dan segera keluar untuk mencari tahu siapa yang mengetuk kaca mobil Alfred. Dengan sedikit takut, Lily bertanya kepada pria paruh baya itu.
“Anda siapa?” tanya Lily.
“Nona datang bersama dengan Tuan Alfred?” tanya pria paruh baya itu.
“Iya aku datang bersamanya, anda siapa?”
Tanpa menjawab pertanyaan Lily, pria paruh baya itu berjalan masuk ke dalam rumah. Lily dibuat terheran-heran dengan sikap pria itu.
“Kenapa aku jadi merinding begini, pria itu sungguh aneh.” gumam Lily
Tak berselang lama, Alfred muncul dari balik pintu rumahnya dengan membawa koper besar dan berjalan mendekati Lily.
“Kau mau pergi kemana membawa koper sebesar itu?” tanya Lily
“Lusa aku akan pergi ke luar kota, jadi aku perlu membawa beberapa baju.” ucap Alfred.
“Kau akan pergi kemana?”
“Hmmm, kenapa kau ada di luar? Bukannya aku menyuruhmu untuk tetap di dalam?”
“Bukannya menjawab pertanyaanku malah menanyakan hal yang lainnya, dasar kau ini!”
Alfred dan Lily segera meninggalkan rumah orang tua Alfred.
“Kita akan pergi kemana?” tanya Lily
“Kau sudah benar-benar meminta izin untuk tidak pulang malam ini?”
“Iya, aku sudah. Kau tenang saja. Setidaknya jawablah kita akan pergi kemana?”
“Kita akan pergi ke apartemenku saja.”
“Apartemenmu? Kau tinggal dengan siapa disana?”
“Aku tinggal sendiri, kenapa memangnya?”
“Tidak apa-apa hanya bertanya saja.”
“Apa sekarang kau merasa takut?”
“Takut kenapa? Kau ini ada-ada saja.”
“Mungkin saja kau takut karena aku akan membawamu ke apartemenku.”
“Aku bukan anak kecil yang mudah kau takut-takuti seperti itu.”
Mereka terus bercanda gurau selama perjalanan. Sesekali Alfred mencium tangan Lily, begitu pun sebaliknya. Alfred merasa Lily begitu perhatian padanya.
“Lily, apa kau bisa berjanji satu hal padaku?” tanya Alfred.
“Berjanji soal apa?” tanya Lily balik.
“Jawablah, apa kau bisa berjanji padaku?”
“Tapi soal apa? Aku tidak bisa sembarangan berjanji padamu tanpa mengetahui persoalannya."
“Berjanjilah padaku bahwa kau akan terus berada di sisi ku, apapun situasinya. Bersamalah denganku dalam suka dan duka.”
“Alfred, aku rasa kau memang benar-benar mabuk.”
“Seriuslah sedikit Lily, ayo jawab! Kau bisa berjanji padaku atau tidak?” Alfred mulai sedikit emosi.
“Baiklah, aku berjanji padamu. Aku akan selalu menemanimu sampai kapanpun. Aku akan selalu berada disampingmu dalam keadaan apapun. Apa kau sudah cukup puas?”
Alfred tersenyum manis pada Lily dan kemudian Alfred menepikan mobilnya sebentar di bahu jalan.
“Kenapa kita berhenti disini?” tanya Lily.
Alfred meraih tangan Lily dan menciumnya.
“Apa aku boleh mencium bibirmu Lily?”
Tanpa menjawab Lily memejamkan matanya. Itu tandanya Lily memperbolehkan Alfred untuk menciumnya. Dengan begitu lembut Alfred mencium bibir Lily.
“Mulai sekarang kau milikku, tidak boleh ada pria lain yang mendekatimu! Kau mengerti, Lily?”
“Kalau begitu kau juga, jangan biarkan wanita lain dekat-dekat denganmu.”
“Baiklah.”
Kemudian Alfred dan Lily melanjutkan perjalanan mereka menuju apartemen milik Alfred. Alfred menghentikan mobilnya ketika melihat minimarket di pinggir jalan.
“Aku mau membeli makanan ringan dan bir, kau mau menitip sesuatu? Kau mau ikut turun atau menunggu di dalam mobil?”
“Tidak … Aku tidak mau membeli apa-apa. Aku tunggu di sini saja.”
“Baiklah, kau tunggu dulu, aku tak akan lama.”
Alfred keluar dari mobil dan berjalan menuju minimarket.Tak lama berselang, Alfred keluar dari minimarket itu dengan membawa beberapa botol bir dan makanan ringan. Dari dalam mobil Lily sedikit terkejut karena Alfred membeli begitu banyak bir.
“Kita akan bersenang-senang malam ini, sebelum aku pergi ke luar kota.” kata Alfred.
“Kau akan pergi berapa lama?” tanya Lily penasaran.
“Hanya beberapa hari saja, paling lama mungkin 4 hari.”
“Sebenarnya apa yang sedang kau kerjakan? Sepertinya kau sibuk sekali.”
“Aku sedang mengerjakan beberapa proyek besar, jika berhasil aku akan membawamu pergi berlibur.”
“Baiklah kalau begitu, aku doakan semoga kau berhasil.”
“Kita harus segera sampai. Aku tidak sabar ingin menciummu lagi hehehe.”
“Kau ini, aku akan mengobati lukamu dan langsung pergi tidur.”
“Kau tidak akan bisa tidur, aku tidak akan membiarkanmu tidur.”
“Kau mulai menakuti lagi ya. Sudahlah, ayo kita pergi.”
Di perjalanan, Lily dan Alfred terus membicarakan banyak hal. Alfred menceritakan beberapa pengalaman lucunya sehingga membuat Lily tertawa.
“Kau tahu tidak, sewaktu pertama kali aku bertemu denganmu di Lion Kafe. Aku memperhatikanmu dari kejauhan, kau sedang berbincang dengan teman-temanmu. Aku suka melihat kau tersenyum dan tertawa.” ucap Lily
“Jadi kau sudah mengincarku ya hahaha. Kau menyukaiku kan? Mengaku saja.”
“Kau ini besar kepala sekali. Tapi jujur saja aku suka melihatmu tertawa.”
“Karena aku tampan kan?”
Wajah Lily seketika memerah karena malu. Mereka kemudian melanjutkan percakapan mereka dengan sesekali bercanda bersama.
“Sebelumnya kau bekerja dimana?” tanya Alfred
“Ini adalah pekerjaan pertamaku.”
“Benarkah? Apa kau menyukai pekerjaanmu saat ini?”
“Tentu saja. Aku memang sangat suka menyanyi.”
“Aku yakin suatu saat kau akan bisa menjadi penyanyi yang hebat. Percayalah padaku.”
“Semoga saja.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments