Jatuh Cinta Pada Senior

Jatuh Cinta Pada Senior

My Booster

Melinda Puspita Widjaya, atau kerap dipanggil Melin. Remaja 16 tahun yang ingin masuk SMA dan mengambil jurusan IPA. Dia terinspirasi oleh tantenya. Lulus SMA kuliah ambil keperawatan, lalu sekarang menjadi perawat di sebuah rumah sakit. Namun, papanya memaksanya masuk SMK Bisnis dan Manajemen. Dan mengambil jurusan administrasi perkantoran.

"Paa..., aku mau sekolah di SMA biasa saja." katanya.

"Tidak, Melin. Kamu harus masuk SMK!" balas papanya, Adi Widjaya.

"Ta..." kalimat Melin menggantung karena dipotong papanya.

"Melinda Puspita Widjaya!" sentak papanya.

Melin sangat tahu kalau papanya sudah menyebut nama lengkapnya, berarti papanya sedang dalam mode tidak mau dibantah.

"Terserahlah...!!!" balas Melin, lalu dia beranjak menuju kamarnya di lantai 2.

"Apa sih bagusnya pekerjaan Annisa, adikmu itu..?? Sampai Melin ingin sekali mengikuti jejaknya. Mau dia seperti tantenya yang setiap hari bergaul dengan penyakit." gerutu pak Adi Widjaya.

"Paa!!!" tegur istrinya, Yunita. "Jangan gitu ah, perawat juga profesi yang bagus kok." kata istrinya.

Di dalam kamarnya, Melin terus saja menggerutu. Dia mengadu pada kakaknya yang sedang berada di Singapura, untuk bertemu dengan relasi papanya.

Papa daftarin aku di SMK kak. Jurusan adm. perkantoran 😫😭

Sang kakak, Guntur, tak kunjung membalas chatnya.

"Iiih..., nyebelin semuanya...!!" geramnya sambil membejek-bejek boneka kelinci pink kesayangannya.

Ting...!!

Sebuah notif pesan masuk terdengar. Melin bergegas membukanya.

Terima saja dik, keputusan papa insyaAllah tidak salah. Lihatlah kakak sekarang. Bukankah sampai hari ini kakak baik-baik saja.

Melin mengingat cerita kakaknya waktu itu. Dulu kakaknya juga ingin sekolah di STM. Tapi menyuruhnya masuk sekolah dan jurusan yang sama dengannya saat ini. Dan alhasil, kakaknya sekarang menjadi pengusaha muda yang cukup berpengaruh dalam dunia bisnis.

Iya... iya...!!!

Melin sudah malas membalas lagi, dia memilih untuk tidur.

......................

Hari yang tidak pernah diharapkan akhirnya tiba juga. Melin menuruni anak tangga dengan malas. Raut wajahnya sama sekali tidak sedap dipandang mata. Bahkan ekspresi murung itu terbawa sampai ke sekolahnya.

"Aah..., Mel..., Mel...!! Malang sekali nasibmu..." dengus Melin dalam hati.

Melin memasuki ruang kelasnya. Dia memilih bangku yang tidak strategis. Bukan bangku paling depan, karena itu akan jadi pusat perhatian guru. Tidak juga paling belakang, apalagi pojok kelas. Di sana identik dengan siswa pemalas yang doyan tidur di kelas. Dan itu bukan Melin, meskipun dia enggan masuk sekolahnya yang sekarang.

Posisi center, tidak juga. Dia nantinya pasti akan sangat mencolok dalam kelas. Pilihan Melin adalah bangku nomor 3, deretan ke-2.

"Hai..., namaku Sasha. Kamu siapa?" tanya Sasha sambil mengulurkan tanganya.

"Melin." katanya.

"Aku duduk sini, biar kita sebelahan." ujar Sasha sambil menaruh tasnya.

"Iya, terserah kamu sih." begitu balas Melin.

Tak lama kemudian bel berbunyi, saatnya para murid baru berkumpul di lapangan tengah untuk melaksanakan apel pagi.

Tidak ada ospek yang mengandung unsur pembulian di sekolah itu. Semua kegiatan konsepnya mengenal lingkungan sekolah, dan seluruh warga sekolah.

"Nggak minum, Mel?" tanya Sasha.

"Nih." Melin membuka botol air mineral yang tersedia di meja kantin.

"Ini panas banget, kamu cuma minum air putih?" Sasha tak habis pikir dengan teman barunya itu.

"Aku tidak bisa minum dingin dan manis sembarangan." ujarnya.

"Why...?!" Sasha semakin merasa aneh.

"Aku gampang pilek." balas Melin sekenanya.

"Ooh..." Sasha membulatkan mulutnya.

"Masih lama kan istirahatnya?" Melin melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku ke toilet dulu ya."

"Oke. Jangan lama, bentar lagi makanan kita datang." kata Sasha. Melin mengacungkan jempolnya untuk memberi respon.

"Anak orang kaya kayaknya, jam tangannya saja brand terkenal. Aku mana mampu, harga ratusan ribu saja kembang-kempis. Apalagi berjuta-juta...!!"

Sasha terus menatap punggung Melin, hingga pesanannya datang.

Tak lama kemudian Melin kembali, lalu menyantap makanannya bersama Sasha. Melin mengunyah makanannya sambil melihat sekitarnya. Pandangannya berhenti pada satu titik.

Di salah satu meja, terdapat seorang murid laki-laki yang sedang menyantap makanannya. Dari seragam yang dia kenakan, Melin tahu itu adalah kakak kelasnya. Bagi Melin sosok itu sangat tampan dan mengangumkan.

"Kok ada ya umat seganteng itu...?? Oh my God...!!" batin Melin berteriak kesenangan saat menemukan kakak kelas itu.

Saat jam pulang Melin melihat sosok itu lagi berjalan menyusuri koridor yang sama. Tepat di depannya, meski jaraknya tidak dekat.

"Dari belakang saja keren...!!" Melin tak henti-hentinya mengagumi orang yang belum dia kenal itu.

Ketika orang itu memberikan pergerakan seolah ingin menoleh ke belakang, dengan cepat Melin memalingkan pandangannya. Dia pura-pura fokus pada ponselnya.

"Hampir saja..., ya ampun...!! Bikin jantungan deh...!"

......................

Hari-hari berikutnya Melin jadi semakin penasaran dengan sosok itu. Tapi tidak punya cukup keberanian untuk bertanya pada orang lain, siapa namanya.

Kali ini anak laki-laki itu sedang bermain basket, Melin pun ikut menyaksikannya di bangku penonton.

"Ganteng, keren, jago basket lagi. Gemes banget...!!!"

"Nathan...!! Nathan...!!!" sebagian besar meneriakan nama itu.

"Apa namanya Nathan ya??" pikir Melin.

Melin kembali fokus pada permainan itu. Saat seseorang memasuk bola dalam ring, semua menyerukan nama Nathan kembali.

"Oh, bukan."

Melin merasakan getaran pada saku blazernya. Papanya memanggil.

"Aku angkat telepon dulu ya." pamitnya pada Sasha.

"Oke." Sasha mengangguk.

Melin keluar dari gedung olahraga itu, dia memilih sisi kanan pintu masuk gedung untuk tempat menerima panggilan dari papanya.

"Seperti biasa, paa. Kenapa?"

"Oh, baiklah. Aku tunggu nanti di depan."

"Tidak apa-apa kok, paa..."

"Oke, paa. Bye..."

Melin berbalik setelah mengakhiri panggilan dari papanya. Dia tidak melihat sekitarnya, karena fokus membalas chat dari supirnya.

Bruuukh

Melin menabrak seseorang di sana.

"Oh, maaf." Melin melihat nama di seragamnya, Reihan P.

Dia terkejut saat melihat siapa orangnya.

"Aduh..., keep calm Mel...!! Santai...!!"

"Maaf, nggak sengaja." kata Melin lagi.

"Hem." balasnya kemudian berlalu, sambil memasukkan tangan kanannya dalam saku celananya.

"Aah..., bahagianya...!!! Kak Reihan..., ganteng banget sih...!!!" Melin tersenyum, kemudian kembali masuk gedung olahraga. Karena Sasha masih di dalam.

Sasha memberikan brosur pada Melin. Itu adalah brosur untuk ekstrakurikuler basket dan cheerleader. Melin mulai berpikir untuk gabung, tapi dia bingung.

"Masuk tim putri?" tanya Sasha.

"Aku nggak bisa main. Pasti nggak lolos seleksi." gumam Melin.

"Tahu kalau bakal ketemu orang kayak kak Reihan, aku bakal tekuni basket selama di SMP. Aaah..., nyesel...!!"

"Gimana kalau cheer?" begitu saran Sasha.

"Nggak bisa nari juga akunya tuh..." Melin mulai putus asa, dia melewatkan kesempatan emas untuk dekat dengan Reihan.

"Yaaa, kita nggak samaan dong di sini." ujar Sasha sedikit kecewa.

Wajar saja jika Sasha seperti itu. Pasalnya teman pertamanya di sekolah baru adalah Melin. Dan keduanya sudah merasa saling cocok.

Sasha adalah salah satu pebasket andalan tim putri di sekolahnya dulu. Jadi dia sangat antusias gabung dalam tim sekolahnya. Apalagi sekolahnya saat ini adalah salah satu sekolah favorit, dan sering menyabet tropi kejuaraan. Baik dalam bidang akademik maupun sport.

"Tenang, bestie..." Melin menepuk pundak Melin. "Aku akan temani kalau latihan." katanya.

"Setidaknya kan dengan menemani Sasha, bisa ketemu kak Reihan... My Booster...!!!"

......................

Terpopuler

Comments

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu

2023-09-20

0

Lilis Setyorini

Lilis Setyorini

Like.. like.. like .. semangat

2023-09-13

1

deeyaa

deeyaa

oke, awal yang baguss

2023-09-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!