"Maaa..., mamaaa...!!" suara Melin terdengar menggema di dalam rumah besarnya.
"Apa sih, Mel...? Jangan teriak-teriak ah!" tegur sang mama. "Kamu ini anak gadis, lho...!!"
Sementara yang ditegur hanya menutup mulutnya sambil memperhatikan mamanya.
"Malah, diam. Jadi ada apa?" tanya mama Yunita lagi.
"Duduk dulu deh, ma...!" kata Melin, sambil menarik tangan mamanya.
"Mama sudah pesan kue buat acara mama pekan depan?" tanya Melin.
"Belum. Kenapa?"
"Pesan di tempat teman aku saja ma." begitu katanya.
"Sejak kapan kamu punya teman penjual kue?" selidik mamanya.
"Apa itu tempat yang sama dengan kue yang kamu beli waktu itu?!" mama Yunita tiba-tiba ingat dengan kue keju yang dibeli putrinya.
Bahkan malam itu mama Yunita sempat mencari sisanya di dalam kulkas. Tapi tidak menemukannya.
"Yups!" Melin menjentikkan jarinya.
"Boleh. Enak lho kuenya. Antar mama ke sana ya!"
"Eh, mama...!" Melin menggelengkan kepalanya berulang kali. "Aku punya nomornya, biar aku minta daftarnya. Nanti mama tinggal pilih." katanya.
"Boleh deh. Lebih praktis. Sekalian pesan bolu pandan buat mama ya...!"
"Siap, maa!! Tapi antian ya, maa. Aku ke kamar dulu." Melin beranjak dari sofanya, kemudian menaiki tangga menuju ke kamarnya.
Melin tidak ingin membuang waktu lagi. Setelah mandi dan mengganti seragamnya, dia segera mengirim pesan pada Reihan.
Hai kak. Ini aku Melin. Bisa tolong kirim brosur kuenya.
Melin tersenyum sendiri saat mengirim pesan itu. Tak lama kemudian ada pesan masuk. Isinya empat buah foto brosur.
"Yaelah..., langsung dikirim brosur. Basa-basi kek dikit..." gumam Melin.
"Melin yang mana ya...? Memangnya kita pernah bertemu...? Atau apa kek gitu..!!" Melin mendengus kesal.
Oke. Thanks kak. Sebentar ya
Melin kemudian keluar dari kamarnya, dan menunjukkan brosur itu pada mamanya. Setelah mamanya menentukan pilihan, Melin mulai list orderannya. Sesuai format yang tadi kirim oleh Reihan.
Kalau ada perubahan bisa hubungi lagi 2 hari sebelum acara. Terimakasih.
Dengan membaca balasan itu saja Melin merasa sangat senang.
Sama-sama kak. Terimakasih juga.
......................
Di tempat yang berbeda, yaitu di toko kue tempat Reihan bekerja. Reihan menunjukkan orderan mama Yunita pada bosnya. Bibi Ismi.
Tatapan mata bi Ismi beralih pada Reihan setelah mengetahui alamat si pemesan.
"Pelanggan baru?" tanya bi Ismi.
"Iya bibi." balas Reihan sangat singkat. "Ibu dari teman sekolahku." imbuhnya.
"Cewek kemarin itu?" terka bi Ismi.
"Yang mana?" kali ini Reihan menghentikan aktivitasnya menghitung uang kasir. Dia menoleh pada bi Ismi.
"Oh, iya. Beberapa temanmu juga pernah datang ya kan..." balas bibi.
"Orderannya banyak sekali. Buat acara apa?" tanya bi Ismi lagi.
"Entahlah." Reihan mengangkat bahunya.
"Ini lingkungan keluarga elite, lho. Kok bibi agak deg-degan ya dapat orderan dari sana..." bi Ismi meragu.
"Kita tidak pernah tahu dari arah mana rejeki itu datang. Harusnya bibi bersyukur, karena kue bibi sudah debut di lingkungan mereka." begitu celoteh Reihan.
"Tidak munafik juga, aku mengharapkan tip lebih dari sana. Apalagi cewek itu bilang mamanya menyukai kue buatan bibi."
Reihan memiliki harapan yang besar dari orderan yang mama Melin pesan. Dia juga berdo'a agar mereka tetap berlangganan dengan toko bibi.
Hari semakin petang, Reihan membantu bibi membersihkan dan menutup toko. Kemudian Reihan pulang ke rumah dengan berjalan kaki. Karena rumahnya tidak jauh dari toko.
"Kak Reihan bawa kue...!!! Yeeehh...!!"
Seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Terlihat melompat kegirangan karena Reihan datang membawa satu kantong kue.
"Makan yang baik, ya. Setelah itu gosok gigi." Reihan mengusap rambut pendeknya yang berponi.
"Lili makan dikit saja ya kak. Biar besok bisa dimakan lagi." katanya.
"Oke."
Seorang perempuan lalu keluar dari bagian dalam rumah sederhana itu. Menyambut Reihan dengan senyuman manisnya.
"Sudah pulang rupanya. Sudah makan?" tanya perempuan itu.
"Belum bibi." katanya sambil menyalimi tangan bibinya.
Reihan adalah anak yatim piatu. Orang tuanya meninggal saat rumah mereka kebakaran. Dan perempuan itu adalah adik dari ibunya. Bibi Nurma namanya. Dialah yang merawat Reihan sepeninggal kedua orang tuanya.
"Cepat bersihkan dirimu, lalu makan." ujar bi Nurma.
"Nanti sekalian menunggu paman pulang." jawab Reihan sambil tersenyum.
"Ya, terserahlah kalau begitu."
Bi Nurma memandangi punggung keponakannya itu sambil mengukir senyuman di wajah teduhnya.
"Anakmu tumbuh jadi anak yang baik, mbak. Selain pintar di sekolah, dia juga semangat bekerja. Dia bilang ingin melanjutkan kuliah dengan uang tabungannya sendiri. Karena tidak ingin merepotkan aku dan mas Bian. Aku harap dia tetap mendapatkan beasiswa atas prestasinya. Sehingga dia tetap bisa menyimpan tabungannya untuk masa depannya kelak, ya mbak. Sungguh dia anak yang luar biasa."
Tak terasa air mata bi Nurma menetes hingga membasahi pipi tirusnya. Bi Nurma teringat bagaimana tangis histerisnya Reihan kecil ketika melihat jenazah kedua orang tuanya menghitam di bawah puing-puing rumahnya, setelah habis dilalap si jago merah. Kala itu Reihan berusia 10 tahun.
....................
Hari minggu pagi Reihan datang ke rumah Melin. Mengikuti petunjuk dari maps yang dikirim oleh Melin. Sampai di depan pagar, Reihan turun dari mobilnya dan menghampiri security yang berjaga.
"Dari mana?" tanya security itu.
"An's Cake, pak. Mau mengantar pesanan atas nama Melin." jawab Reihan.
Security itu sepertinya masih ragu. Karena majikannya tidak memberitahu apapun.
"Sebentar ya." Security itu kembali ke posnya. Tak lama kemudian dia kembali dan membuka pagar untuk Reihan.
Melin sudah menunggu kedatangan Reihan di teras rumah. Digarisbawahi ya, bila perlu dicetak tebal sekalian. Yang ditunggu kedatangan Reihan. Bukan kuenya...😄😄
Melin sudah memamerkan senyuman terbaiknya untuk menyambut booster gantengnya itu.
"Ditaruh mana?" tanya Reihan tanpa berbasa-basi.
"Langsung ke dalam saja kak." balas Melin sambil mempersilakan Reihan masuk.
Melin memberi instruksi pada Reihan untuk masuk ke ruang makan. Sesuai pesan mamanya, agar langsung menyimpan kue yang datang di ruang makan. Biar tidak terlalu jauh saat menatanya di halaman samping rumah.
"Dicek dulu." Reihan memberikan sebuah nota pada Melin.
"Oke." Melin menerimanya, lalu mencocokkan barang yang datang dengan catatan di selembar kertas putih itu.
"Eh, sudah datang." ujar mama Yunita.
"Iya, bu." balas Reihan dengan sopan. Dia pun menganggukkan kepalanya.
"Sudah pas." ujar Melin.
Tapi Melin melihat satu bungkusan kecil di atas salah satu kue yang dia pesan. Dan tidak ada dalam catatan.
"Ini?" Melin menoleh ke arah Reihan.
"Itu bonus dari bibi." jawab Reihan.
"Sungguh...?" mama Yunita yang menyahut kali ini. "Baik sekali..."
"Kalau begitu saya permisi." pamit Reihan.
Sebelum Reihan pergi, tak lupa mama Yunita memberikan tip pada Reihan. Dia mengatakan itu sebagai uang lelah. Tentu saja Reihan menerimanya dengan senang hati.
Itulah yang Reihan suka ketika delivery order. Sedikit banyak dia akan mendapatkan tip dari pelanggannya. Dan jika melebihi minimal order, maka Reihan akan mendapatkan bonus juga dari bibi Ismi, bosnya. Itu artinya dia bisa memiliki banyak uang lebih untuk dimasukkan dalam tabungannya.
"Thanks kak, take care ya...!" ucap si Melin dengan ramah. Sayangnya hanya dibalas anggukan kecil dari boosternya itu.
"Irit segalanya. Tapi sukaa...!!" begitu batin Melin.
Setelah mobil Reihan tak tampak lagi, dia kembali ke dalam rumah.
"Ceria sekali rupanya..." mama Yunita melihat putrinya yang baru saja mengantar Reihan.
"Mama curiga dia bukan sekedar teman..." imbuhnya.
"Mama ih..., kak Reihan itu
seniorku di sekolah mama..." balas Melin. "Nyatanya memang enak kan kuenya. Mama saja ketagihan."
"Dan kamu juga ketagihan melihat ketampanan senior kamu itu, bukaaan...?!!" goda si mama sambil memberikan penekanan saat menyebut kata senior.
"Mama iih..., sok tahuuuu bangeeeet...!!" Melin segera menaiki tangga sebelum mamanya semakin berulah. Dan membuatnya salah tingkah.
Sementara itu, Reihan yang berhenti di lampu merah rupanya tidak sabar membuka uang dari mama Yunita. Dia pun tersenyum penuh rasa syukur saat melihat jumlahnya melebihi yang biasa orang-orang berikan.
"Semoga menjadi pelanggan tetap..." begitu do'a yang Reihan gumamkan dalam hatinya.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
aminah nizam
semoga tabunganmu bertambah banyak ka rehan
2023-08-31
1