Berlianku Yang Rapuh

Berlianku Yang Rapuh

SERPIHAN BERLIAN DI PEDESAAN

*Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

Sekuntum mawar yang masih terpaut pada batangnya, ia genggam dengan jemari lentik. Kulitnya putih seperti 'snow white'. Perawakan mungil dengan hidung mancung. Banyak yang bilang dirinya mirip aktris Ranty Maria. Sweater rajut ciri khasnya dipadu khimar segi empat menutupi dada dan rok plisket warna lylac. Dihirupnya wangi mawar yang baru dia sirami. Namanya Yasmeen, Arabella Yasmeen. Gadis campuran Indo-Belanda yang telah ditinggal kedua orangtuanya dalam kecelakaan tragis.

13 tahun yang lalu, di sepertiga malam. Hujan gerimis di perbukitan. Sebuah sedan Accord melaju kencang. Herbert Van Wilson (45 tahun) dan Anna Marilyn (37 tahun) tewas setelah menabrak pagar pembatas jurang, membuat sedan itu terpental dan terbalik di tengah jalan perbukitan. Mereka dalam perjalanan pulang seusai mengucap kalimat syahadat. Keluarga mualaf ini meninggalkan seorang putri cantik berusia 4 tahun.

***

"Teteh.. jangan ngelamun atuh, hayuk pindah nyiramnya". Izza menyadarkan Yasmeen dari lamunannya.

"Eh.. Izza tolongin teteh isi airnya yah? Teteh mau potong daun-daun yang layu." Bulir bening disudut matanya tertahan. Bunga-bunga itu mengingatkannya pada sosok yang paling disayanginya.

Mawar putih bunga kesukaan Mami. Kini Yasmeen tinggal bersama sepasang suami-istri, guru ngaji sekaligus pemilik panti asuhan. Abah Yahya dan Ummi Siti. Mereka orang yang menuntun Papi dan Mami kepada Islam.

" Eneng.. geulis. Tolongin Umi.. ieu si ujang nangis terus. Ummi lagi mandikan Sulis". Ummi Siti tergopoh-gopoh sambil menggendong bayi usia 8 bulan.

" Mari Ummi, biar Abdul Eneng yang ajak" ditinggalkannya mawar-mawar itu. Diraihnya bayi laki-laki yang terisak.

Di panti ini ada 3 orang remaja seusia Yasmeen, 1 bayi laki-laki, 8 anak perempuan dan 3 anak laki-laki usia SD. Yasmeen masih memiliki keluarga. Adik laki-laki dari Papinya yang biasa ia panggil 'Oom tampan'. Dialah yang menopang sebagian besar kebutuhan panti dan terutama kebutuhan Yasmeen. Namanya Rudolf Van Wilson, seorang Katolik.

" Abdul.. anak sholeh yuk kita cari teh Izza, tadi teteh mintain tolong ambilkan air kok malah ngilang si tetehnya". Izza salah satu anak perempuan panti, usianya 8 tahun. Ditinggalkan orang tuanya bekerja di luar negeri.

Yasmeen berjalan ke luar pagar panti. Sambil menggendong Abdul. Melantunkan sholawat, lirih nan berlagu. Sesekali menciumi bayi laki-laki itu.

" Teteh.. " Izza melambaikan tangan dari kejauhan. Disebelahnya seorang pria tinggi dengan kemeja denim, casual namun rapi, seperti keturunan Arab.

Baru beranjak masuk ke sebuah mobil SUV.

Yasmeen mendekat, mata mereka sempat bertemu. Suara disekitar seolah hilang, waktu seakan berhenti sekejap. Saling terpesona dalam hitungan detik. Dia tampan. Seperti Reza Rahadian. Hanya bisa memberi isyarat mengangguk, Yasmeen membalas dengan menunduk. Dia berlalu dengan mobilnya..

"Izza.. tadi teh ngobrol sama siapa?"

"Enggak tau teh, orang kota. Tanya rumah pak kades. Maaf ya teh, tadi Izza teh denger mamang kue putu jadi Izza keluar dulu". Celetuknya.

" Teteh dari tadi nungguin airnya, kumaha Izza mah nggak pamit dulu kalo mau keluar". Omel Yasmeen.

"Iya maaf teteh, Izza kan buru-buru. Mana mamang putunya sudah kabur. "

"Yasudah atuh, hayuk masuk.. Dah sore"

"Teh.. Aa' tadi ganteng pisan yah? Mirip artis..", seloroh bocah itu.

" Eehh.. kecil-kecil ulah genit Izza. Kamu teh kenal artis? ". Sambil mencolek ujung hidung Izza, Yasmeen berlalu. Gadis yang jarang menonton TV. Tidak menggunakan smartphone. Hanya menggunakan HP jadul untuk berkomunikasi dengan Oom.

Netranya berbinar tatkala membayangkan sesosok rupawan yang baru dijumpainya. Yasmeen yang selalu menjaga untuk tidak bersentuhan dengan non-mahram, tanpa aba-aba fantasinya membuana. Betapa senangnya jika bisa melihat dia satu kali lagi. Apakah ini cinta pandangan pertama?

* * *

Jalan desa masih berkabut, matahari belum sepenuhnya menampakkan diri. Persediaan lauk sudah habis, waktunya belanja. Seusai dzikir dan ta'lim pagi 2 gadis panti bersama Ummi Siti berjalan kaki ke pasar.

Pasar kecil tempat warga menjual hasil tani dan membawa dagangan dari kota. Jarang sekali anak-anak panti bisa makan ikan laut, kecuali yang sudah diasinkan. Alhamdulillah di panti abah punya kolam ikan lele dan mujair. Juga beternak ayam untuk menghidupi adik-adik panti. Panti ini adalah wujud keikhlasan sepasang suami istri dalam membantu sesama. Abah sering bilang pada Om Tampan, bahwa Abah menerima uang darinya hanya sampai Yasmeen menikah.

Di pasar ada satu toko sembako paling besar milik Pak Kades. Ada seseorang pemuda yang sering merokok di depan toko. Surya namanya, anak Pak Kades. Pemuda mana yang tidak tertarik dengan gadis blasteran yang cantiknya kebangetan seperti Yasmeen? Tentu saja, Surya sangat terobsesi pada Yasmeen. Sering kali dia mengantarkan bahan makanan ke panti. Tapi Abah selalu menahannya untuk menemui Yasmeen, diajaknya Surya berputar-putar di kandang ayam, kolam ikan sampai dia bosan lalu pulang.

Ummi Siti masuk ke toko, sementara Yasmeen dan Hanifah masuk ke pasar membeli rempah-rempah dan tempe. Hari ini pasar lebih ramai dari biasanya. Ibu-ibu berkerumun di depan toko sembako.

Sementata Yasmeen bercakap-cakap dengan Bu Encum penjual tempe, Hanifah berbelanja bumbu rempah-rempah di sebelahnya. Tiba-tiba merasakan sebuah sentuhan melingkar di bahunya, Yasmeen terkejut.

"Kang Surya ulah gitu! Yasmeen nggak suka! " gadis lugu itu ketakutan.

"Kang Surya teh nggak sopan! Hanifah adukan ka Abah nanti biar di sampaikan ke Pak Kades! " Bela kawannya.

"Eh Hanifah.. dengar ya. Akang teh sudah bilang sama Bapak, mau minta lamarkan Yasmeen", kata bujang lapuk itu menggodanya.

" Yasmeen teh takut sama akang! Nggak mau menikah sama akang!", gemetar hebat tubuh gadis lugu itu hingga merah padam wajahnya menahan tangis.

"Duh geulis.. Emangnya Akang teh monster? Akang mah sayang sama Yasmeen. Enggak akan galak kalo sama Yasmeen".

Yasmeen berlari keluar pasar. Jalanan yang belum diaspal, batu-batu seukuran kepalan tangan membuat langkahnya terguling. Kakinya terperosok lubang, membuat badannya oleng. Yasmeen terkilir, belum sempat jatuh tangannya meraih tumpukan krat botol kecap di samping toko. Rubuh bersama badannya, 2 krat kecap beserta isinya menimpa badan dan kepala Yasmeen. Pandangannya kabur, kemudian tak sadarkan diri.

* * *

Pandangannya masih remang, Yasmeen melihat sekeliling. Dia berada di dalam mobil. Lalu matanya terpejam lagi. Antara sakit dan lemas, dia terpejam tak tertahankan.

Sayup-sayup dia dengar suara-suara khas rumah sakit. Mengingatkannya dengan malam itu, malam dimana dia satu-satunya ditemukan selamat dalam tragedi gerimis. Yasmeen terbangun, melihat sekeliling. Mendapati Ummi Siti dan Hanifah disampingnya. Dia di bawa ke salah satu rumah sakit kecil di Bandung.

"Ummi.. ". Rintihnya..

" Geulis.. Nggak apa-apa, jangan banyak gerak dulu. Kata dokter Yasmeen teh masih di obserpasi" Logat sunda yang cukup medok.

" Yasmeen teh nggak apa-apa? Yang mana yang sakit? " tanya Hanifah.

"Yasmeen teh cuma ngantuk berat, sama kakinya yang sakit sekali.."

"Kamu teh dari tadi tidur? Ipah kira mah koma ih! " celetuknya beradu kepolosan.

"Sudah-sudah, Ummi minta tolong Ipah temani Yasmeen ya neng? Ummi pulang sebentar, nanti biar bisa gantian jaga sama Ina".

" Ummi, ini Yasmeen dimana? Tadi kita kesini naik apa? ". Yasmeen masih belum bisa mengingat apa saja yang sudah terjadi.

" Ini di Bandung, tadi teh kita diantar sama teman Pak Kades. Ya Allah untung sekali ada yang bawa mobil ke pasar jadi Yasmeen bisa cepat dibawa kesini". Cerita Ummi.

"Di Bandung? Terus Ummi teh gimana pulangnya?"

Perjalanan ke panti lamanya sekitar 2 jam dari Bandung. Yasmeen yang sudah hampir belasan tahun tidak pernah turun gunung sedikit bingung.

"Sama teman Pak Kades neng. Di Luar ada Bu Kades juga. Tadi teh Surya juga mau ikut, tapi dimarahin sama Bu Kades. Gara-gara Surya genit, Yasmeen jadi begini". Terang Ummi Siti.

Suara ketukan pintu, Bu Kades meminta izin masuk. Yasmeen merapikan kerudungnya. Tak disangka, Bu Kades masuk bersama seorang pemuda. Pemuda yang Yasmeen tak begitu asing lagi dengan sosoknya.

***

Terpopuler

Comments

FY Han

FY Han

Terimakasih dukungannya kak❤️

2023-07-24

0

Tiani jee

Tiani jee

ceritanya bagus😍 semngat terus kak🔥 jangan lupa mampir

2023-07-19

0

NoonaCha

NoonaCha

smngat author

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!